Ruslan Sangadji
Sulawesi Tengah memiliki potensi sumber daya alam yang begitu besar. Hanya saja, sampai sekarang tidak tergarap dengan baik, karena kurangnya investor yang berminat untuk menanamkan modalnya di daerah ini.
Gubernur Sulawesi Tengah, Bandjela Paliudju kepada The Jakarta Post, Sabtu (29/7) siang, mengatakan salah satu penyebab rendahnya investasi di Sulawesi Tengah, karena daerah ini pernah dilanda konflik berkepanjang.
”Tapi sekarang konflik sudah selesai. Sekarang kita sedang menuju pada rehabilitasi dan rekosntruksi Poso. Jadi, kamu undang investor yang bersedia untuk menanamkan modal di Sulawesi Tengah. Kami akan memberikan kemudahan berinvestasi di daerah kami,” kata Gubernur Paliudju.
Purnawirawan TNI itu merinci sejumlah potensi yang ada di Sulteng untuk bisa digarap. Antara lain Batubara, Nikel, Emas, Migas, Galena, Granit, Tembaga dan masih banyak potensi lainnya. Sedangkan yang baru tergarap dengan serius saat ini adalah minyak dan gas bumi di Lapangan Tiaka, yang terletak di Blok Senoro-Toili, Kabupaten Banggai.
Mengutip laporan dari Pertamina, Gubernur Bandjela Paliudju kepada The Jakarta Post menjelaskan, eksploitasi Migas di Tiaka ini, sudah sampai pada tingkat pengapalan minyak mentah sebanyak 75 ribu barel ke kilang UP III Plaju, yang secara perdana dilakukan pada bulan Januari 2006 lalu.
Lapangan Tiaka yang terletak di Blok Senoro-Toili dioperasikan bersama oleh Pertamina dan Medco E&Tomori Sulawesi, yang mulai berproduksi pada tanggal 31 Juli 2005. Dari produksi yang terkumpul sampai dengan bulan Desember 2005 sebanyak 155.377 barrel, dikapalkan minyak mentah sebanyak 75.000 barrel ke Kilang Unit Pengolahan III Plaju.
Lapangan minyak Tiaka yang berada di Area Toili diperkirakan dapat memproduksi minyak mentah 10 juta barrel. Di Area Senoro terdapat lapangan Senoro yang berpotensi menghasilkan gas 3,7 triliun kaki kubik.
Produksi awal minyak mentah lapangan tersebut hanya sekitar 1.200 barrel per hari, tetapi saat ini sudah mencapai + 2.000 bph, yang dapat ditingkatkan mencapai 5.000 bph.
Sementara mengenai potensi Batubara, Gubernur Paliudju mengatakan, potensi ini terletak di Desa Ensa, Tomata, Kecamatan Mori Atas, Kabupaten Morowali dengan tebal lapisan 0,3 – 1,0 meter, jenis gambut (peat), lignit dan brown coal.
Juga terletak di Desa sekitar Toaya dan Tamarenja, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala dengan lokasi penyebaran sekitar 15 Hektar terdapat pada formasi Malosa, berselang seling dengan lempung sn batu pasir halus sampai kasar dengan ketebalan 0,15 – 3, 0 m. Dari hasil analisa ”grab sampling” menunjukkan kadar air 20,79persen, abu 9,68persen, fix carbon 29,55persen, belerang 1,26persen dengan nilai kalori 4130 Kkal.
”Sekali lagi, kita punya potensi sumber daya alam yang sangat berlimpah. Hanya memang, semua ini belum tersentuh, karena kita dikenal dengan daerah konflik, sehingga memicu keengganan masuk investasi ke Sulawesi Tengah. Tapi saya mau tegaskan, itu masa lalu, sekarang sangat aman,” tegas Gubernur Paliudju.
Biro Informasi dan Komunikasi Provinsi Sulawesi Tengahj mencatat, tahun 2000, jumlah Persetujuan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tercatat sebanyak 86 proyek dengan nilai Investasi Rp. 7.409.485.000, sedangkan Penanaman Modal Asing (PMA) tercatat 31 proyek dengan rincian PMA Investasi US$ 24 proyek dengan nilai Investasi US$. 124.568.250 dan PMA Investasi Rupiah tercatat 7 proyek dengan nilai investasi Rp.23.047.390.000.-
Pada tahun 2002 dilaksanakan kegiatan rasionalisasi untuk mendapatkan angka investasi Sulawesi Tengah yang akurat dengan hasil yang diperoleh bahwa PMDN tercatat 30 proyek dengan nilai investasi sebesar Rp.2.457.062.813.572, sedangkan PMA 14 proyek dengan nilai investasi US$. 169.065.250, dan PMA investasi Rupiah tercatat 6 proyek dengan nilai investasi sebesar Rp. 15.130.500.000,-
Perkembangan menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan minat investasi dari Investor Asing dan peningkatan kepercayaan atas kondisi / iklim investasi di Indonesia khususnya Propinsi Sulawesi Tengah setelah terjadinya krisis dan konfik Poso, mengingat di antara persetujuan investasi PMA tersebut, satu persetujuan baru di tahun 2001 dengan nilai rencana investasi US$. 150.000.
Tahun 2002 juga, dua persetujuan baru dan satu perluasan dengan nilai rencana investasi US$. 1.700.000, tahun 2003 dua persetujuan baru dengan nilai investasi sebesar US$. 131.874.000, sedangkan PMA investasi rupiah talum 2001 tiga persetujuan baru dengan nilai rencana investasi Rp.9.805.500.000, tahun 2002 dua persetujuan baru dengan nilai rencana investasi Rp. 3.225.000.000.
PMDN tahun 2001 satu persetujuan dengan nilai rencana investasi Rp. 500.000.000, tahun 2002 dua persetujuan baru dan satu perluasan dengan nilai rencana investasi Rp. 12.916.120.572, tahun 2003 satu persetujuan baru dengan nilai rencana investasi Rp. 217.700.000.000. Penurunan PMDN kemungkinan penyebabnya adalah peran intermediasi Perbankan yang belum maksimal.
Sampai dengan tahun 2003 perkembangan investasi Sulawesi Tengah tercatat PMDN 34 perusahaan dengan nilai rencana investasi Rp. 2.397.512.930.000, dengan realisasi Rp. 854.214.970.000 atau 35,63 persen, sedangkan PMA tercatat 13 perusahaan dengan nilai rencana investasi US$. 166.105.200 dengan realisasi US$. 26.281.840 atau 15,82 persen, dan PMA Investasi Rupiah 4 perusahaan dengan nilai rencana investasi Rp. 13.133.500.000 dengan realisasi Rp. 13.130.500.000 atau 99,98 persen
Diperkirakan pada gilirannya dapat menyerap sekitar 47.837 orang lebih tenaga kerja Indonesia dan sekitar 130 orang lebih tenaga kerja asing.***
No comments:
Post a Comment