Pasca penembakan tiga anggota polisi di depan Bank Central Asia (BCA) Cabang Palu (25/5) lalu, banyak pihak bertanya-tanya, dari mana asal senjata yang digunakan para teroris itu. Tahmidi Lasahido, sosiolog dari Universitas Tadulako Palu mengatakan, senjata yang digunakan itu merupakan senjata sisa kerusuhan tahun 1998 silam.
Kapolda Sulawesi Tengah, Brigadir Jenderal Polisi Dewa Parsana mengatakan, senjata yang digunakan para teroris itu adalah US Carabin/Jungle dan M-16. Senjata itu sudah karatan dan seharus tidak layak digunakan lagi.
Lantas dari mana asal senjata itu? Kalau Tahmidi Lasahido menduga senjata yang digunakan teroris itu adalah sisa-sisa kerusuhan tahun 2008-2002 silam, sangat masuk akal. Karena, ketika meletusnya konflik Poso yang sangat dahsyat tahun 2000 silam, kelompok-kelompok sipil bersenjata datang ke Poso dengan membawa senjata untuk kemudian “berperang” di daerah itu.
Buktinya, polisi maupun TNI berhasil menyita maupun diserahkan warga, sejumlah jenis senjata yang pernah digunakan pada kerusuhan itu, antara lain senjata laras pendek seperti revolver dan FN. Juga laras panjang seperti Avtomat Kalashnikova 1947 (senjata buatan Rusia) atau yang dikenal dengan istilah AK-47. Ada juga Senapan Serbu Satu (SS-1) buatan Pindad yang biasa digunakan TNI dan Polri, dan M-16.
M-16 ini kaliber 5,56 mm. M16 adalah sebutan militer Amerika Serikat untuk senapan AR-15. Colt membeli hak atas AR-15 dari ArmaLite dan saat ini menggunakan sebutan yang hanya untuk versi semi-otomatis senapan. Senapan M16, menembak menggunakan Magazen 5.56x45mm dan dapat menghasilkan efek melukai besar, ketika dampak peluru pada kecepatan tinggi dan patek dalam jaringan menyebabkan fragmentasi dan cepat mentransfer energi.
Yayasan Tanah Merdeka (YTM) Palu, dalam hasil penelitiannya menyebutkan, sumber utama senjata api sampai di tangan kelompok sipil bersenjata ini, adalah diselundupkan dari luar negeri. Satu sumber penting adalah Filipina bagian selatan, kemudian dibawa masuk melalui pintu kepuluan Sangihe Talaud di Sulawesi Utara, berpindah dari satu pulau ke pulau yang lain, lalu sampai ke Poso.
“Mereka membawa senjata ini ke Poso dengan metode lompat kodok, yaitu berpindah dari satu pulau ke pulau yang lain, sampai akhirnya di Poso dan digunakan oleh kelompok sipil bersenjata dalam kerusuhan,” kata Muhammad Hamdin, direktur YTM.
Pintu lain lagi menurut YTM, adalah perbatasan Malaysia dan Kalimantan. Dari Filipina bagian selatan, diselundupkan melalui Tawau, Malaysia, kemudian masuk ke Nunukan, Kalimantan Timur untuk selanjutnya dibawa ke Poso.
Ada beberapa titik transit sebelum tiba di Poso, menurut penelitian YTM itu, melalui beberapa desa pesisir di Parigi Moutong, Kepulauan Togean di Kabupaten Tojo Una-Una, kemudian ke Kolonodale atau Bungku Selatan di Kabupaten Morowali, selanjutnya dibawa ke Poso. “Saat situasinya masih memanas ketika itu, senjata dibawa dengan menggunakan perahu nelayan yang berlayar di malam hari seakan-akan sedang memancing ikan. Senjata dan peluru itu diisi dalam karung beras maupun kotak mie instan,” ujarnya.
Tahmidi Lasahido mengatakan, senjata-senjata itu jumlahnya ribuan pucuk yang masuk ke Poso. Memang, sudah banyak yang disita dan diserahkan secara sadar oleh warga Poso. Data polisi menyebutkan, sedikitnya 29 ribu pucuk senjata jenis laras pendek dan panjang yang sudah dimusnahkan polisi.
Meski begitu, kata Tahmidi Lasahido, masih banyak pula yang disimpan warga untuk sewaktu-waktu dapat digunakan lagi. “Mereka menyimpannya di kebun dengan cara ditanam, atau juga ada yang menyimpannya di halaman rumah,” kata staf pengajar dari Universitas Tadulako ini.
Dia mengatakan, senjata-senjata yang masih disimpan itulah, yang kemudian digunakan para kelompok garis keras (Polisi menyebutnya kelompok teroris) untuk melakukan aksi-aksi kekerasan seperti yang terjadi di depan Bank BCA Cabang Palu di Jalan Emmy Saelan, Palu Selatan itu.
“Jadi, saya pikir bahwa polisi harus lebih intens lagi melakukan pencarian senjata-senjata yang masih disimpan itu. Masyarakat juga harus berani memberitahukan kepada polisi mengenai keberadaan senjata itu, karena apapun alasannya kepemilikan senjata oleh warga sipil itu adalah illegal,” tandas Tahmidi Lasahido.***
Tuesday, May 31, 2011
Friday, May 27, 2011
Berburu Pelaku Penembakan Polisi Hingga ke Poso
Polisi masih terus memburu dua orang lagi yang diduga sebagai pelaku penembakan tiga anggota Satuan Pengamanan Obyek Vital (Pamovit) di depan Bank Central Asia (BCA) Cabang Palu, Sulawesi Tengah pada Rabu (25/5) lalu.
Konsentrasi perburuan terhadap dua pelaku itu diarahkan ke Kabupaten Poso, karena diduga mereka telah melarikan diri ke wilayah itu melalui jalur Napu, Kabupaten Poso menuju Sanginora, Poso Pesisir.
Bahkan saat ini, polisi sedang melakukan penyisiran ke kawasan pegunungan di Desa Tangkura, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, karena dua orang pelaku lainnya itu diduga bersembunyi di sekitar hutan tersebut.
Pengejaran terhadap dua pelaku itu dilakukan oleh tim Densus 88 Mabes Polri, yang dipimpin oleh Wakil Kepala Kepolisian Daerah (Wakapolda) Sulawesi Tengah, Komisaris Besar Polisi Ari Dono Sukmanto. Namun hingga kini, perburuan terhadap pelaku itu belum berbuah hasil.
Dari Poso dilaporkan bahwa rumah Harianto alias Anto di Kelurahan Kayamanya, Poso Kota sudah kosong. Istri dan keluarganya sudah meninggalkan rumah. Para tetangganya mengatakan mereka meninggalkan rumah setelah tersiar kabar bahwa Anto telah ditangkap karena diduga sebagai pelaku penembakan tiga anggota polisi di depan Bank BCA Palu.
Sementara itu, Ketua Komnas HAM Perwakilan Sulawesi Tengah, Dedi Askary menyatakan prihatin atas insiden penembakan yang telah menewaskan dua anggota polisi, Brigadir Satu (Briptu-Anumerta) Polisi Yudistira, Briptu (Anumerta) Andi Irbar Prawira itu.
"Apapun bentuknya dan siapapun korbannya, kekerasan tidak dibenarkan terjadi, apalagi mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain," kata Dedi Askary.
Dedi Askary mengatakan, rentetan kejadian beberapa tahun terakhir, yang banyak mengakibatkan korban dari aparat kepolisian dalam menjalankan tugas, menjadi hal yang sangat memprihatinkan bagi kita semua, bagaimana pun juga, polisi adalah manusia yang memiliki hak dasar, yaitu hak untuk hidup dan diperlakukan secara manusiawi.
Menurutnya, polisi merupakan profesi yang mulia sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum serta pelindung, pengayom dan pelayan Masyarakat. "Sudah seharusnya diberi penghargaan atas kerja-kerja mereka selama ini yang walaupun kadang banyak menuai kritikan dan pujian, tapi semua itu merupakan apresiasi dan kecintaan masyarakat terhadap institusi kepolisian sebagai aparat penegak hukum yang dicintai rakyat," ujarnya.
Mengenai pelaku yang sudah ditangkap, Dedi Askari mengharapkan agar kasus itu dapat secepatnya diproses sesuai mekanisme dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kepada aparat kepolisian agar dalam menindak pelaku, dapat mengedepankan asas praduga tak bersalah (right to presumption of innocence) dan jauh dari praktik-praktik kekerasan.
Komnas HAM Perwakilan Sulawesi Tengah juga mengimbau seluruh masyarakat Sulawesi Tengah agar tidak panik, serta tidak merespon peristiwa ini secara berlebihan. "Tetaplah meningkatkan kewaspadaan dengan turut berpartisipasi dalam memelihara kamtibmas, dan tidak mudah terprovokasi, karena menjaga keamanan dan ketertiban merupakan tanggung jawab kita bersama sebagai warga Negara sesuai dengan harapan kita bersama," tandas Dedi Askary. ***
Konsentrasi perburuan terhadap dua pelaku itu diarahkan ke Kabupaten Poso, karena diduga mereka telah melarikan diri ke wilayah itu melalui jalur Napu, Kabupaten Poso menuju Sanginora, Poso Pesisir.
Bahkan saat ini, polisi sedang melakukan penyisiran ke kawasan pegunungan di Desa Tangkura, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, karena dua orang pelaku lainnya itu diduga bersembunyi di sekitar hutan tersebut.
Pengejaran terhadap dua pelaku itu dilakukan oleh tim Densus 88 Mabes Polri, yang dipimpin oleh Wakil Kepala Kepolisian Daerah (Wakapolda) Sulawesi Tengah, Komisaris Besar Polisi Ari Dono Sukmanto. Namun hingga kini, perburuan terhadap pelaku itu belum berbuah hasil.
Dari Poso dilaporkan bahwa rumah Harianto alias Anto di Kelurahan Kayamanya, Poso Kota sudah kosong. Istri dan keluarganya sudah meninggalkan rumah. Para tetangganya mengatakan mereka meninggalkan rumah setelah tersiar kabar bahwa Anto telah ditangkap karena diduga sebagai pelaku penembakan tiga anggota polisi di depan Bank BCA Palu.
Sementara itu, Ketua Komnas HAM Perwakilan Sulawesi Tengah, Dedi Askary menyatakan prihatin atas insiden penembakan yang telah menewaskan dua anggota polisi, Brigadir Satu (Briptu-Anumerta) Polisi Yudistira, Briptu (Anumerta) Andi Irbar Prawira itu.
"Apapun bentuknya dan siapapun korbannya, kekerasan tidak dibenarkan terjadi, apalagi mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain," kata Dedi Askary.
Dedi Askary mengatakan, rentetan kejadian beberapa tahun terakhir, yang banyak mengakibatkan korban dari aparat kepolisian dalam menjalankan tugas, menjadi hal yang sangat memprihatinkan bagi kita semua, bagaimana pun juga, polisi adalah manusia yang memiliki hak dasar, yaitu hak untuk hidup dan diperlakukan secara manusiawi.
Menurutnya, polisi merupakan profesi yang mulia sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum serta pelindung, pengayom dan pelayan Masyarakat. "Sudah seharusnya diberi penghargaan atas kerja-kerja mereka selama ini yang walaupun kadang banyak menuai kritikan dan pujian, tapi semua itu merupakan apresiasi dan kecintaan masyarakat terhadap institusi kepolisian sebagai aparat penegak hukum yang dicintai rakyat," ujarnya.
Mengenai pelaku yang sudah ditangkap, Dedi Askari mengharapkan agar kasus itu dapat secepatnya diproses sesuai mekanisme dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kepada aparat kepolisian agar dalam menindak pelaku, dapat mengedepankan asas praduga tak bersalah (right to presumption of innocence) dan jauh dari praktik-praktik kekerasan.
Komnas HAM Perwakilan Sulawesi Tengah juga mengimbau seluruh masyarakat Sulawesi Tengah agar tidak panik, serta tidak merespon peristiwa ini secara berlebihan. "Tetaplah meningkatkan kewaspadaan dengan turut berpartisipasi dalam memelihara kamtibmas, dan tidak mudah terprovokasi, karena menjaga keamanan dan ketertiban merupakan tanggung jawab kita bersama sebagai warga Negara sesuai dengan harapan kita bersama," tandas Dedi Askary. ***
Kapolda Pastikan Pelaku Adalah Teroris
Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulawesi Tengah, Brigadir Jenderal Polisi Dewa Parsana, memastikan dua tersangka pelaku penembakan terhadap tiga polisi di depan kantor Bank Central Asia (BCA) Jalan Emi Saelan, Rabu (25/4), adalah aktivitas terorisme.
Pernyataan tersebut disampaikan Kapolda Dewa Parsana menjawab pertanyaan sejumlah wartawan di Mapolda Sulawesi Tengah, Jumat (27/5) siang.
Menurut Dewa Parsana, kedua pelaku yang dinyatakan sebagai teroris itu, setelah dilakukan penyidikan dan diketahui motif penembakan bukanlah perampokan, melainkan ingin merebut dan menguasai senjata milik Polri, lalu kemudian digunakan untuk melakukan teror di sejumlah wilayah di daerah ini.
Untuk memaksimalkan pengungkapan kasus penembakan tersebut termasuk pengejaran terhadap dua pelaku lainnya di kabupaten Poso, Kapolda membentuk tim gabungan yang terdiri dari Mabes Polri, Polda Sulteng dan TNI.
Saat ini, polisi sudah menangkap dua tersangka pelaku penembakan, HR alias Anto (27) dan FR (23) di Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Rabu malam. Penangkapan kedua tersangka tersebut setelah terljadi aksi baku tembak dengan polisi.
Rabu siang (25/5), dua anggota polisi tewas ditembak orang tak dikenal masing-masing Briptu (Anumerta) Januar Yudhistira Putra dan Briptu (Anumerta) Andi Irbar Prawiro. Satu lainnya selamat adalah Bripda Edward Loho.***
Pernyataan tersebut disampaikan Kapolda Dewa Parsana menjawab pertanyaan sejumlah wartawan di Mapolda Sulawesi Tengah, Jumat (27/5) siang.
Menurut Dewa Parsana, kedua pelaku yang dinyatakan sebagai teroris itu, setelah dilakukan penyidikan dan diketahui motif penembakan bukanlah perampokan, melainkan ingin merebut dan menguasai senjata milik Polri, lalu kemudian digunakan untuk melakukan teror di sejumlah wilayah di daerah ini.
Untuk memaksimalkan pengungkapan kasus penembakan tersebut termasuk pengejaran terhadap dua pelaku lainnya di kabupaten Poso, Kapolda membentuk tim gabungan yang terdiri dari Mabes Polri, Polda Sulteng dan TNI.
Saat ini, polisi sudah menangkap dua tersangka pelaku penembakan, HR alias Anto (27) dan FR (23) di Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Rabu malam. Penangkapan kedua tersangka tersebut setelah terljadi aksi baku tembak dengan polisi.
Rabu siang (25/5), dua anggota polisi tewas ditembak orang tak dikenal masing-masing Briptu (Anumerta) Januar Yudhistira Putra dan Briptu (Anumerta) Andi Irbar Prawiro. Satu lainnya selamat adalah Bripda Edward Loho.***
"Astaga KK, Semoga Tenang di Sisi Allah,"
Akun facebook salah seorang anggota dari Kesatuan Pengamanan Obyek Vital (Pamovit) Polda Sulawesi Tengah, Brigadir Polisi Satu (Anumerta) Januar Yudhistira, hingga Jumat (27/5) malam masih dibanjiri komentar teman-temannya, maupun dari keluarga anggota Polri lainnya.
Dalam akunnya "Yudhi Pranata (Yudhi Tatiana Gaskins)", Yudhistira terakhir kali menulis statusnya pada Selasa (24/5) pukul 15.48. Saat itu, Januar Yudhistira menulis: "Slalu liad nanti trus jwbnya.. Kpn bs bilang yudh ayo z tgu.. Yg tdinya 100% mood pas blg bgtu jd tgl 50% ... Sbrlah ..," tulis Yudhistira dalam statusnya di akun facebooknya.
Yudhistira bersama dua rekannya yakni Briptu (Anumerta) Andi Irbar Prawiro dan Bripda Dedy Edward tertembak saat bertugas menjaga keamanan di Bank Central Asia (BCA) Cabang Palu, Jalan Emmy Saelan, Palu Selatan pada Rabu siang sekitar pukul 11.30 Wita.
Status ini mendapat 19 komentar dan disukai oleh 28 orang teman di facebooknya.
Dian Ekawaty Majid, adalah rekannya yang pertama kali mengucapkan duka dan dirinya merasa tidak yakin atas kepergian anggota polisi yang pernah main Film Televisi (FTV) itu.
"Astaga KK, semoga tenang di sisi Allah," tulis Dian Eka.
Sehari sebelumnya, 23 Mei pukul 09.20, Yudhistira menulis: "Boys don't cry... Bcoz no boy no cry....". Status ini mendapat tujuh komentar dan 14 orang yang menyukainya.
Salah seorang rekannya bernama, Adie Riyo, diketahui bahwa saat pendidikan di SPN Batua, Makassar, Sulawesi Selatan tahun 2009, Yudhistira terpilih sebagai Komandan Peleton Korps siswa.
Sebagian besar rekan-rekan Yudhistira tinggal di Jakarta. Mereka umumnya merasa kehilangan atas meninggalnya Yudhistira dalam sebuah serangan bersenjata di Palu, Rabu siang itu. Dari sejumlah komentar teman-temannya di Jakarta itu, umumnya mengungkapkan rasa tidak percaya mereka atas kepergian Januar Yudhistira.
Yudhistira lahir di Makassar 24 Januari 1990, anak pertama dari tiga bersaudara. Yudhistira baru sembilan bulan bertugas di Polda Sulteng setelah lulus di SPN Batua, Makassar. Selama di Palu, Yudhistira tinggal di sebuah rumah kontrakan di Jalan Cendrawasih, Palu Selatan, bersama rekannya Andi Irbar yang juga korban tewas tertembak.
Yudhistira pernah bermain film FTV di salah satu stasiun televisi swasta. Ia salah seorang pemeran dalam film "Di sini Ada Setan".
Sementara itu akun facebook Andi Irbar tertutup untuk diketahui orang lain kecuali pada rekannya di dalam jaringan facebook. Ibrar diketahui lahir di Irian Barat, April 1990. Lantaran itu, orang tuanya memberikan nama Irbar yang menjadi singkatan dari Irian Barat. Dia juga lulusan SPN Batua Makassar, seangkatan dengan Yudhistira dan keduanya ditugaskan di Polda Sulteng.***
Dalam akunnya "Yudhi Pranata (Yudhi Tatiana Gaskins)", Yudhistira terakhir kali menulis statusnya pada Selasa (24/5) pukul 15.48. Saat itu, Januar Yudhistira menulis: "Slalu liad nanti trus jwbnya.. Kpn bs bilang yudh ayo z tgu.. Yg tdinya 100% mood pas blg bgtu jd tgl 50% ... Sbrlah ..," tulis Yudhistira dalam statusnya di akun facebooknya.
Yudhistira bersama dua rekannya yakni Briptu (Anumerta) Andi Irbar Prawiro dan Bripda Dedy Edward tertembak saat bertugas menjaga keamanan di Bank Central Asia (BCA) Cabang Palu, Jalan Emmy Saelan, Palu Selatan pada Rabu siang sekitar pukul 11.30 Wita.
Status ini mendapat 19 komentar dan disukai oleh 28 orang teman di facebooknya.
Dian Ekawaty Majid, adalah rekannya yang pertama kali mengucapkan duka dan dirinya merasa tidak yakin atas kepergian anggota polisi yang pernah main Film Televisi (FTV) itu.
"Astaga KK, semoga tenang di sisi Allah," tulis Dian Eka.
Sehari sebelumnya, 23 Mei pukul 09.20, Yudhistira menulis: "Boys don't cry... Bcoz no boy no cry....". Status ini mendapat tujuh komentar dan 14 orang yang menyukainya.
Salah seorang rekannya bernama, Adie Riyo, diketahui bahwa saat pendidikan di SPN Batua, Makassar, Sulawesi Selatan tahun 2009, Yudhistira terpilih sebagai Komandan Peleton Korps siswa.
Sebagian besar rekan-rekan Yudhistira tinggal di Jakarta. Mereka umumnya merasa kehilangan atas meninggalnya Yudhistira dalam sebuah serangan bersenjata di Palu, Rabu siang itu. Dari sejumlah komentar teman-temannya di Jakarta itu, umumnya mengungkapkan rasa tidak percaya mereka atas kepergian Januar Yudhistira.
Yudhistira lahir di Makassar 24 Januari 1990, anak pertama dari tiga bersaudara. Yudhistira baru sembilan bulan bertugas di Polda Sulteng setelah lulus di SPN Batua, Makassar. Selama di Palu, Yudhistira tinggal di sebuah rumah kontrakan di Jalan Cendrawasih, Palu Selatan, bersama rekannya Andi Irbar yang juga korban tewas tertembak.
Yudhistira pernah bermain film FTV di salah satu stasiun televisi swasta. Ia salah seorang pemeran dalam film "Di sini Ada Setan".
Sementara itu akun facebook Andi Irbar tertutup untuk diketahui orang lain kecuali pada rekannya di dalam jaringan facebook. Ibrar diketahui lahir di Irian Barat, April 1990. Lantaran itu, orang tuanya memberikan nama Irbar yang menjadi singkatan dari Irian Barat. Dia juga lulusan SPN Batua Makassar, seangkatan dengan Yudhistira dan keduanya ditugaskan di Polda Sulteng.***
Potensi Peningkatan Produksi Pertanian di Sulteng Masih Terbuka
Potensi peningkatan produksi pertanian di Sulawesi Tengah, dinilai masih cukup terbuka. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tengah melaporkan, luas lahan menurut penggunaannya di daerah ini mencapai 13.596 hektar. Sementara luas lahan kering yang belum dimanfaatkan mencapai 674.728 hektar, dengan jumlah terbesar terdapat di Kabupaten Banggai.
“Kondisi inilah yang menjadi salah satu faktor potensial untuk mendorong peningkatan produksi padi maupun palawija di Sulawesi Tengah,” kata Kepala Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah, Abdullah Kawulusan.
Menurutnya, pada tahun 2011 ini telah dilakukan pencetakan sawah baru dengan luas lebih dari 3.500 hektar yang tersebar di beberapa wilayah kabupaten. Daerah yang paling banyak mencetak sawah baru terdapat di Kabupaten Morowali dan Buol, masing-masing 1000 hektar.
Sedangkan untuk produktivitas padi di Sulawesi Tengah saat ini mencapai 4,5 ton per hektar. Jumlah ini masih dibawah rata-rata nasional yaitu sebesar enam ton per hektar.
Faktor penyebabnya, kata Abdullah Kawulusan, karena terbatasnya tenaga penyuluh pertanian dan rendahnya kesadaran petani untuk menggunakan bibit unggul, melakukan pemupukan dan pengolahan. “Meski begitu, kita menargetkan menempatkan Provinsi Sulawesi Tengah sebagai 10 besar penghasil padi nasional pada tahun 2012 nanti,” ujarnya.
Target itu, menurutnya, karena produksi padi di Sulawesi Tengah tahun 2010 diperkirakan mencapai 986.126 ton kabah kering giling, naik sebesar 32.730 ton (3,43 persen), dibandingkan dengan produksi padi tahun 2009 yang hanya mencapai 953 ton gabah kering giling.
Sementara pada lima tahun terakhir, luas panen padi di Sulawesi Tengah bertambah rata-rata sebesar 4,37 persen per tahun, dan produksinya naik rata-rata 7,75 persen per tahun.
Tapi, stok beras di Bulog Divisi Regional (Divre) Sulawesi Tengah pada akhir Desember 2010 mencapai 5.723 ton, turun sebesar minus 31,12 persen. Namun, selama triwulan IV-2010, realisasi pengadaan beras Bulog Divre Sulteng mencapai 1.302 ton. Jumlah tersebut lebih rendah dibandngkan pengadaan pada triwulan sebelumnya maupun pada tahun 2009. “Namun pada tahun 2010 ini, Bulog Divre Sulteng menargetkan pengadaan beras sebanyak 10 ribu ton,” kata Edy Subiantoro.***
“Kondisi inilah yang menjadi salah satu faktor potensial untuk mendorong peningkatan produksi padi maupun palawija di Sulawesi Tengah,” kata Kepala Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah, Abdullah Kawulusan.
Menurutnya, pada tahun 2011 ini telah dilakukan pencetakan sawah baru dengan luas lebih dari 3.500 hektar yang tersebar di beberapa wilayah kabupaten. Daerah yang paling banyak mencetak sawah baru terdapat di Kabupaten Morowali dan Buol, masing-masing 1000 hektar.
Sedangkan untuk produktivitas padi di Sulawesi Tengah saat ini mencapai 4,5 ton per hektar. Jumlah ini masih dibawah rata-rata nasional yaitu sebesar enam ton per hektar.
Faktor penyebabnya, kata Abdullah Kawulusan, karena terbatasnya tenaga penyuluh pertanian dan rendahnya kesadaran petani untuk menggunakan bibit unggul, melakukan pemupukan dan pengolahan. “Meski begitu, kita menargetkan menempatkan Provinsi Sulawesi Tengah sebagai 10 besar penghasil padi nasional pada tahun 2012 nanti,” ujarnya.
Target itu, menurutnya, karena produksi padi di Sulawesi Tengah tahun 2010 diperkirakan mencapai 986.126 ton kabah kering giling, naik sebesar 32.730 ton (3,43 persen), dibandingkan dengan produksi padi tahun 2009 yang hanya mencapai 953 ton gabah kering giling.
Sementara pada lima tahun terakhir, luas panen padi di Sulawesi Tengah bertambah rata-rata sebesar 4,37 persen per tahun, dan produksinya naik rata-rata 7,75 persen per tahun.
Tapi, stok beras di Bulog Divisi Regional (Divre) Sulawesi Tengah pada akhir Desember 2010 mencapai 5.723 ton, turun sebesar minus 31,12 persen. Namun, selama triwulan IV-2010, realisasi pengadaan beras Bulog Divre Sulteng mencapai 1.302 ton. Jumlah tersebut lebih rendah dibandngkan pengadaan pada triwulan sebelumnya maupun pada tahun 2009. “Namun pada tahun 2010 ini, Bulog Divre Sulteng menargetkan pengadaan beras sebanyak 10 ribu ton,” kata Edy Subiantoro.***
Mengintip Prospek Perekonomian di Sulawesi Tengah
Prospek perekonomian di Sulawesi Tengah mengalami pertumbuhan yang positif sebesar sekitar 3,45 persen. Secara tahunan, perekonomian di daerah ini diperkirakan tumbuh 8,00 persen.
Pertumbuhan yang positif itu didorong oleh membaiknya kinerja pada komponen konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah. Tingkat konsumsi diperkirakan semakin meningkat seiring dengan adanya panen raya padi yang terjadi pada bulan April 2011lalu, serta panen kakao yang diperkirakan terjadi pada bulan Mei atau Juni 2011 nanti.
Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tengah melaporkanm, masih kuatnya konsumsi rumah tangga juga tercermin dari hasil survei konsumen pada bulan Oktober-Desember 2010, yang menunjukkan bahwa Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) untuk enam bulan mendatang (April-Juni 2011) masih berada pada level optimis dengan nilai indeks berada pada kisaran 135,67 - 149,33.
Sedangkan, kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diperkirakan sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan ini didorong oleh adanya panen kakao itu. Walaupun demikian, kakao sebagai komoditas utama penyumpang ekspor Provinsi Sulawesi Tengah, masih tetap menghadapi sejumlah permasalahan seperti serangan hama, kurangnya tenaga penyuluh, penerapan kebijakan bea keluar yang merugikan petani, serta sulitnya aksesibilitas dalam permodalan.
“Akibatnya, produktivitas kakao di provinsi ini baru mencapai rata-rata sebesar 500 kilogram per hektar per tahun atau masih jauh dari kondisi ideal yang bisa menghasilkan sebesar 3-4 ton/ha/tahun,” kata Kepala BPS Sulawesi Tengah, Razali Ritonga.
Kedepan, katanya, program peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga penyuluh serta Program Gernas Kakao, diharapkan dapat memberikan angin segar bagi kinerja pertanian dan kinerja ekspor Provinsi Sulawesi Tengah di tengah kegelisahan yang terjadi pada sebagian kalangan petani, yang ingin mengalihkan lahannya ke lahan sawit serta beralih pekerjaan ke sektor pertambangan dan menjadi petani rumput laut.
Di sisi lain, menurut Razali Ritonga, aktivitas ekspor bahan galian C juga ditengarai akan meningkat seiring dengan peningkatan pengiriman bahan galian C ke wilayah Kalimantan Timur dan wilayah lainnya, untuk menghadapi realisasi proyek pemerintah pada triwulan II-2011.
Secara sektoral pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2011 masih bersumber dari sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor jasa-jasa dan sektor bangunan. Kinerja sektor pertanian pada triwulan II 2011 diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya seiring dengan adanya panen raya padi dan panen kakao.
“Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran, juga diperkirakan akan meningkat akibat dampak mulai dibangunnya beberapa hotel baru seperti Hotel Silk Stone dan Hotel Santika di Palu,” ujarnya.
Sementara kinerja sektor bangunan dan sektor jasa juga akan mengalami pertumbuhan positif seiring peningkatan realisasi APBD Provinsi Sulawesi Tengah yang diperkirakan mulai direalisasikan pada bulan April 2011. Berbagai proyek pembangunan yang ditengarai akan meningkatkan kinerja sektor bangunan dan jasa di antaranya adalah proyek pembangunan PLTA Sulewana, proyek pembangunan terminal dan perluasan landasan bandara Mutiara Palu, proyek pembangunan Hotel Santika dan Hotel Silk Stone serta proyek-proyek pembangunan rumah dan ruko lainnya. ***
Pertumbuhan yang positif itu didorong oleh membaiknya kinerja pada komponen konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah. Tingkat konsumsi diperkirakan semakin meningkat seiring dengan adanya panen raya padi yang terjadi pada bulan April 2011lalu, serta panen kakao yang diperkirakan terjadi pada bulan Mei atau Juni 2011 nanti.
Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tengah melaporkanm, masih kuatnya konsumsi rumah tangga juga tercermin dari hasil survei konsumen pada bulan Oktober-Desember 2010, yang menunjukkan bahwa Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) untuk enam bulan mendatang (April-Juni 2011) masih berada pada level optimis dengan nilai indeks berada pada kisaran 135,67 - 149,33.
Sedangkan, kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diperkirakan sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan ini didorong oleh adanya panen kakao itu. Walaupun demikian, kakao sebagai komoditas utama penyumpang ekspor Provinsi Sulawesi Tengah, masih tetap menghadapi sejumlah permasalahan seperti serangan hama, kurangnya tenaga penyuluh, penerapan kebijakan bea keluar yang merugikan petani, serta sulitnya aksesibilitas dalam permodalan.
“Akibatnya, produktivitas kakao di provinsi ini baru mencapai rata-rata sebesar 500 kilogram per hektar per tahun atau masih jauh dari kondisi ideal yang bisa menghasilkan sebesar 3-4 ton/ha/tahun,” kata Kepala BPS Sulawesi Tengah, Razali Ritonga.
Kedepan, katanya, program peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga penyuluh serta Program Gernas Kakao, diharapkan dapat memberikan angin segar bagi kinerja pertanian dan kinerja ekspor Provinsi Sulawesi Tengah di tengah kegelisahan yang terjadi pada sebagian kalangan petani, yang ingin mengalihkan lahannya ke lahan sawit serta beralih pekerjaan ke sektor pertambangan dan menjadi petani rumput laut.
Di sisi lain, menurut Razali Ritonga, aktivitas ekspor bahan galian C juga ditengarai akan meningkat seiring dengan peningkatan pengiriman bahan galian C ke wilayah Kalimantan Timur dan wilayah lainnya, untuk menghadapi realisasi proyek pemerintah pada triwulan II-2011.
Secara sektoral pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2011 masih bersumber dari sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor jasa-jasa dan sektor bangunan. Kinerja sektor pertanian pada triwulan II 2011 diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya seiring dengan adanya panen raya padi dan panen kakao.
“Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran, juga diperkirakan akan meningkat akibat dampak mulai dibangunnya beberapa hotel baru seperti Hotel Silk Stone dan Hotel Santika di Palu,” ujarnya.
Sementara kinerja sektor bangunan dan sektor jasa juga akan mengalami pertumbuhan positif seiring peningkatan realisasi APBD Provinsi Sulawesi Tengah yang diperkirakan mulai direalisasikan pada bulan April 2011. Berbagai proyek pembangunan yang ditengarai akan meningkatkan kinerja sektor bangunan dan jasa di antaranya adalah proyek pembangunan PLTA Sulewana, proyek pembangunan terminal dan perluasan landasan bandara Mutiara Palu, proyek pembangunan Hotel Santika dan Hotel Silk Stone serta proyek-proyek pembangunan rumah dan ruko lainnya. ***
Thursday, May 26, 2011
Dua Penembak Polisi di Palu Tertangkap
Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulawesi Tengah, Brigadir Jenderal Polisi Dewa Parsana mengatakan, dari hasil penyidikan sementara terhadap dua warga yang ditangkap, benar adalah pelaku penembakan terhadap tiga anggota Satuan Pengamanan Obyek Vital (Pamovit), di pos penjagaan Bank Central Asia (BCA) Cabang Palu, Jalan Emmy Saelan.
Kedua pelaku yang ditangkap itu diduga bernama, Rafli alis Furqon (20-an) dan Harianto alias Anto (20-an). Teridentifikasi mereka adalah warga Poso, yang masih menyimpan dendam terhadap polisi, atas kasus-kasus penangkapan dan kasus penggrebekan di beberapa wilayah di Poso.
“Benar, dari hasil pemeriksaan awal, kedua orang itu benar sebagai pelaku langsung penembakan anggota polisi itu,” kata Kapolda Sulteng, Dewa Parsana kepada wartawan di Mapolda Sulteng, Kamis (26/5) siang.
Menurut Kapolda, keduanya ditangkap Densus 88 di Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi--- sekitar satu jam perjalanan di arah Selatan Kota Palu. Dari tangan pelaku, disita satu senapan laras panjang organik jenis Senapan Serbu Satu (SS1), dan satu unit sepeda motor Yamaha Jupiter warna hijau. Sedangkan senjata milik polisi yang diduga dirampas penembak, masih dalam pencarian anggota.
Dengan ditangkapnya dua pelaku itu, saat ini polisi masih terus mengejar dua pelaku lainnya yang masih buron. Keduanya diduga melarikan diri ke Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah melalui jalur Napu-Poso Pesisir dengan menggunakan sepeda motor Yamaha RX King.
Dari informasi yang berkembang, kedua warga yang ditangkap itu adalah warga Poso. Mereka inilah yang oleh polisi mengistilahkannya sebagai “Anak Bebek”. Mereka ini mayoritas berusia antara 15-20 tahun, yang merupakan anak-anak dari korban kerusuhan Poso. Mereka disebut “Anak Bebek” karena baru bergabung dengan kelompok garis keras di Poso.
BCA BELUM BEROPERASI
Sementara itu, Bank Central Asia (BCA) Cabang Palu di Jalan Emmy Saelan, hingga hari ini belum beroperasi. Layanan kepada nasabah belum dilakukan. Namun, garis polisi yang dipasangi di sekitar BCA itu sudah dibuka polisi. Jalan Emmy Saelan (depan BCA) yang sebelumnya ditutup untuk lalulintas, sudah dibuka kembali sejak Kamis siang.
Menurut rencana, BCA itu baru akan beroperasi dan melayani nasabahnya pada Jumat (27/5) ini. “Kami belum beroperasi. Mungkin sehari dua ini baru kami akan buka layanan kepada nasabah. Tapi beberapa pejabat dan pegawai tetap bekerja,” kata Wakil Kepala BCA Palu, Johannes.
Bank BCA Cabang Palu yang terletak di Jalan Emmy Saelan itu, terletak di depan kiri Mal Tatura Palu, dan Pasar Masomba. Juga berhadapan dengan Masjid Jami Baiturrahman. Bank ini membelakangi Millenium Water Boom, salah satu tempat wisata di dalam Kota Palu. Kawasan ini memang padat lalulintas mobil dan orang, yang ke pasar dan mal tatura. Sehingga tidak ada yang menduga pada pukul 11.00 wita itu, terjadinya aksi penembakan terhadap polisi.
JENAZAH DUA POLISI DIBAWA KE MAKASSAR
Jenazah tiga anggota Pamovit Polda Sulteng yang meninggal dunia, Brigadir Dua (Bripda) Polisi Yudistira, Bripda Andi Irbar Prawira telah dibawa ke kampung halamannya di Makassar, Sulawesi Selatan dengan menggunakan pesawat Lion Air, sekitar pukul 07.00 Wita. Pelepasan kedua jenazah itu dilangsungkan di Aula Torabelo, Polda Sulteng yang dipimpin langsung Kepala Biro Operasional, Komisaris Besar Polisi Alit Wardana.
Sedangkan Bripda Dedi Edward, korban yang luka di bagian paha tembus pantat saat ini masih dirawat intensif di Rumah Sakit Bhayangkara, Polda Sulteng. ***
Kedua pelaku yang ditangkap itu diduga bernama, Rafli alis Furqon (20-an) dan Harianto alias Anto (20-an). Teridentifikasi mereka adalah warga Poso, yang masih menyimpan dendam terhadap polisi, atas kasus-kasus penangkapan dan kasus penggrebekan di beberapa wilayah di Poso.
“Benar, dari hasil pemeriksaan awal, kedua orang itu benar sebagai pelaku langsung penembakan anggota polisi itu,” kata Kapolda Sulteng, Dewa Parsana kepada wartawan di Mapolda Sulteng, Kamis (26/5) siang.
Menurut Kapolda, keduanya ditangkap Densus 88 di Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi--- sekitar satu jam perjalanan di arah Selatan Kota Palu. Dari tangan pelaku, disita satu senapan laras panjang organik jenis Senapan Serbu Satu (SS1), dan satu unit sepeda motor Yamaha Jupiter warna hijau. Sedangkan senjata milik polisi yang diduga dirampas penembak, masih dalam pencarian anggota.
Dengan ditangkapnya dua pelaku itu, saat ini polisi masih terus mengejar dua pelaku lainnya yang masih buron. Keduanya diduga melarikan diri ke Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah melalui jalur Napu-Poso Pesisir dengan menggunakan sepeda motor Yamaha RX King.
Dari informasi yang berkembang, kedua warga yang ditangkap itu adalah warga Poso. Mereka inilah yang oleh polisi mengistilahkannya sebagai “Anak Bebek”. Mereka ini mayoritas berusia antara 15-20 tahun, yang merupakan anak-anak dari korban kerusuhan Poso. Mereka disebut “Anak Bebek” karena baru bergabung dengan kelompok garis keras di Poso.
BCA BELUM BEROPERASI
Sementara itu, Bank Central Asia (BCA) Cabang Palu di Jalan Emmy Saelan, hingga hari ini belum beroperasi. Layanan kepada nasabah belum dilakukan. Namun, garis polisi yang dipasangi di sekitar BCA itu sudah dibuka polisi. Jalan Emmy Saelan (depan BCA) yang sebelumnya ditutup untuk lalulintas, sudah dibuka kembali sejak Kamis siang.
Menurut rencana, BCA itu baru akan beroperasi dan melayani nasabahnya pada Jumat (27/5) ini. “Kami belum beroperasi. Mungkin sehari dua ini baru kami akan buka layanan kepada nasabah. Tapi beberapa pejabat dan pegawai tetap bekerja,” kata Wakil Kepala BCA Palu, Johannes.
Bank BCA Cabang Palu yang terletak di Jalan Emmy Saelan itu, terletak di depan kiri Mal Tatura Palu, dan Pasar Masomba. Juga berhadapan dengan Masjid Jami Baiturrahman. Bank ini membelakangi Millenium Water Boom, salah satu tempat wisata di dalam Kota Palu. Kawasan ini memang padat lalulintas mobil dan orang, yang ke pasar dan mal tatura. Sehingga tidak ada yang menduga pada pukul 11.00 wita itu, terjadinya aksi penembakan terhadap polisi.
JENAZAH DUA POLISI DIBAWA KE MAKASSAR
Jenazah tiga anggota Pamovit Polda Sulteng yang meninggal dunia, Brigadir Dua (Bripda) Polisi Yudistira, Bripda Andi Irbar Prawira telah dibawa ke kampung halamannya di Makassar, Sulawesi Selatan dengan menggunakan pesawat Lion Air, sekitar pukul 07.00 Wita. Pelepasan kedua jenazah itu dilangsungkan di Aula Torabelo, Polda Sulteng yang dipimpin langsung Kepala Biro Operasional, Komisaris Besar Polisi Alit Wardana.
Sedangkan Bripda Dedi Edward, korban yang luka di bagian paha tembus pantat saat ini masih dirawat intensif di Rumah Sakit Bhayangkara, Polda Sulteng. ***
Subscribe to:
Posts (Atom)