Walau berada dalam pengamanan ketat aparat keamanan, namun Sidang Majelis Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) di Tentena, Kabupaten Poso Sulawesi Tengah berlangsung aman dan sukses.
Acara yang berlangsung sejak Selasa (11/11) sore itu telah menghasilkan sejumlah keputusan penting untuk umat Kristiani di Sulawesi Tengah. Hanya saja, pihak panitia tidak merinci secara pasti soal sejumlah program yang dimaksud. Tapi yang pasti, salah satu keputusan penting adalah bahwa pihak GKST tetap mendorong suasana damai dan mendorong kesejahteraan bagi masyarakat setempat.
Salah seorang peserta Sidang Majelis Sinode GKST, Yesaya Erick Tamalagi kepada The Jakarta Post, Rabu (12/11) mengatakan, sidang majelis gereja Sulawesi Tengah itu, tidak terpengaruh dengan adanya eksekusi Amrozi dan kawan-kawan.
“Memang ada pemeriksaan di sejumlah pos penjagaan saat kita memasuki Kota Paoso dan Kota Tentena. Bahkan pengamanan di sekitar lokasi sidang juga sangat ketat, tapi semuanya masih dalam kewajaran. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi,” kata Erik Tamalagi yang juga produser di salah satu televisi swasta nasional di Jakarta itu.
Erik Tamalagi mengatakan, dia sengaja datang dari Jakarta untuk menghadiri sidang majelis Sinode itu sebagai peserta, selain karena termasuk salah seorang pengurud GKST, juga karena merasa yakin bahwa kondisi keamanan di daerah bekas konflik itu sudah membaik. “Saya tak perlu merasa takut lagi. Saya hanya berharap kondisi yang sudah ada seperti sekarang ini dapat bertahan dan bahkan lebih baik lagi di hari-hari mendatang,” ujarnya.
Bupati Poso, Piet Inkiriwang mengatakan warga Poso tidak terpengaruh dengan adanya isu teror menjelang bahkan pasca eksekusi Amrozi cs. Buktinya, kata dia, aktivitas masyarakat tetap berlangsung seperti biasa, walau pun sempat ada beberapa warga Poso, sempat takut berjualan di Pasar Central Poso.
“Tapi itu hanya ketakutan sesaat. Buktinya, tidak ada masalah kan. Anda lihat sendiri kan, bagaimana Anda jalan dari Palu ke Poso sampai ke Tentena ini. Tidak ada masalah kan? Semua baik-baik saja kok. Anda saja (wartawan) yang terlalu berlebihan memberitakan soal Poso ini,” tegas Piet Inkiriwang kepada The Jakarta Post, Selasa, (11/11) sore.
Sementara itu, seperti dilansir Kantor Berita Antara, sekitar 200 umat Katolik di Poso, hari Minggu (9/11) lalu sempat menggelar Misa di Gereja Sion Jln Yos Sudarso Poso Kota untuk melakukan doa bersama kepada Amrozi, Ali Ghufron alias Muchlas, dan Imam Samudra yang telah dieksekusi pada Sabtu (8/11) lalu.
Dalam ibadah ini, Pastor Jhony Mojanggo yang memimpin misa berkali-kali mengimbau jemaatnya mendoakan Amrozi dan kawan-kawan agar arwahnya diterima di sisi Tuhan. Mereka juga mendoakan agar keluarga yang ditinggalkan para almarhum dapat menerima dengan tabah atas hukuman mati yang dijalani ketiga terpidana kasus Bom Bali tersebut.***
No comments:
Post a Comment