PENGGUNAAN formalin sebagai bahan pengawet makanan akhir-akhir ini, membuat banyak kalangan cemas, dan kemudian harus berhati-hati mengonsumsi makanan.
Fenomena ini membuat, Mappiratu, seorang guru besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Tadulako (Untad) mencari solusi untuk meminimalisir penggunaan formalin sebagai pengawet makanan.
Akhir tahun 2008 lalu, pria kelahiran Bira, Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan ini, telah merampungkan satu penelitiannya yang diberi judul “Penggunaan Sabut Kepala untuk pembuatan Asap Cair dan Briket”.
Maksudnya, jika saat ini kita mengenal sabut kelapa hanya digunakan untuk kayu bakar dan bahan baku kerajinan, maka melalui tangan terampil Mappiratu, sabut kelapa dapat digunakan menjadi briket yang dapat menggantikan minyak tanah. Sementara asap dari hasil pembakarannya dapat dijadikan bahan pengawet, yang menggantikan formalin.
Dalam penelitiannya itu, profesor yang tinggal di Jalan Tekukur, Perumahan Dosen Untad ini, mendesain sebuah alat dinamakan: Destilator Spironisis.
“Waktu penelitian banyak tersita untuk pembuatan alat. Alhamdulillah ada satu yang bisa menghasilkan kualitas baik,” kata Mappiratu.
Destilator Spironisis ini berbeda dengan yang dibuat oleh para peneliti sebelumnya. Dalam pengerjaannya, digunakan sabut yang dibakar langsung dalam reaktor, dan ditambahkan secara berangsur-angsur, tanpa menggunakan bahan bakar seperti minyak tanah.
“Kalau prosesnya, kita bakar langsung sabut di dalam reaktor, kemudian kita tutup, dan asapnya itu yang dialirkan melalui sebuah selang ke tempat penampungan yakni destilator, dan perlahan-lahan akan menjadi seperti embun, dan menghasilkan cairan. Itulah namanya asap cair,” jelasnya singkat
Arang hasil pembakaran sabut kelapa tersebut digunakan lagi menjadi briket, yang dapat menggantikan penggunaan bahan bakar minyak tanah.
Mappiratu menyebutkan, untuk satu kilo arang briket dapat mendidihkan dua liter air dalam waktu enam menit. Untuk 11 kilogram sabut kelapa, dapat menghasilkan 1 liter asap cair dan 2,2 kilo gram arang briket.
Selama ini kata Mappiratu, harga jual asap cair dapat mencapai Rp20 ribu per liternya. “Kalau di Jawa, rata-rata mereka menggunakan asap cair ini untuk bahan untuk membekukan karet,” ungkap bapak tujuh anak ini.
Komposisi kimia yang terkandung dalam asap cair tersebut kata Mappiratu adalah Venol, Karbonin, Asam dan PH. Ini sama dengan komposisi asap cair untuk penggumpalan karet.
Hasil penelitian ini, kata dia, amat berguna bagi petani kopra. Karena, para petani kopralah yang banyak memiliki bahan bakunya.
Dia berharap, hasil penelitian ini berguna bagi masyarakat luas. Khususnya bagi para kalangan pelaku usaha industri kecil, yang masih menggunakan formalin untuk mengawetkan bahan makanan hasil produksi mereka.
“Saya prihatin dengan penggunaan formalin dalam beberapa bahan makanan. Masyarakat mesti tau bahaya penggunaannya jika dikonsumsi manusia,” tandas Mappiratu.
No comments:
Post a Comment