Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah sejak tanggal 1 Januari 2008, resmi memberlakukan Operasi keamanan di Poso, dengan sandi Operasi Siwagilemba, menyusul telah selesainya Operasi Lantodagi pada 31 Desember 2007 kemarin.
Kapolda Sulteng, Brigadir Jenderal Polisi Badrodin Haiti dalam refleksi akhir tahun 2007, Senin (31/12) siang memaparkan, beberapa perbedaan mendasar dalam pelaksanaan Operasi Siwagilemba dan Operasi Lantodago di Poso.
Menurut Kapolda, jika Operasi Lantodago dikoordinir oleh pihak Mabes Polri dengan anggaran dari pusat serta menurunkan sedikitnya 1200 personel termasuk Bawah Kendali Operasi (BKO), maka Operasi Siwagilemba hanya dikoordinir oleh Kapolda Sulteng, dengan anggaran dari daerah dan hanya melibatkan sedikitnya 500 personel polisi dari Polda Sulteng dan Polres Poso.
"Ini dua hal yang berbeda. Makanya, dalam Operasi Siwagilemba ini, kita lebih mengedepankan pendekatan persuasif dengan melakukan pembinaan kepada masyarakat," kata Kapolda Badrodin Haiti.
Kapolda Sulteng menyatakan, operasi keamanan di Poso ini menjadi penting, karena saat ini tercatat masih ada sekitar tujuh orang para pelaku kekerasan di Poso, yang telah masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) dan belum berhasil ditangkap.
Mereka ini, kata Kapolda Sulteng, ditengarai masih berada di Poso dan beberapa di antaranya di luar Poso, termasuk di Philipina. Antara lain para DPO itu berinsial M, Id, U, I dan S.
Bukan hanya itu, Kapolda menyatakan bahwa masih ada sekelompok orang secara diam-diam terus melakukan kegiatan yang bertujuan untuk menganggu keamanan di Poso, dan masih ada wilayah yang dianggap rawan pasca penangkapan Basri Cs.
"Wilayah yang kami anggap masih rawan itu adalah Kelurahan Gebangrejo. Ini yang perlu diwaspadai, sehingga operasi keamanan dalam skala kecil masih terus dilakukan," tegas Kapolda Badrodin.
Poso sekarang, kata Kapolda, masih memerlukan penanganan untuk mengembalikan suasana menjadi benar-benar membaik. Apalagi saat ini pemerintah masih sedang melakukan rekonstruksi dan rehabilitasi pasca konflik.
Apalagi, menurut Brigjen Badrodin Haiti, generasi baru yang pernah bergabung dalam kelompok Basri CS, yang disebut-sebut sebagai "Anak Bebek" memerlukan pembinaan agar tidak lagi melakukan tindakan destruktif. Jika mereka ini tidak dibina, dikhawatirkan akan menjadi kelompok garis keras baru yang pada gilirannya akan melakukan aksi-aksi kekerasan di Poso.
Persoalan lain yang masih membutuhkan campur tangan aparat keamanan, adalah belum terealisasi kesepakatan soal pengembalian hak-hak keperdataan masyarakat. "Kami menilai bahwa pengembalian hak-hak keperdataan sesuai kesepakatan Deklarasi Malino itu belum jalan, sehingga ini juga akan menjadi masalah. Maka, Operasi Siwagilemba menjadi sangat penting," tandasnya.
Sementara itu, dari Poso dilaporkan, suasana menjelang Tahun Baru 2008 sangat meriah. Hampir semua kelurahan di Poso menggelar pesta menyambut tahun baru. Bahkan di Poso Pesisir, diadakan Pesta Adat untuk melepas tahun 2007 itu.
Pesta kembang api dan terompet juga berlangsung di Lapangan Maroso, Pelabuhan, Pantai Penghibur dan di Tentena. Bupati Poso, Piet Inkiriwang mengimbau, warga tetap bersatu dalam kedamaian menyambut Tahun Baru 2008 dan bahi membahu bersama semua pihak untuk menyatakan akan membangun Poso menjadi lebih baik pada tahun 2008 nanti.
"Kita harus bersatu, bahu-membahu membangun Poso agar menjadi lebih baik lagi di tahun-tahun mendatang," pinta Bupati Inkiriwang.***
No comments:
Post a Comment