Ruslan Sangadji
Ekspor kakao Sulawesi Tengah dari tahun ke tahun terus meningkat. Peningkatan jumlah ekspor itu seiring dengan upaya peningkatan kualitas produksi yang terus dilakukan oleh petani atas bantuan Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo).
Organisasi itu melaporkan, nilai ekspor kakao Sulawesi Tengah pada tahun 2003 tercatat sebesar 83.780 ton, pada tahun 2004 meningkat lagi menjadi 109.0834,83 ton dan pada tahun 2005 lebih meningkat lagi menjadi 120.367,72 ton.
Ketua Askindo Sulawesi Tengah, Herman Agan, kepada The Jakarta Post, Kamis (12/1) mengatakan, ekspor komoditas kakao Sulteng untuk kurun waktu Januari-Februari 2004, meraup nilai ekspor sebesar 30,22 juta dollar Ameriksa Serikat (AS), atau meningkat 20 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurutnya, sebagian besar ekspor kakao itu, untuk memenuhi permintaan pasar di Amerika. "Selain Amerika, eksportir Sulteng juga memenuhi permintaan pasar di Malaysia, Singapura, China, Belanda, dan Belgia," kata Herman Agan.
Meski demikian, pihaknya khwatir nilai ekspor kakao Sulteng itu akan menurun, seiring makin dahsyatnya serangan hama pengerek buah kakao (PBK) yang menghantam kako petani di daerah ini.
Hama PBK ini, katanya, mulai menyerang kakao petani sejak tahun 1995. Namun, hama ini mulai masuk ke Sulteng sejak tahun 1993, diduga berasal dari Sabah, Malaysia, melalui Kalimantan Timur. "Makanya, sekarang kita lagi gencar-gencar melakukan upaya pencegahannya," ujarnya.
Selain itu, untuk meningkatkan kualitas produksi kakao Sulteng, Askindo Sulteng juga terus mengajak petani untuk melakukan sistem fermentasi terhadap biji kakao. Kendala, kata Agan, para petani kakao di Sulteng sangat malas untuk melakukan sistem itu.
"Kita sudah jelaskan kepada petani bahwa fermentasi itu untuk meningkatkan mutu biji kakao, namun mereka tetap saja malas," katanya.
Tapi, menurut Herman Agan setelah dijelaskan bahwa jika biji kakao melalui sistem fermentasi maka harga kakao di tingkat dunia juga akan meningkat dan petani akan untung besar.
"Amerika akan memotong harga kakao sampai 250 dolar Amerika per ton kakao Indonesia. Jadi, fermentasi menjadi jalan keluar untuk meraih keuntungan besar bagi petani," jelasnya. ***
No comments:
Post a Comment