Ruslan Sangadji
Hingga Rabu (25/7), tercatat masih sekitar 16 ribu jiwa korban banjir dan Tanah Longsor di 11 desa se Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, masih terisolir. Bahkan upaya pengiriman bantuan ke lokasi pun belum berhasil sama sekali. Jalan darat yang rusak berat, cuaca buruk dan gelombang tinggi, menjadi penyebab terputusnya akses ke lokasi.
Bupati Morowali, Datlin Tamalagi yang dihubungi via telepon satelitnya, membenarkan kalau masih ada sekitar 16 ribu jiwa warganya belum dapat dievakuasi. Pihaknya bersama rombongan yang hendak menuju lokasi melalui jalur laut, pun terpaksa harus berbalik haluan kembali ke Kota Kolonodale, karena gelombang tinggi disertai hujan deras.
Sebuah kapal tongkang yang membawa 14 ton beras, ratusan dus mie instan, perlengkapan tidur, pakaian dan obat-obatan, baik dari pemerintah daerah setempat dan bantuan warga, hanya bisa dibawa sampai ke Baturube, ibukota Kecamatan Bungku Utara. "Tapi semua bantuan itu belum bisa sampai ke lokasi bencana," kata Bupati Morowali Datlin Tamalagi,
Sedangkan untuk distribusi bantuan melalui jalur darat sangat sulit, karena ada tujuh jembatan utama putus sama sekali. Tidak hanya itu siswa sekolah dasar terpaksa tidak bisa melaksanakan proses belajar mengajar, karena empat sekolah di wilayah itu pun rata dengan tanah disapu banjir bandang.
Sementara itu, bantuan yang dikirim dari Badan Koordinasi Nasional (Bakornas) Penanggulan Bencana yang dikirim dengan menggunakan pesawat hercules, telah tiba di Palu sekitar pukul 16.00 Wita.
Pesawat yang membawa sedikitnya 12 ton bantuan baik berupa pakaian, perlengkapan bayi dan anak-anak, makanan, minuman obat-obatan, perahu karet dan kantung mayat, terpaksa harus bermalam di Bandara Mutiara Palu.
Menurut rencana, Kamis (26/7) pagi semua bantuan itu akan dijemput dengan pesawat jenis Foker ke Soroako, Sulawesi Selatan. Lalu dari Soroako diangkut lagi dengan helikopter menuju lokasi bencana di Morowali. Tapi rencana itu belum bisa dilaksanakan, karena cuaca masih sangat buruk.
Badan Koordinasi Penanggulangan Bencana Sulawesi Tengah, Gumyadi, kepada wartawan Rabu sore di Bandara Mutiara Palu, mengatakan bahwa seharusnya pesawat hercules itu langsung mendarat di Bandara Hasanuddin Makassar, lalau dibawa ke soroako dan diterbangkan ke Morowali. "Tapi karena cuaca yang belum menentu sehingga terpaksa harus mendarat di Palu," kata Gumyadi.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Morowali belum berhasil menerima informasi terakhir soal jumlah korban yan meninggal dunia. Data sementara masih 56 orang yang tewas, yang sudah berhasil dievakuasi dari timbunan lumpur akibat longsor baru tujuh orang dan ratusan rumah lainnya rata dengan tanah.
Menurut Bupati Datlin Tamalagi, dari 56 korban yang tewas itu, baru sekitar 40 orang yang berhasil diidentifikasi. Tujuh di antaranya yang baru dievakuasi masing-masing bernama Muhammad Hamdan (25 tahun), Ny. Hamsiar (40), Ny, Maimunah (26), Viktor (17), Abdul Malik (15), dan dua orang balita berusia tiga dan empat tahun bernama Tatik dan Dian.
Setelah dievakuasi jenazah ketujuh orang itu langsung dibawa ke aula kantor Kecamatan Bungku Utara untuk disemayamkan. Selanjutnya akan dimakamkan di pekuburan massal setempat.
Bupati menambahkan, bantuan yang akan disalurkan kepada korban bencana, sesungguhnya mencukupi untuk kebutuhan tanggap darurat. Hanya saja, sampai saat ini bantuan itu belum lolos hingga ke lokasi.
"Untuk saat ini kami terus berusaha sembari terus berdoa agar kondisi alam bisa sedikit bersahabat supaya kami bisa bawa bantuan itu kepada korban. Jalan satu-satunya adalah mungkin dengan menggunakan helikopter, itu pun kalau cuaca sedikit membaik," tandas Bupati Morowali.
Bupati berharap, pihak Bakornas di Jakarta bisa membantu mendatangkan helikopter dari TNI Angkatan Udara untuk membantu mendistribusi bantuan tersebut ke lokasi. Tidak hanya itu, Badan SAR NAsional juga diharapkan dapat secepatnya ikut membantu para korban di lokasi bencana.
TIM SAR yang dikirimkan pihak Polda Sulteng, sebagian sudah berada di lokasi, sedangkan lainnya terpaksa masih berada di Kantor Polsek Bungku Utara, karena sulitnya medan tersebut.
Gubernur SUlawesi Tengah, Bandjela Paliudju dan Kapolda Sulteng Brigadir Jenderal Polisi Badrodin Haiti saat ini sudah berada di Baturube, Ibukota Kecamatan Bungku Utara. Kehadiran kedua pejabat di tempat itu, untuk ikut membantu mengkoordinir pengiriman pengiriman bantuan dan relawan ke lokasi.
Rencananya Gubernur dan Kapolda Sulteng akan berangkat ke lokasi dengan menggunakan jalur laut. "Ya saya akan menuju lokasi dengan menggunakan kapal dari Polri," kata Gubernur Sulteng via telepon satelit dengan suara yang terputus-putus. ***
Hingga Rabu (25/7), tercatat masih sekitar 16 ribu jiwa korban banjir dan Tanah Longsor di 11 desa se Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, masih terisolir. Bahkan upaya pengiriman bantuan ke lokasi pun belum berhasil sama sekali. Jalan darat yang rusak berat, cuaca buruk dan gelombang tinggi, menjadi penyebab terputusnya akses ke lokasi.
Bupati Morowali, Datlin Tamalagi yang dihubungi via telepon satelitnya, membenarkan kalau masih ada sekitar 16 ribu jiwa warganya belum dapat dievakuasi. Pihaknya bersama rombongan yang hendak menuju lokasi melalui jalur laut, pun terpaksa harus berbalik haluan kembali ke Kota Kolonodale, karena gelombang tinggi disertai hujan deras.
Sebuah kapal tongkang yang membawa 14 ton beras, ratusan dus mie instan, perlengkapan tidur, pakaian dan obat-obatan, baik dari pemerintah daerah setempat dan bantuan warga, hanya bisa dibawa sampai ke Baturube, ibukota Kecamatan Bungku Utara. "Tapi semua bantuan itu belum bisa sampai ke lokasi bencana," kata Bupati Morowali Datlin Tamalagi,
Sedangkan untuk distribusi bantuan melalui jalur darat sangat sulit, karena ada tujuh jembatan utama putus sama sekali. Tidak hanya itu siswa sekolah dasar terpaksa tidak bisa melaksanakan proses belajar mengajar, karena empat sekolah di wilayah itu pun rata dengan tanah disapu banjir bandang.
Sementara itu, bantuan yang dikirim dari Badan Koordinasi Nasional (Bakornas) Penanggulan Bencana yang dikirim dengan menggunakan pesawat hercules, telah tiba di Palu sekitar pukul 16.00 Wita.
Pesawat yang membawa sedikitnya 12 ton bantuan baik berupa pakaian, perlengkapan bayi dan anak-anak, makanan, minuman obat-obatan, perahu karet dan kantung mayat, terpaksa harus bermalam di Bandara Mutiara Palu.
Menurut rencana, Kamis (26/7) pagi semua bantuan itu akan dijemput dengan pesawat jenis Foker ke Soroako, Sulawesi Selatan. Lalu dari Soroako diangkut lagi dengan helikopter menuju lokasi bencana di Morowali. Tapi rencana itu belum bisa dilaksanakan, karena cuaca masih sangat buruk.
Badan Koordinasi Penanggulangan Bencana Sulawesi Tengah, Gumyadi, kepada wartawan Rabu sore di Bandara Mutiara Palu, mengatakan bahwa seharusnya pesawat hercules itu langsung mendarat di Bandara Hasanuddin Makassar, lalau dibawa ke soroako dan diterbangkan ke Morowali. "Tapi karena cuaca yang belum menentu sehingga terpaksa harus mendarat di Palu," kata Gumyadi.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Morowali belum berhasil menerima informasi terakhir soal jumlah korban yan meninggal dunia. Data sementara masih 56 orang yang tewas, yang sudah berhasil dievakuasi dari timbunan lumpur akibat longsor baru tujuh orang dan ratusan rumah lainnya rata dengan tanah.
Menurut Bupati Datlin Tamalagi, dari 56 korban yang tewas itu, baru sekitar 40 orang yang berhasil diidentifikasi. Tujuh di antaranya yang baru dievakuasi masing-masing bernama Muhammad Hamdan (25 tahun), Ny. Hamsiar (40), Ny, Maimunah (26), Viktor (17), Abdul Malik (15), dan dua orang balita berusia tiga dan empat tahun bernama Tatik dan Dian.
Setelah dievakuasi jenazah ketujuh orang itu langsung dibawa ke aula kantor Kecamatan Bungku Utara untuk disemayamkan. Selanjutnya akan dimakamkan di pekuburan massal setempat.
Bupati menambahkan, bantuan yang akan disalurkan kepada korban bencana, sesungguhnya mencukupi untuk kebutuhan tanggap darurat. Hanya saja, sampai saat ini bantuan itu belum lolos hingga ke lokasi.
"Untuk saat ini kami terus berusaha sembari terus berdoa agar kondisi alam bisa sedikit bersahabat supaya kami bisa bawa bantuan itu kepada korban. Jalan satu-satunya adalah mungkin dengan menggunakan helikopter, itu pun kalau cuaca sedikit membaik," tandas Bupati Morowali.
Bupati berharap, pihak Bakornas di Jakarta bisa membantu mendatangkan helikopter dari TNI Angkatan Udara untuk membantu mendistribusi bantuan tersebut ke lokasi. Tidak hanya itu, Badan SAR NAsional juga diharapkan dapat secepatnya ikut membantu para korban di lokasi bencana.
TIM SAR yang dikirimkan pihak Polda Sulteng, sebagian sudah berada di lokasi, sedangkan lainnya terpaksa masih berada di Kantor Polsek Bungku Utara, karena sulitnya medan tersebut.
Gubernur SUlawesi Tengah, Bandjela Paliudju dan Kapolda Sulteng Brigadir Jenderal Polisi Badrodin Haiti saat ini sudah berada di Baturube, Ibukota Kecamatan Bungku Utara. Kehadiran kedua pejabat di tempat itu, untuk ikut membantu mengkoordinir pengiriman pengiriman bantuan dan relawan ke lokasi.
Rencananya Gubernur dan Kapolda Sulteng akan berangkat ke lokasi dengan menggunakan jalur laut. "Ya saya akan menuju lokasi dengan menggunakan kapal dari Polri," kata Gubernur Sulteng via telepon satelit dengan suara yang terputus-putus. ***
No comments:
Post a Comment