Detik-detik eksekusi tiga terpidana mati kasus bom Bali I, Imam Samudra Cs, membuat sejumlah masyarakat di bekas daerah konflik Poso mengaku khawatir terjadinya kembali gangguan keamanan.
Ini terlihat situasi di pasar Sentral Poso, para pedagang rempah, sayur dan buah yang berasal dari sejumlah desa seperti Desa Maliwuko, Sepe, Silanca, Tangkura dan Desa Malei di kecamatan Lage yang biasa berjualan di pasar Sentral Poso, memilih tidak berdagang. Desa-desa tersebut memang berpenduduk mayoritas Nasrani. Mereka dihantui ketakutan.
Dua hari belakangan ini, para pedagang kecil itu memilih berjualan di pasar tradisioanal Tentena yang jaraknya sekitar 50 kilometer sebelah selatan Kota Poso. Mereka merasa aman bila berjualan di Kota Tentena sebagai basis umat Kristen.
Salah seorang warga Desa Maliwuko Erni Mega mengaku, warga pedagang kecil yang berada di sekitar kecamatan Lage sejak Senin lalu mulai berdagang ke pasar Tentena. “Sejak informasi jelang eksekusi Amrozi cs, pedagang mulai berjualan ke pasar Tentena, mereka khawatir berjualan di pasar Sentral Poso, takut terjadi teror,” kata Mega.
Tak hanya pedagang, sejumlah warga mengaku tidak memilih megunjungi tempat-tempat keramaian seperti pasar. “Kami tidak mengunjungi pasar atau tempat keramaian dulu jelang eksekusi Amrozi cs,” kata Isnah Mustafa warga Kelurahan Kawua, Poso Kota.
Kekhawatiran warga itu dinilai beralasan karena warga Poso pernah diwarnai teror berkepanjangan. Karena itu, aparat keamanan, dari Kepolisian dan TNI mengambil langkah pengamanan ekstra ketat. Pengamanan tersebut disambut baik warga Poso.
Purnama Megati, warga asal Kelurahan Kawua mengaku sangat berterimah kasih pada aparat keamanan yang tidak kenal lelah melakukan razia sepanjang hari. “Kami tidak merasa keberatan di razia, bahkan, sangat berterimah kasih,” kata Purnama.***
No comments:
Post a Comment