Bentrokan antarwarga terjadi di Desa Karawana dan Desa Soluove, Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi Biromaru, sekitar 20 kilometer arah Selatan Kota Palu, Sulawesi Tengah, pada Ahad (12/10) siang hingga malam. Akibatnya, tiga warga dari ke dua desa tersebut terluka terkena lemparan batu dan bidikan busur.
Ketiga warga tersebut adalah Ny. Masni (35) terkena lemparan batu di bagian pelipis dan Ny Mista (28) terkena busur di bagian pinggang. Kedua korban ini adalah warga Desa Soulowe.
Sementara seorang laki-laki bernama Arman alias Man (30) warga Desa Karawana terkena lemparan batu di bagian belakang kepala.
Ny. Masni salah seorang korban yang terkena lemparan batu itu kepada The Jakarta Post mengatakan, kejadian itu terjadi sejak pukul 01:00 dinihari. Saat itu, desanya diserang warga Desa Karawana yamg masih tetangga desa. Namun penyerangan itu tidak berlangsung lama.
Tak lama kemudian, pada pukul 04.30 Wita warga Desa Karawana kembali menyerang Desa Saulove. Dalam penyerangan itu, kedua desa ini terlibat aksi baku lempar dengan menggunakan batu. Nasib sial bagi Ny Masni, dalam aksi saling lempar itu, dirinya terkena lemparan batu.
“Waktu baku lempar itu tidak lama saya sudah tidak ikut lagi, karena saat itu saya sudah kena lemparan, di bagian pelipis sehingga langsung dibawa ke puskesmas untuk dijahit ,” katanya.
Ny. Meti, salah seorang warga Desa Soulove yang tinggal di perbatasan antara kedua desa tersebut mengaku mengungsi karena merasa tidak nyaman menetap di rumahnya. Pilihan untuk mengungsi itu, katanya, karena setiap penyerangan, rumahnya menjadi sasaran pelemparan batu.
”Saya terpaksa mengungsi karena masih khawatir terjadi lagi penyerangan susulan," katanya.
Kepala Kepolisian Sektor Dolo, Inspektur Satu Polisi Ridwan Hutagaol mengatakan, belum diketahui motif di balik bentrokan antarwarga tersebut. “Sampai saat ini belum jelas akar permasalahannya, karena setelah melakukan pertemuan dengan empat kepala desa, yakni kepala Desa Soulove, Karawana, Potoya dan Tulo, tidak terungkap masalah apa sebenarnya yang terjadi," katanya.
Menurut Kapolsek, hasil pertemuan para tokoh tersebut, menyimpulkan bahwa setiap Kepala Desa mengamankan daerahnya masing-masing dan melakukan sosialisasi kepada warganya agar tidak terprovokasi dengan isu-isu negatif yang berkembang di desa masing-masing.
Untuk mengamankan situasi, saat ini polisi telah mengirimkan satu pleton aparat Kepolisian Polsek Dolo. "Jika terjadi lagi bentrokan, maka akan ada penambahan pasukan dari Polres Donggala," katanya.
Pantauan The Jakarta Post menyebutkan, hingga Senin (13/10) dini hari situasi kedua desa tersebut masih mencekam. Walau pun aparat keamanan yang diturunkan untuk pengamanan itu, namun warga yang tinggal di perbatasan masih mengungsi ke rumah keluarga yang berjauhan dengan perbatasan.
Sedangkan Senin pagi, dua sekolah di desa Soulowe dan di perbatasan antara Desa Soulowe dan Desa Karawana, yakni Madrasah Aliyah Almuhibbah dan Madrasah Tsanawiyah Alkhairaat belum dapat belajar normal. Sejumlah guru dan siswanya hanya terlihat duduk di teras sekolah.
Kepala Madrasah Aliyah Almuhibbah Soulowe, Ratna Madung mengatakan, pihaknya sengaja tidak menormalkan proses belajar mengajar karena situasi belum menentu.
"Orang di sini 'gila-gila' biar ada polisi tapi kalau mau menyerang balik ya tetap saja mereka lakukan. Jadi, kalau-kalau terjadi situasi chaos lagi, kita lebih gampang mengamankan diri," katanya. ***
No comments:
Post a Comment