Ruslan Sangadji
Bantuan untuk korban banjir dan tanah longsor di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, sudah mulai tersalurkan sejak Kamis (26/1) kemarin. Bantuan tesebut dibawa langsung oleh Kapolda Sulteng, Brigadir Jenderal Polisi Badrodin Haiti dengan menggunakan Kapal B.KP 513 Parikesit.
Bantuan dari Bakornas yang sebelumnya masih tertahan di Bandara Udara Mutiara Palu, pun sudah dapat diterbangan ke lokasi pada Jumat (27/1) pagi dengan menggunakan helikopter Puma milik TNI Angkatan Udara.
Helikopter Puma dari Makassar itu seharusnya sudah berangkat pada Kamis (26/7) sore dari Bandara Mutiara Palu, tapi menurut pilotnya, Kapten Abram , penerbangan ditunda karena ada gumpalan awan colimunimbus di sekitar lokasi kejadian.
"Terpasa kami tunda berangkat sampai cuaca membaik. Dan hari ini (Jumat) kami siap terbang," kata Kapten Abram yang membawa bantuan dan enam awal dari TNI angkatan Udara itu.
Bantuan yang dibawa ke lokasi itu antara lain berupa beras, biskuit, obat-obatan dan mie instant. Bantuan tersebut, selain dari pemerintah juga berasal dari sumbangan masyarakat Sulteng.
Kepala Bidang Humas Polda Sulteng, Komisaris Polisi Heddy Tri Paronoto kepada The Jakarta Post mengatakan, untuk sementara semua konsentrasi diarahkan pada distribusi bantuan kepada korban yang selamat, sembari terus berupaya mengevakuas korban yang tertimbun lumpur longsor.
"Syukurlah, bantuan sudah dapat disalurkan kepada para korban, Sekarang yang sedang kita pikirkan adalah bagaimana mengevakuasi korban yang masih tertimbun lumpur," kata Bupati Morowali, Datlin Tamalagi kepada The Jakarta Post, via telepon satelit Jumat (27/7) pagi.
Frets Abbas, pejabat dari Satuan Korodinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana Sulawesi Tengah yang dikonfirmasi via telepon mengatakan, diperkirakan saat ini masih seitar 46 enazah yang masih tertimbun dan berhasil dievakuasi. Pasalnya, evakuasi itu hanya dapat dilakukan dengan peralatan seadanya.
"Jenazah yang belum bisa dievakuasi itu terdapat di Desa Ueruru dan Desa Boba, Kecamatan Bungku Utara," kata Frets Abbas.
Sementara korban luka-luka sudah berhasil dibawa dari lokasi longsor ke Kolonodale (bekas ibukota Kabupaten Morowali) untuk mendapatkan perawatan maksimal dari petugas kesehatan yang sudah disiapkan di kota itu.
Rombongan korban luka yang pertama dibawa ke Kolonodale berjumlah 16 orang dan sudah tiba di Kolonodale pada Kamis malam. Sementara rombongan korban kedua berjumlah enam orang sedang dalam perjalanan dengan menggunakan kapal motor KMP Nurul Huda.
SULTENG DIKEPUNG BANJIR
Banjir tidak hanya terjadi di Kabupaten Morowali. Empat kabupaten lainnya pun dilanda banjir. Empat kabupaten itu adalah Parigi Moutong, Tojo Una-Una, Banggai dan Kabupaten Tolitoli. Padahal, alternatif perjalanan untuk menuju lokasi selain melalui Poso, juga paling dekat melalui Kabupaten Banggai, di wilayah Timur Sulawesi Tengah.
Menurut Frets Abbas, banjir di empat kabupaten ini, telah merendam ribuan rumah warga dan juga ribuan hektar lahan persawahan dan kebun warga. Jalur yang menghubungan antara Dataran Toili di Kabupaten Banggai ke Kota Luwuk, akhirnya terputus.
Wakil Gubernur Sulawesi Tengah, Achmad Yahya, dilaporkan tidak dapat melanjutkan perjalanan ke Morowali karena tertahan banir di Toili ini.
Padahal, yang bersangkutan bersama rombongan Satkorlak Penanggulangan Bencana Sulteng, berencana menuju lokasi longsor di Morowali dengan mengambil jalur Toili di Kabupaten Banggai menuju Baturube.
Sedangkan perjalanan rombongan Gubernur Sulawesi Tengah, Bandjela Paliudju, terpaksa tertahan di Ampana, ibukota Kabupaten Tojo Una-Una. Rombongan ini pun berencana mengambil jalur Toili di Kabupaten Banggai menuju Baturube dan ke lokasi banjir dan tanah longsor di Morowali. ***
Bantuan untuk korban banjir dan tanah longsor di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, sudah mulai tersalurkan sejak Kamis (26/1) kemarin. Bantuan tesebut dibawa langsung oleh Kapolda Sulteng, Brigadir Jenderal Polisi Badrodin Haiti dengan menggunakan Kapal B.KP 513 Parikesit.
Bantuan dari Bakornas yang sebelumnya masih tertahan di Bandara Udara Mutiara Palu, pun sudah dapat diterbangan ke lokasi pada Jumat (27/1) pagi dengan menggunakan helikopter Puma milik TNI Angkatan Udara.
Helikopter Puma dari Makassar itu seharusnya sudah berangkat pada Kamis (26/7) sore dari Bandara Mutiara Palu, tapi menurut pilotnya, Kapten Abram , penerbangan ditunda karena ada gumpalan awan colimunimbus di sekitar lokasi kejadian.
"Terpasa kami tunda berangkat sampai cuaca membaik. Dan hari ini (Jumat) kami siap terbang," kata Kapten Abram yang membawa bantuan dan enam awal dari TNI angkatan Udara itu.
Bantuan yang dibawa ke lokasi itu antara lain berupa beras, biskuit, obat-obatan dan mie instant. Bantuan tersebut, selain dari pemerintah juga berasal dari sumbangan masyarakat Sulteng.
Kepala Bidang Humas Polda Sulteng, Komisaris Polisi Heddy Tri Paronoto kepada The Jakarta Post mengatakan, untuk sementara semua konsentrasi diarahkan pada distribusi bantuan kepada korban yang selamat, sembari terus berupaya mengevakuas korban yang tertimbun lumpur longsor.
"Syukurlah, bantuan sudah dapat disalurkan kepada para korban, Sekarang yang sedang kita pikirkan adalah bagaimana mengevakuasi korban yang masih tertimbun lumpur," kata Bupati Morowali, Datlin Tamalagi kepada The Jakarta Post, via telepon satelit Jumat (27/7) pagi.
Frets Abbas, pejabat dari Satuan Korodinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana Sulawesi Tengah yang dikonfirmasi via telepon mengatakan, diperkirakan saat ini masih seitar 46 enazah yang masih tertimbun dan berhasil dievakuasi. Pasalnya, evakuasi itu hanya dapat dilakukan dengan peralatan seadanya.
"Jenazah yang belum bisa dievakuasi itu terdapat di Desa Ueruru dan Desa Boba, Kecamatan Bungku Utara," kata Frets Abbas.
Sementara korban luka-luka sudah berhasil dibawa dari lokasi longsor ke Kolonodale (bekas ibukota Kabupaten Morowali) untuk mendapatkan perawatan maksimal dari petugas kesehatan yang sudah disiapkan di kota itu.
Rombongan korban luka yang pertama dibawa ke Kolonodale berjumlah 16 orang dan sudah tiba di Kolonodale pada Kamis malam. Sementara rombongan korban kedua berjumlah enam orang sedang dalam perjalanan dengan menggunakan kapal motor KMP Nurul Huda.
SULTENG DIKEPUNG BANJIR
Banjir tidak hanya terjadi di Kabupaten Morowali. Empat kabupaten lainnya pun dilanda banjir. Empat kabupaten itu adalah Parigi Moutong, Tojo Una-Una, Banggai dan Kabupaten Tolitoli. Padahal, alternatif perjalanan untuk menuju lokasi selain melalui Poso, juga paling dekat melalui Kabupaten Banggai, di wilayah Timur Sulawesi Tengah.
Menurut Frets Abbas, banjir di empat kabupaten ini, telah merendam ribuan rumah warga dan juga ribuan hektar lahan persawahan dan kebun warga. Jalur yang menghubungan antara Dataran Toili di Kabupaten Banggai ke Kota Luwuk, akhirnya terputus.
Wakil Gubernur Sulawesi Tengah, Achmad Yahya, dilaporkan tidak dapat melanjutkan perjalanan ke Morowali karena tertahan banir di Toili ini.
Padahal, yang bersangkutan bersama rombongan Satkorlak Penanggulangan Bencana Sulteng, berencana menuju lokasi longsor di Morowali dengan mengambil jalur Toili di Kabupaten Banggai menuju Baturube.
Sedangkan perjalanan rombongan Gubernur Sulawesi Tengah, Bandjela Paliudju, terpaksa tertahan di Ampana, ibukota Kabupaten Tojo Una-Una. Rombongan ini pun berencana mengambil jalur Toili di Kabupaten Banggai menuju Baturube dan ke lokasi banjir dan tanah longsor di Morowali. ***
No comments:
Post a Comment