Ruslan Sangadji
Palu
Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, agar segera ke Poso untuk mendengarkan aspirasi masyarakat Kristen, kaitan dengan rencana eksekusi mati tiga terpidana kasus kerusuhan Poso, Fabianus Tibo, Marinus Riwu dan Dominggus da Silva.
"Kami minta Presiden secepatya ke Poso untuk mendengar langsung apa keinginan warga Kristen Poso," tegas Ketua GKST, Pendeta Renaldy Damanik di Palu, Minggu (2/4) sore.
Menurut Damanik, warga Kristen di Poso menyatakan menolak rencana eksekusi mati terhadap ketiga umat Katolik itu. Salah satu bentuk penolakan itu, adalah semakin aktifinya mereka mendoakan ketiga terpidana mati kerusuhan Poso tersebut. "Doa dilakukan tidak hanya pada jam-jam ibadah saja, tapi setiap saat," kata Damanik.
Bahkan, menurut Damanik, puncaknya dilakukan doa bersama di Tentena, Kecamatan Pamona Utara, yang dihadiri ribuan umat Kristiani di Poso. Saat itu seluruh jemaat meneteskan air mata, mereka mendoakan keselamatan Fabianus Tibo, Marinus Riwu dan Dominggus da Silva serta memohon agar eksekusi dibatalkan.
Damanik menyatakan, dirinya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi bila itu setelah dieksekusi, lantas mayat ketiga terpidana itu melintas di perkampungan Kristen Poso sepanjang lebih 200 kilometer, dari Desa Tagolu, Poso menuju Beteleme, di Kabupaten Morowali.
Damanik menambahkan, jika Tibo, Riwu dan da Silva dieksekusi, maka seluruh kasus Poso sejak Desember 1998 hingga Desember 2001 diungkap lagi, namun tetap mengacu pada kerangka Deklarasi Malino akhir Desember 2001.
Menurut Damanik, apa yang terjadi pada Desember 1998 sampai tahun 2000 adalah konflik atau benturan fisik antara dua komunitas, kerena ketidakmampuan pemerintah dan aparat keamanan baik d pusat maupun Provinsi Sulteng dan Kabupaten Poso, sehingga terus berkelanjutan dan memakan korban manusia.
Sebelumnya, Kapolda Sulawesi Tengah, Brigadir Jenderal Polisi Oegroseno mengatakan, dalam amatannya di lapangan reaksi masyarakat terhadap rencana eksekusi tiga orang terpidana mati itu, biasa-biasa saja. "Reaksi masyarakat tidak menonjol. Biasa-biasa saja kok," tegas Kapolda Sulteng.
Ketua Front Solidaritas Islam Revolusioner (FSIR) Sulawesi Tengah, Sofyan Farid Lembah, menegaskan eksekusi terhadap Fabianus Tibo, Marinus Riwu dan Dominggus da SIlva itu, tidak bisa ditunda lagi, karena prosedur hukumnya sudah memiliki kekuatan tetap.
Menurut Sofyan Lembah, eksekusi itu juga sebagai pengobat kesedihan bagi sedikitnya 2000 keluarga muslim yang dibunuh di Poso. Dia kuatir, jika eksekusi itu tidak dilakukan maka akan terjadi lagi konflik baru di Poso. "Jadi siapa yang bertanggungjawab dengan terbunuhnya ribuan umat Islam itu," kata Sofyan Farid Lembah.***
No comments:
Post a Comment