Dalam tiga bulan terakhir ini, listrik di Kota Palu, Sulawesi Tengah dan sekitarnya mengalami pemadaman yang diberlakukan PLN secara bergilir, karena terjadinya kerusakan mesin. Pemadaman bergilir itu mendapat reaksi masyarakat. Beberapa kali, kantor PLN Rayon Kamonji, Palu Barat dilempari batu oleh warga.
Pihak PLN Cabang Palu hanya bisa berjanji akan memperbaiki kerusakan itu, agar listrik di Palu kembali normal. Asisten Manajer SDM dan Administrasi, Boyke Sondakah mengatakan, setiap ada pemadaman listrik, pasti karena ada kerusakan pada beberapa komponen mesin Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Silae Palu.
Boyke Sondakh menjelaskan, Sejak 24 Maret lalu, PLTD yang berkekuatan 1500 megawatt itu mengalami kerusakan karena overhall. Setelah diperbaiki, ternyata silinder head rusak, sehingga harus diperbaiki lagi. Akibatnya pemadaman bergilir terpaksa diberlakukan, karena mesin yang berfungsi hanya 21 megawatt. Padahal kebutuhan listrik di Kota Palu dan sekitarnya adalah 41 megawatt.
Kebutuhan sebanyak itu, kata Boyke Sondakh, terjadi pada beban puncak di malam hari yang dimulai pukul 17.00 wita hingga 22.00 wita. Sedangkan beban puncak pada siang hari, sebanyak 26 hingga 28 mw. "Karena ada kerusakan mesin sehingga PLN tidak mampu menyuplai listrik sebanyak kebutuhan itu," kata Boyke Sondakh.
Berdasarkan data, mesin PLTD Silae Palu unit 1 sampai unit 7, mulai beroperasi sejak tahun 1986. Mesin unit 8 mulai beroperasi 1989 dan unit 10 beroperasi 1998. Sedangkan total daya yang dihasilkan dari 10 unit mesin itu sebanyak 25 megawatt.
Kerusakan tidak hanya terjadi di PLTD Silae Palu, tapi juga terjadi di mesin Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). General Manajer PT PUsaka Jaya Palu Power yang pengelola PLTU Palu, Slamet Victor Panggabean mengatakan, terjadi shut down pada mesin PLTU unit 2, karena beberapa alasan, yakni program maintenance dan menunggu kedatangan shipment batu bara dari Kalimantan Timur.
Menurut Slamet, maintenance pada cleaning gas air heater atau pipa pembuangan gas yang buntu karena tersumbat. Sehingga operasional di boiler, proses tidak bisa maksimal. Pressure juga sudah semakin drop, sehingga memerlukan waktu beberapa hari untuk melakukan sinkron dengan penggantian pipa dan packing kebocoran, serta pengecekan beberapa peralatan lainnya.
"Walau begitu, PLTU Unit 1 tetap beroperasi dengan beban ke PLN sebanyak 10 megawatt sambil menunggu kedatangan shipment batu bara," kata Slamet Panggabean.
Tapi, pada 27 Maret 2008 lalu, daya yang dihasilkan pada mesin unit mengalami penurunan menjadi 5-6 megawatt. Dan saat itu terjadi shut down, sehingga terjadi black out. Itu terjadi karena stok batu bara di site telah habis dan pasokan shipment batu bara belum juga tiba di Palu. Kata dia, karena cuaca dan sarana transportasi yang tidak mendukung. "Ini yang menjadi alasan terjadi pemadaman itu sampai sekarang," katanya. ***
No comments:
Post a Comment