Tuesday, January 13, 2009

Kepala SD Alkhairaat Lere Aniaya Murid

PALU - Kasus penganiayaan anak di bawah umur kembali terjadi. Kali ini adalah Kepala SD Alkhairaat Lere Kecamatan, Palu Barat, Maksum Djupanda Senin pagi kemarin menganiaya sepuluh orang muridnya. Penganiayaan yang dilakukan oleh sang kepala sekolah kepada muridnya itu hanya karena tidak mengikuti upacara bendera.

Setelah melakukan penganiayaan kepada sepuluh orang muridnya, sang kepala sekolah kemudian meninggalkan sekolah. Sekembalinya di sekolah, kepala sekolah kemudian mengundang para orang tua murid sambil melakukan pengancaman.

“Kalau masalah ini kalian keberatan dan lapor ke polisi, maka saya akan mengeluarkan anak-anak kalian,” kata Irman salah seorang orang tua murid mengutip ancaman kepala sekolah.

Merasa tidak terima dengan perlakuan kepala sekolah, para orang tua murid kemudian mendatangi Polsek Palu Barat untuk melaporkan kasus penganiayaan tersebut. ”Kami pikir diundang kepala sekolah untuk diselesaikan secara kekeluargaan, tetapi karena diancam begitu akhirnya kami laporkan kejadian ini,” jelas Irman.

Untung saja lanjut Irman, kepala sekolah cepat diamankan, karena selain orang tua murid warga sekitar juga ikut marah atas perlakuan yang dilakukannya.

Mendapat laporan tersebut, pihak Polsek Palu Barat kemudian mengamankan sang kepala sekolah dan korban penganiayaan. Setelah mengamankan tersangka dan korban di Polsek Palu Barat, kemudian diantar ke Polres Palu di bagian unit Perlindungan Perempuan Dan Anak (PPA).

Para murid ini kemudian dimintai keterangan terkait penganiayaan itu dan dilakukan visum oleh tim penyidik Polres Palu. Selain sepuluh murid yang di periksa, sang kepala sekolah Maksum Djupanda juga dibawa ke ruang pemeriksaan terkait penganiayaan yang dilakukannya.

Para murid korban penganiayaan ini terlihat trauma saat dibawa masuk ke ruangan pemeriksaan. Mereka juga memperlihatkan bekas cambukan sang kepala sekolah dengan menggunakan ikat pinggang sehingga mengalami luka memar di bagian kaki.

“Kami lambat ikut upacara, jadi kami disuruh tunggu di luar, habis upacara kami dipanggil dan di suruh berdiri di halaman sekolah kemudian dipukul dengan ban pinggang,” kata Muhammad Faiz, salah satu korban penganiayaan kepada penyidik.

Sepuluh murid itu masing-masing M Naim (12), Yusuf (12), Candra (12), M Rafi (12), Novia (12) yanti (12), dan Oviyani (12) yang saat ini duduk di bangku kelas 6. sedangkan Aldi (9) siswa kelas 4 serta M Faiz (12) siswa kelas 5.

Sementara itu, Kapolres Palu AKBP Andean Bonar Sitinjak yang dikonfirmasi mengatakan, pihaknya masih menyelidiki kasus penganiayaan murid yang dilakukan Maksum Djupanda, kepala sekolah SD Alkhairaat Lere.

Menurut Bonar, dari hasil pemeriksaan sementara, tersangka mengaku melakukan penganiayaan kepada sepuluh muridnya. “Tersangka akui melakukan perbuatannya dan menerima hukuman yang setimpal,” katanya.

Dia menambahkan, maksud tersangka melakukan pemukulan itu agar menjunjung tinggi kedisiplinan, namun tersangka tidak menyangka semuanya jadi seperti itu. “Tersangka mengaku khilaf atas perbuatan yang dilakukannya,” tuturnya.

Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, tersangka dijerat dalam pasal 351 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-Undang nomor 32 tahun 1999 tentang perlindungan anak dengan ancaman hukuman diatas 15 tahun penjara.***

Safrul Akbar, Si Tukang Parkir yang Cacat

PALU - Sore itu kendaraan tak begitu banyak parkir di pelataran pusat perbelanjaan Palu Plaza, Palu Barat. Hanya ada beberapa sepeda motor saja yang terparkir rapi di depan deretan toko di bagian selatan pusat perbelanjaan itu.

Sesekali terdengar bunyi sempritan dari si tukang parkir. Ia berbaju kaus kuning, dibalut rompi warna orange dan bercelana jeans warna abu-abu. Tapi keadaannya sangat berbeda dengan tukang parkir pada umumnya. Bedanya, ia mengarahkan kendaraan untuk diparkir, tapi dengan menggunakan kursi roda.

Dengan susah payah dan penuh kehati-hatian, lelaki itu harus mengarahkan kendaraan yang akan parkir, karena kontur jalan di tempat itu tidak begitu rata. Ada sedikit gundukan tanah yang membuatnya harus mengeluarkan sedikit tenaga, untuk memutar roda kursinya. Meskipun sedikit lamban, tapi ia tetap sabar dan ramah melayani para pelanggannya. Lantaran itu, terlihat jelas peluh yang membasahi wajahnya karena kepanasan.

Ya…namanya Safrul Akbar. Lelaki berusia sekitar 29 tahun itu, adalah pria cacat. Tapi tidaklah tergurat kesedihan sedikit pun di wajahnya. Bagi Safrul Akbar, cacat bukanlah halangan baginya untuk mencari nafkah.

Safrul Akbar ini tidak mau menjadi peminta-peminta, yang berjalan dari satu rumah ke rumah lainnya untuk mengharapkan uluran tangan orang lain. Ia juga tak mau berpindah dari satu rumah makan ke rumah makan lainnya, hanya untuk mendapatkan sesuap nasi demi mengisi perutnya yang sedang lapar.

Safrul Akbar mengatakan, rezeki yang dihasilkan dari kerja keras akan menjadi lebih bermakna dan kepuasan tersendiri. “Cuma begini saja yang saya bisa kerja pak. Saya tidak punya kemampuan lain untuk bisa bekerja seperti orang lain. Tapi Alhamdulillah, cukuplah bagi saya untuk bisa makan,” katanya.

Bekerja sebagai jasa parkir sudah dilakoninya selama dua tahun terakhir. Sebelumnya, lelaki lajang ini sempat menjadi petugas kebersihan di sebuah masjid di jalan Tompi Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat. Setiap hari ia harus menyapu debu dan kotoran di lantai masjid. Membersihkan tempat wudhu dan toilet di masjid.

Pekerjan sebagai cleaning cervice di masjid itu, ia lakukan setelah menamatkan pendidikannya di Sekolah Luar Biasa (SLB) yang tak jauh dari masjid yang ia tempati untuk mengais nafkah itu. Tapi, pekerjaan itu terlalu berat baginya. Sejumlah jamaah juga tidak tega melihat lelaki cacat harus bekerja seperti itu. Akhirnya, selain dengan honor yang diterimanya dari pengurus masjid, ia juga selalu mendapat bantuan dari jamaah masjid.
“Saya tidak mau dikasihani orang, makanya saya memutuskan untuk tidak lagi bekerja sebagai penjaga masjid,” katanya.

Dari situlah, si bungsu dari empat bersaudara ini kemudian berusaha mencari pekerjaan lain. Maka jadilah ia si tukang parkir di kawasan pertokoan Palu Plaza. Sehari, ia bisa memberikan pemasukan kepada Pemerintah Kota Palu, berkisar antara Rp 25 ribu. Jika rezeki lagi bersamanya, pendapatan Safrul bisa mencapai Rp. 40 ribu per hari. Pendapatan perhari dari hasil parkir tersebut, harus disisihkan oleh Safrul kepada pengelolah parkir sebesar Rp. 5 ribu .

Berharap Kursi Roda Baru

Safrul Akbar ini tidak hanya sekadar cacat. Ia juga seorang anak yatim yang sudah ditinggalkan oleh kedua orang tuanya sejak beberapa bulan ia masih duduk di bangku sekolah dulu. Tapi, kehilangan kedua orang tuanya yang miskin itu, justru menambah ketabahan baginya untuk menjalani hidup.

Menurutnya, ia harus hidup dengan segala cara yang baik, meski sudah tidak lagi memiliki orang tua. Ia juga tidak mau bergantung hidup pada tiga saudara kandungnya yang lain.

Bersaing dengan orang bertubuh normal, bukan masalah baginya. Yang penting tidak saling mencaplok lahan garapan. Dalam menjalani profesi sebagai tukang parkir dengan tubuh cacat, bukannya tak ada halangan.

Pernah sekali, saat ia baru beberapa bulan menjalani pekerjaan sebagai penegak disiplin itu, sempat mengalami hambatan. Pihak perusahan yang memungut retribusi perparkiran Kota Palu sempat memberhentikannya. Pasalnya ia dinilai kurang cekatan, karena cacat tubuh yang ia bawa sejak lahir itu.

Namun oleh para pemilik toko yang ada di tempat ia bekerja, ia diminta kembali untuk menjadi tukang parkir. Akhirnya dengan kebesaran hati dan niat tulus untuk mengais rezeki, Safrul kembali menjalani pekerjaannya itu.

Menjalani profesi layaknya orang normal pada umumnya, membuat Safrul harus berada di tempat kerjanya setiap hari, mulai pukul 09.00 hingga 22.00 wita. Untuk menempuh perjalanan dari rumahnya ke tempat kerja, pria yang saat ini, harus menggunakan becak untuk transportasi pergu pulangnya.

Safrul Akbar mengfaku, bahwa kursi roda tersebut adalah pemberian Dinas Sosial Kota Palu, saat ia masih duduk di bangku sekolah dulu. Hingga saat ini, sebagai anak terakhir dan belum menikah itu, sahrul tetap berusaha berjuang mencari makan dan memenuhi kebutuhan hidup lainnya dari pendapatan parkirnya. “Pernah sekali saya diajak orang, untuk kerja di meubel. Tapi saya tidak sanggup. Karena terlalu berat untuk saya. Saya kan susah berdiri, jadi kalau angkat atau ambil kayu, pasti sulit,” kenang Safrul Akbar.

Seperti para orang dewasa kebanyakan, Safrul terus berpikir, bagaimana bisa melakoni pekerjaannya dengan nyaman dan lebih meningkat. Dalam rencana ke depannya, Safrul berkeinginan membeli kursi roda baru lagi, karena kursi roda yang ia gunakan selama ini, sudah tidak layak pakai.

Pria yang yang tinggal di jalan Asam I, Kecamatan Palu Barat ini, mengaku sudah ukup nyaman dengan pekerjaannya sekarang. Ia tak berniat untuk berhenti, atau pindah profesi lagi.

“Begini lebih nyaman, lebih baik menurut saya. Dari pada saya cuma menjadi peminta-minta, lebih baik saya gunakan kemampuan saya menjadi tukang parkir. Inikan halal,” katanya dengan nada sedikit parau.

Safrul Akbar, mungkin tak sendiri. Masih banyak orang cacat lainnya di luar sana yang bernasib sama dengannya. Nasib mereka juga mungkin lebih parah dari Safrul Akbar, dan kayaknya pemerintah kita belum menunjukkan sikap baik untuk berpihak pada mereka. Berusahalah dengan tabah, semoga kursi roda baru yang kau inginkan akan didapatkan secepatnya.***




Delapan Calon Penjabat Bupati Sigi

Gubernur Sulawesi Tengah, Banjela Paliudju akhirnya menekan pengusulan delapan nama calon Penjabat Bupati Sigi, Sulawesi Tengah ke Menteri Dalam Negeri.Usulan nama-nama itu untuk menjawab aspirasi masyarakat setempat.

Nama-nama yang diusulkan itu adalah, Asisten I Baharuddin H Tanrewali, Asisten II M. Nadjib Godal, Asisten III Dery Djanggola, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Sulawesi Tengah Anwar Ponulele, dan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sulawesi Tengah, David Halim.

Menurut Paliudju, nama-nama tersebut sudah dibawa oleh Asisten I Baharuddin H. Tanrewali ke Mendgari pada Rabu (13/1) pagi. “Jadi kita tunggu saja keputusan Menteri Dalam Negeri. Siapa pun yang ditetapkan, itulah yang akan menjadi Penjabat Bupati Sigi,” kata Gubernur Paliudju.

Sebelumnya, Gubernur Paliudju telah mengusulkan tiga nama ke Mendagri. Mereka adalah Hidayat (Kepala Badan Kepegawaian Sulteng), Hendro Setiawan (Kepala Biro Administrasi dan Penjaringan Sekretariat Provinsi Sulteng) dan Herry Palar (Kepala Biro Keuangan Sekretariat Provinsi Sulteng).

Namun warga Kabupaten Sigi menyatakan menolak usulan tiga nama tersebut, karena dianggap terlalu dipaksakan dan diarahkan untuk satu orang saja, yaitu Hidayat. Lantaran itu, sejumlah warga Sigi menyampaikan keberatannya kepada Mendagri. Akhirnya penetapan Penjabat Bupati Sigi itu terkatung-katung hingga kini.

Bahkan, alasan penolakan warga Sigi terhadap ketiga nama tersebut, karena mereka ditengarai sebagai orang-orang dekat Gubernur Paliudju. Tapi Gubernur Paliudju membantah soal kedekatan itu. “Semua pejabat, secara struktural dekat dengan saya, karena saya ini atasan mereka,” bantah Gubernur Paliudju.

Walau mengakomodir aspirasi warga Sigi itu, Gubernur Paliudju tetap memberikan catatan dalam pengusulan nama-nama tersebut, bahwa tiga nama sebelumnya telah melewati proses pembahasan di tingkat Provinsi Sulteng, sedangkan lima nama yang baru diusulkan itu hanyalah untuk mengakomodir keinginan warga Sigi.

Kabupaten Sigi adalah sebuah kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah. Ibukotanya adalah Sigi Biromaru. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2008, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Donggala. Kabupaten ini telah resmi diundangkan pada 21 Juli 2008 silam.

Wednesday, January 07, 2009

Alkhairaat Imbau Boikot Produk Amerika

PALU – Ketua Utama Alkhairaat, HS. Saggaf Muhammad Aljufri, menyerukan kepada seluruh umat Islam agar memboikot produk-produk Amerika Serikat (AS). Pasalnya, AS-lah yang ikut membantu Israel untuk melancarkan serangan-serangan ke Gaza, Palestina.


“Jika kita membeli produk Amerika, sama artinya dengan kita ikut membantu tindakan agresi yang dilakukan oleh Israel, yang membantai warga muslim di Palestina. Maka saya serukan untuk boikto produk Amerika itu,” tegas HS Saggaf Muhammad Aljufri di kediamannya.

Selain memboikot produk-produk Amerika, Habib Saggaf juga mengimbau kepada seluruh umat Islam untuk terus membantu warga muslim di Palestina, dengan memanjatkan doa Qunut Nazilah dalam setiap waktu shalat wajib, baik yang dilakukan secara berjamaah maupun secara sendiri-sendiri.

Bantuan yang lain, kata Habib Saggaf, adalah dengan memberikan bantuan dana melalui lembaga-lembaga resmi yang dianjurkan pemerintah.

“Qunut Nazilah itu kita panjatkan demi keselamatan warga muslim di Gaza, Palestina. Doa seperti itu yang bisa kita berikan dari sini. Semoga dengan segala bantuan yang kita berikan, dapat memulihkan kembali suasana damai di negara itu,” imbau Habib Saggaf.

Sampai hari ke delapan serangan Israel ke Jalur Gaza di Palestina, tercatat sudah lebih dari 600 orang telah meninggal dunia. Pesawat-pesawat tempur Israel telah memboradir kawasan itu, sehingga tidak pandang orang tua, perempuan dan anak-anak yang tak berdosa menjadi korban kebrutalan Israel.

Selain itu, Habib Saggaf juga menyatakan rasa terima kasihnya kepada pemerintah, yang telah secara tegas meminta pihak Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menghentikan Agreasi Israel.

Sementara itu, Jumat kemarin, aksi mengecam Israel terus bergulir, ratusan massa yang menamakan dirinya Solidaritas Masyarakat Sulteng untuk Palestina, melakukan aksi Demonstrasi dan penggalangan dana untuk masyarakat korban Palestina.

Berkumpul dari Masjid Agung Darrussalam massa terus berorasi sampai ke Jalan Muhammad Hatta Palu . Massa tersebut terus bergantian melakuka orasi dari tiap tiap ormas. Massa ini merupakan gabungan dari kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Jundullah Sekolah Tinggi Agama Negeri (STAIN) Datokaramah Palu, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Persaudaraan Muslimah (Salimah) Sulteng, dan Ikatan Da’i Indonesia (Ikadi) Sulteng.***

Diduga Korupsi, Mantan Kadis Dikjar Palu Diperiksa

PALU- Aparat Kepolisian Polda Sulteng dari bagian, Tindak Pidana Khusus (Tipikor), Senin kemarin memeriksa mantan Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kota Palu, Jikra Garontina terkait kasus dugaan korupsi Dana Alokasi Khusus (DAK) 2006. Mereka diperiksa karena diduga kuat melakukan korupsi yang merugikan negara.

Juru bicara Polda Sulteng, AKBP Irfaizal Nasution, mengatakan modus operandi korupsi yang dilakukan Tjikra adalah berusaha dana DAK tersebut digunakan untuk rehabilitasi gedung sekolah, pengadaan mobiler dan buku yang diserahkan kepada pihak sekolah dalam hal ini Kepala sekolah untuk mengelolah dana tersebut. Tapi pada kenyataannya dana itu tak diberikan kepada kepala sekolah.

"Dana itu tidak diserahkan ke sekolah, tapi yang bersangkutan mengambil kebijakan sendiri untuk mengelola dana DAK itu," katanya.

Selain Jikra Garontina dua pejabat Dinas Kota Palu juga ikut di periksa dalam kasus yang sama. Kedua pejabat itu masing-masing Isran A Umar, Kasubag keuangan dan Mamnun selaku sekretaris II Dikjar Kota Palu.

"Ketiga tersangka ini dituduh melakukan korupsi dana dak senilai Rp 7 miliar," jelas AKBP Irfaizal .

Para tersangka ini lanjut AKBP Irfaizal, diperiksa sejak pagi hingga siang hari. Puluhan pertanyaan yang diajukan oleh tim pemeriksa, namun Jikra tak mau berkomentar. Sementara itu dua konsultan yang terlibat dalam kasus dugaan korupsi dana DAK direncanakan juga akan diperiksa. Kalau kedua konsultan itu terbukti maka keduanya akan dikenai hukum juga.

Untuk diketahui, kasus dugaan korupsi dana dak tahun 2006 ini seharusnya di kelola oleh setiap kepala sekolah. namun karena mantan kadis punya kebijakan sendiri sehingga dana tersebut langsung diambil alih oleh yang bersangkutan. Tjikra kemudian memerintahkan para konsultan untuk mengerjakan rehabilitasi sejumlah gedung sekolah dalam Kota Palu termasuk pengadaan mobiler.

Para konsultan yang melakukan pekerjaan tersebut, ditemukan hal-hal yang tidak beres, Tjikra dan kawan-kawan lalu dilapor ke Polda dengan tuduhan korupsi senilai Rp 7 miliar. ***

Anggota DPD Kecam Tindakan Israel

PALU – Anggota DPD-RI, Faisal Mahmud mengecam tindakan Israel yang menggempur Jalur Gaza sehingga menyebabkan ratusan orang kehilangan nyawa dan lebih ribuan lainnya luka-luka.

“Tindakan Israel itu menjadi bukti betapa negara itu telah mempraktikkan tindakan terorisme. Mereka telah melanggar nilai-nilai kemanusiaan terbesar dalam sejarah,” kata Faisal Mahmud.

Menurut Faisal Mahmud, apa yang terjadi di Jalur Gaza itu, sesungguhnya tidak bisa hanya dilihat sebagai tindakan pembantaian terhadap umat Islam, tapi yang terjadi sesungguhnya adalah pembantaian terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang dilakukan Zionis Israel.

Oleh karena itu, kata Faisal Mahmud, tindakan Israel itu tidak bisa dibiarkan, dan harus segera dihentikan. “Dan yang dapat menghentikan itu adalah Perserikatan Bangsa-Bangsa dan solidaritas negara-negara Arab serta Negara-negara lainnya di dunia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun harus ikut mengecam agresi militer Israel ke Jalur Gaza itu,” ujarnya.

Bahkan, Faisal Mahmud berencana akan membawa masalah tindakan Israel itu ke forum siding paripurna DPD yang akan rencananya akan dilaksanakan antara tanggal 8 atau 7 Januari ini. “Saya akan desak, agar DPD mengeluarkan sikap tegas mengecam kebrutalan Israel,” kata Faisal Mahmud.

Untuk sekarang ini, Faisal Mahmud menyatakan, ia dan warga Sulawesi Tengah ikut berduka cita atas kejadian yang menimpa saudara-saudara di Palestina, khususnya di Jalur Gaza dari kezaliman itu, yang menyebabkan terbunuhnya anak-anak kecil, para wanita, dan orang-orang tua, merusak kehormatan, melululantahkan rumah-rumah dan bangunan-bangunan, serta mengancam dan meneror stabilitas keamanan rakyat Palestina.

Dan tidak diragukan lagi bahwa hal itu adalah tindakan biadab dan kezaliman terhadap hak bangsa Palestina, hak-hak kemanusiaan.

Untuk itu, Faisal Mahmud menyatakan ikut mendukung sikap Ketua Utama Alkhairaat, HS. Saggaf Aljufri, yang menyerukan agar warga Muslim memboikot produk-produk Amerika di Indonesia. Pasalnya, Amerika ternyata ada di balik serangan Israel ke Jalur Gaza, dan sampai sekarang pun Barack Obama, Presiden Amerika terpilih pun masih ragu-ragu memberikan pernyataan atas tindakan Israel itu.

“Itu membuktikan bahwa ternyata Obama pun tidak bisa berbuat apa-apa terhadap Israel. Lantaran itu, tidak ada kata lain kecuali memang menaati seruan Ketua Utama Alkhairaat agar memboikot seluruh produk Amerika di Indonesia,” tegas Faisal Mahmud.

Selain memboikot, Faisal Mahmud juga menyerukan agar umat Islam di Sulawesi Tengah, tidak berhenti mendoakan keselamatan warga Palestina, yang sampai sekarang hidup dalam ketakutan akibat serangan Israel itu. Juga menyerukan agar menyalurkan bantuan semampunya melalui jalur yang sudah dilegalkan oleh pemerintah. ***

HTI Sulteng Kutuk Israel

PALU –Ratusan massa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Sulawesi Tengah, Ahad (4/1), berunjuk rasa mengutuk serangan membabi-buta Israel ke Palestina.

Aksi ini juga dilakukan serentak di kota-kota besar seluruh Indonesia, di antaranya Jakarta, Medan, Makassar, Banjarmasin, dan daerah lainnya. Aksi para aktivis HTI tersebut mengambil tema "Aksi Umat Ganyang Israel : Dengan Jihad dan Khilafah Hancurkan Israel, Kubur Kapitalisme".

Dalam pernyataannya, HTI memandang, Israel dan para pemimpinnya adalah teroris karena sesuai dengan definisi teroris adalah individu atau kelompok atau negara yang ingin mencapai tujuannya dengan menggunakan kekerasan.

Israel adalah teroris karena secara nyata menggunakan teknologi canggih. Oleh karena itu, Israel harus diperangi oleh seluruh dunia. Dalam aksi protes terhadap kebiadaban Israel itu, para demonstran juga membawa serta anak dan istri mereka. Aksi yang dikawal sejumlah aparat keamanan saat itu berlangsung aman dan tertib.

Sementara itu, sejumlah aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Palu, Ahad sore juga melakukan aksi peduli Palestina. Selain berorasi, mereka juga menggelar pengumpulan dana di prapatan Jalan Samratulangi. Aksi tersebut telah mereka lakukan salama dua hari berturut-turut.

Sementara itu, Tim Aju Awal Misi Kemanusiaan asal Indonesia, Ahad pagi sekira pukul 09.00 waktu setempat (14.00 WIB), meninggalkan Amman, ibu kota Kerajaan Yordania untuk mencoba masuk ke Jalur Gaza Palestina melalui perbatasan Mesir.

Wartawan Antara Andi Jauhari dari kawasan Petra --sebuah tempat transit bagi kendaraan yang hendak menuju Jalur Gaza, yang berjarak 40 Km dari Amman, ibukota Yordania melaporkan, perjalanan menuju perbatasan Mesir-Jalur Gaza itu diperkirakan ditempuh sekitar 12 jam.

"Dengan penambahan waktu pengecekan keimigrasian dan keamanan, perjalanan sepanjang 900 km-an ini diperkirakan dicapai 12 jam," kata Sekretaris Ii Kedubes RI Amman , Bachtiar Saleh saat rehat di tempat transit itu.

Menurut Bachtiar Saleh, jalur yang dilalui dalam perjalanan ke perbatasan itu dari Amman menuju Pelabuhan Aqabah yang berjarak 300 km. Kemudian setiba di Aqabah akan menyeberang ke daerah Taba, yang sudah masuk wilayah Mesir dengan kapal feri selama 45 menit.

Dari Taba, perjalanan berlanjut menuju ibukota Mesir, Kairo yang jaraknya 500 km.
"Nah....sepanjang perjalanan Taba-Kairo itu kita akan melintasi Gurun Sinai," katanya dan menambahkan bahwa bila lancar tim akan sampai di Kairo sekira pukul 21.00 waktu Mesir (Senin dinihari pukul 02.00 WIB).***