Ruslan Sangadji
Komandan Komando Operasi Pemulihan Keamanan (Koopskam) Sulawesi Tengah, Inspektur Jenderal Polisi Paulus Purwoko, menegaskan pihaknya akan menindak sejumlah aparat yang terlibat dalam sejumlah kasus kekerasan di Poso dan Palu.
”Kita janji akan menindak tegas aparat yang terlibat di Poso dan Palu, jika dalam penyelidikan mereka terbukti terlibat dalam kasus kekerasan,” tegas Irjen Paulus Purwoko dalam pertemuannya dengan Poso Center di kantor Yayasan Tanah Merdeka Palu, Kamis (19/1) siang.
Pernyataan itu disampaikan, setelah pengurus Poso Center menyampaikan bahwa dalam kasus penembakan terhadap Ivon (17 tahun) dan Siti Nuraini (17 tahun), dua siswi SMU di Poso yang terjadi (8/11) lalu di Poso Kota, justru melibatkan aparat polisi.
”Ada saksi yang mengakui itu kepad kami. Bahkan ada testimoninya yang kami rekam. Tapi sampai sekarang belum ada tindakan yang diambil polisi,” kata Yusuf Lakaseng, koordinator Poso Center dalam pertemuan tersebut.
Ada empat anggota polisi yang diduga terlibat dalam kasus penembakan tersebut. Mereka itu berinsial AAS, Jam, Fam dan Ar.
Mendengarkan laporan Poso Center itu, Irjen Paulus Purwoko mengaku kaget dan berjanji aka menyelidikinya.
Selain menindak tegas aparat yan terlibat, pihaknya juga memiliki dua tugas lain yang penting, yakni mengendalikan tugas penanganan terorisme, kasus korupsi dana kemanusiaan Poso dan penegakan hukum.
Purwoko mengakui penangan kasus kekerasan khususnya di Poso, di Sulawesi Tengah terkesan sangat lamban, karena masyarakat takut akan menjadi sasaran teror dari para pelaku. ”Sangat berbeda dengan kasus bom Bali, di sana masyarakat sangat terbuka sehingga memudahkan kita untuk bekerja,” kata Purwoko.
Oleh karena itu, menurutnya bahwa saat ini Koopskam terus bekerja mengumpulkan sejumlah bukti dan data serta mengajak masyarakat di Sulawesi Tengah untuk bisa memberikan keterangan yang bisa memudahkan Koopskam untuk bekerja mengungkap berbagai kasus kekerasan, korupsi dan memutus jaringan terorisme di Sulawesi Tengah.
Mengenai wacana adanya Tim Pencari Fakta Independen yang diusulkan Poso Center dan sejumlah NGO’s di Sulteng, Purwoko mengatakan bahwa tim tersebut sangat dibutuhkan jika polisi kesulitan melakukan penyelidikan terhadap berbagai kasus. “Saat ini kita masih mampu bekerja sehingga belum dibutuhkan kehadiran tim pencari fakta itu,” kata Purwoko.
Sementara itu, Koordinator Poso Center Yusuf Lakaseng mengatakan, tiga anatomi kekerasan di Poso yang akhir-akhir ini bermain di Poso, yakni orang lama yang masih ada rasa dendam dan karena ideologis, kemudian para pelaku korupsi yang bertujuan menutup-nutupi kasusnya dan aparat keamanan.
“Koopskam harus bekerja sungguh-sungguh untuk membongkar semua ini,” pinta Yusuf Lakaseng.
Aryanto Sangadji, presidium Poso Center juga menyarankan agar Koopskam menyelidiki sumber-sumber pembiayaan dalam pembelian senjata api dan pembuatan bom di Poso. Poso Center menduga pembiayaan tersebut berasal dari dana kemanusiaan Poso yang berjumlah miliaran rupiah.
No comments:
Post a Comment