Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah mengaku tidak tahu-menahu, soal penjualan sekitar 100 patung megalith dari Kecamatan Lore Selatan dan Lore Utara, Kabupaten Poso. Padahal, menurut laporan kalau situs yang telah berusia lebih 2000 tahun itu, telah di jual sejumlah galery barang antik di Bali seperti yang ditulis Kompas, Selasa (11/12).
Wakil Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Tengah, Jethan Towakit yang dikonfirmasi, Selasa (11/12) pagi mengatakan, pihaknya sebagai penanggungjawab situs-situs purbakala itu belum tahu sama sekali soal penjualan situs megalith itu.
"Jika informasi itu benar adanya, maka kami segera membentuk tim terpadu untuk melakukan penyelidikan dan berusaha mengembalikan situs megalith itu ke tempatnya semula," kata Jethan Towakit.
Tapi yang pasti, penjualan situs megalith itu terungkap, setelah pihak DPRD Poso menerima laporan warganya yang sekarang berdomisili di Denpasar, Bali, bahwa sejumlah galery barang antik di kota itu terlihat memperjualbelikan sejumlah situs megalith asal Sulawesi Tengah.
Setelah menerima laporan tersebut, pihak DPRD Poso kemudian mengirim dua orang anggotanya untuk mengecek kebenaran informasi itu di Denpasar. Dan setelah dicek, ternyata informasi itu benar adanya. Bahkan, patung megalith itu dijual dengan harga mulai puluhan juta rupiah hingga lima miliar rupiah.
Ketua DPRD Poso, S Pelima yang dikonfirmasi membenarkan hasil temuan tersebut. Dia mengatakan ada patung megaltih yang bernama Batu Nongko asal Lore Utara, dijual dengan harga Rp 5 miliar kepada pembeli asal Amerika. Sedangkan 20 situs lainnya yang sudah laku terjual, sekarang masih dipajang sambil menunggu proses pengiriman kepada pembelinya.
Pencurian situs megalith itu, mulai berlangsung kurun enam tahun terakhir. Diperkirakan lebih 100 patung megalith yang sudah dicuri, tapi baik Pemerintah Kabupaten Poso maupun Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, mengaku tidak tahu menahu dan tidak melakukan tindakan pencegahannya. "Ini yang kami sesalkan, padahal kami sudah menyampaikan hasil temuan itu kepada Pemerintah Kabupaten Poso," tegas Ketua DPRD Poso, S. Pelima
Berdasarkan hasil penelitian The Nature Concervancy (TNC) Sulawesi Tengah bekerjasama dengan Yayasan Katopasa Palu tahun 2001 lalu, terdapat 432 objek situs megalith di Sulawesi Tengah, tersebar di Kecamatan Lore Utara sebanyak 349 situs, di Lore Selatan sebanyak 55 situs dan di Kecamatan Kulawi Kabupaten Donggala sebanyak 27 situs.
Tapi pihak Museum Sulawesi Tengah menyebutkan, situs megalith itu tidak hanya ada di tiga wilayah itu, tapi juga tersebar di Doda, Kecamatan Lore Tengah, di Desa Tulo, Kecamatan Dolo Kabupaten Donggala, Desa Watunonju, Kecamatan Sigi Biromaru, Kecamatan Pipikiro, dan Desa Bangga di Kabupaten Donggala. Hanya saja, pihak Museum mengaku tidak punya data soal jumlah situs menhir tersebut.
Iskam Lasarika, petugas Museum Sulawesi Tengah mengatakan, pihaknya hanya memberi nama terhadap patung-patung megalith ini. Salah satu patung megalith yang berdiri sendiri misalnya, dinamai Tadulako yang berarti pemimpin. Tingginya sekitar 170 centimeter. Patung itu berukiran orang. Mungkin saja pembuatnya hendak menggambarkan bahwa begitulah pemimpin di masa zaman pra sejarah itu.
Untuk menuju patung Tadulako itu, kita harus berjalan kaki dari jalan utama sekitar 2 kilometer dengan melewati persawahan. Sekitar 30 meter dari patung Tadulako ditemukan lagi beberapa situs megalith lain yang diberi nama Kalamba atau perahu, batu yang tengahnya bolong. Tidak hanya di situ, sekitar 5 kilometer dari kalamba, masih banyak ditemukan situs-situs megalith serupa.
Situs ini disebut juga dengan menhir, yakni bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan ada yang berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu seperti punden berundak-undak.
Saat ini, terdapat 60 ribu artefak asal Sulawesi termasuk Sulawesi Tengah yang disimpan di Museum Leiden Belanda. Sedangkan di Museum Sulawesi Tengah sendiri hanya menyimpan sekitar 10 ribu artefak.***
No comments:
Post a Comment