Ruslan Sangadji
Sebuah bom rakitan berdaya ledak rendah meledak tepat di warung penjualan daging babi, Maesa, Kelurahan Lolu Selatan, Palu, Sulawesi Tengah. Bom di akhir tahun itu meledak sekitar pukul 07.11 Wita. Warung tersebut hanya terbuat dari kayu dan tenda terpal berwarna biru dan merah.
Akibat ledakan itu, delapan orang tewas dan 45 lainnya luka-luka ringan dan serius. Dari Ketujuh korban yang tewas itu masing-masing pasangan suami istri penjual daging, Yopie--laki-laki (45) dan Ny Meiso alias Meymey--perempuan (38), Yackolina Tima--perempuan (45), Agustin--perempuan (38), Bambang Wiyono Saputra--laki-laki (49).
Selain itu, dua korban tewas lainnya adalah seorang anggota intel Korem 132/Tadulako, Sulawesi Tengah, Sersan Kepala (TNI) Tasman (38) dan istrinya Ny. Poste Binamanis (30) dan Ricky (13).
Selain korban tewas, ada 45 orang lainnya yang mengalami luka parah dan ringan. Sembilan orang korban luka yang dirawat di Rumah Sakit Umum Provinsi Undata Palu, Delapan orang di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sulteng, Delapan orang di Rumah Sakit Budi Agung Palu,18 orang di Rumah Sakit Bala Keselamatan Palu dan dua orang di Rumah Sakit Wirabuana Palu.
Diduga, bom tersebut diletakkan orang tak dikenal di bawah meja dan menggunakan timer. Namun, polisi belum dapat memberikan penjelasan pasti soal itu, termasuk motif di balik aksi biadab tersebut. Namun yang pasti, lokasi tersebut mayoritas dihuni oleh kaum Kristiani yang merupakan pendatang dari Sulawesi Utara, Tanah Toraja dan Poso.
Suasana di Kota Palu sejak kejadian hingga pukul 12.00 Wita tampak panik. Mobil ambilence yang membawa korban tewas dan luka-luka meraung-raung di jalan. Sebuah helikopter milik Polda Sulteng terus terbang untuk memantau situasi dari udara.
Sejumlah jalan masuk dan keluar di Kota Palu dijaga ketat oleh polisi. Mereka juga memeriksa semua kendaraan baik roda dua maupun roda empat.
Sejauh ini, polisi belum bisa mengidentifikasi pelaku peledakan bom tersebut. Polisi juga belum bisa menduga-duga soal siapa atau kelompok mana yang melakukan tindakan biadab tersebut.
Efendy Lumban Tobing (42), warga setempat yang selamat dari ledakan bom tersebut kepada The Jakarta Post mengatakan, dia tidak bisa membayangkan jika bom tersebut meledak tepat pukul 08.00 Wita. Jika itu terjadi maka korban meninggal akan leb
No comments:
Post a Comment