Sebanyak Dua Satuan Setingkat Kompi (SSK) atau sekitar 220 personel anggota Brimob dari Satuan Pelopor II Jakarta, akhirnya ditarik dari Poso untuk kembali ke kesatuannya.
Kapolda Sulawesi Tengah, Brigadir Jenderal Polisi Badrodin Haiti, kepada Jurnal Nasional, Selasa (8/1) di kantornya Jalan Sam Ratulangi Palu, membenarkan penarikan pasukan itu.
"Benar, Dua SSK pasukan Brimob Jakarta telah ditarik dari Poso pada Senin (7/1) kemarin. Penarikan itu karena telah berakhirnya Operasi Lantodago," kata Kapolda Sulteng.
Pasukan Brimob dari Satuan Pelopor II Jakarta itu, telah bertugas di Poso selama delapan bulan lalu. Mereka berada Bawah Kendali Operasi (BKO) Polda Sulteng dalam rangka mendukung Operasi Lantodago untuk mengamankan situasi Poso dan ikut mengejar para pelaku kekerasan.
Menurut Kapolda Sulteng, setelah ditariknya 220 personel Brimob itu, maka praktis tidak ada lagi pasukan BKO yang bertugas di Poso. Untuk menggantikannya, Polda Sulteng telah menugaskan sedikitnya Dua SSK Resimen Brimob Sulteng. Mereka berasal dari Polda Sulteng sebanyak 150 orang, Polresta Palu 50 orang ditambah 300 orang Brimob Organik Polres Poso.
Mereka inilah, kata Kapolda Badrodin Haiti, yang akan mendukung Operasi Siwagilemba yang tujuan besarnya adalah ikut mendorong beberapa kesepakatan Deklarasi Malino yang belum terealisasikan, antara lain pengembalian hak-hak keperdataan warga.
Bukan hanya itu, menurut Kapolda Badrodin, pasukan Brimob dari Polda Sulteng ini juga, akan ikut mendukung kerja-kerja rehabilitasi dan rekonstruksi Poso pasca konflik, serta melakukan pembinaan terhadap generasi baru yang oleh kelompok garis keras disebut-sebut sebagai "anak bebek".
Operasi Siwagilemba adalah operasi yang ]dikoordinir langsung oleh Kapolda Sulteng, dengan anggaran dari daerah dan hanya melibatkan sedikitnya 500 personel polisi dari Polda Sulteng dan Polres Poso. Sedangkan Operasi Lantodago dikoordinir oleh Mabes Polri dengan anggaran dari pusat serta menurunkan sedikitnya 1200 personel termasuk Bawah Kendali Operasi (BKO), maka Operasi
"Ini dua hal yang berbeda. Makanya, dalam Operasi Siwagilemba ini, kita lebih mengedepankan pendekatan persuasif dengan melakukan pembinaan kepada masyarakat," kata Kapolda Badrodin Haiti.
Kapolda Sulteng menyatakan, operasi keamanan di Poso ini menjadi penting, karena saat ini tercatat masih ada sekitar tujuh orang para pelaku kekerasan di Poso, yang telah masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) dan belum berhasil ditangkap.
Mereka ini, kata Kapolda Sulteng, ditengarai masih berada di Poso dan beberapa di antaranya di luar Poso, termasuk di Philipina. Antara lain para DPO itu berinsial M, Id, U, I dan S.***
No comments:
Post a Comment