Friday, February 13, 2009
Pemkot Palu Kerjasama Swedia Kelola Sampah
PALU - Penanganan sampah di Kota Palu terus dilakukan oleh Pemerintah Kota Palu. Selain melakukan berbagai program yang bersifat stimulan bagi masyarakat, seperti Gerakan Palu Bersih, Palu Menanam Pohon dan Gerakan Palu Damai, kini Pemkot Palu menjalin kerjasama dengan Pemerintah Boras, Swedia untuk penanganan sampah.
Walikota Palu, Rusdy Mastura mengatakan, untuk merealisasikan program tersebut, pihaknya bersama Pemerintah Boras, Swedia membentuk Tim WRD (Waste Refinery Daerah). Tim ini nantinya akan menggelar workshop di Yogyakarta pada 18 Pebruari 2009 ini.
Untuk mengoperasionalkan program tersebut, pihak Pemerintah Boras, Swedia telah mengutus tiga orang dari dari negaranya, yakni dari Pemerintah Boras, Swedia satu orang dan dua orang dari Boras University untuk melakukan kunjungan lapangan ke Kota Palu.
Kunjungan tersebut, selain untuk melihat model serta sistem pengelolaan sampah di Kota Palu. Setelah itu, Pemerintah Kota Palu yang akan menyusun proposal, untuk dipresentasekan pada forum workshop di Yogyakarta nantinya, karena Pemerintah Boras, Swedia juga bekerjasama dengan Pemprov Yogyakarta.
Dari hasil kunjungan itu, Pemerintah Boras memberikan respon yang cukup positif terhadap model pengelolaan sampah di kota ini. “Karena itulah, maka Memorandum of Understanding (MoU) segera dilakukan pada 18 Pebruari 2009 ini,” kata Walikota Palu.
Mengubah Bencana Jadi Manfaat
Memang, sampah menjadi salah satu momok menakutkan bagi Kota Palu. Lantaran itu, Pemerintah Kota Palu, sedang berupaya mengelola sampah di kota itu menjadi gas methan. Untuk kepentingan tersebut, sebelumnya pemerintah setempat melalui PT Palu Cipta Metana, telah menandatangani kesepakatan dengan PT Global Eko Rescue Foundation Ltd di Jakarta untuk pengoperasiannya.
Menurut rencana, pengelolaan sampah menjadi gas methan itu segera dimulai. Lokasinya berada di sekitar lokasi Tempoat Pembuangan Akhir (TPA) di Kelurahan Kawatuna, Palu Timur akan dibangun sebanyak 40 sumur gas yang digunakan untuk menampung gas methan yang berasal dari sampah itu. Sumur-sumur dengan kedalaman 15 meter itu nantinya, akan menampung sebanyak 394.706 meter kubik gas per tahun.
Dari hasil hitungan sementara, volume sampah di Kota Palu per hari sebanyak 631 meter kubik, maka akan dihasilkan sebanyak 228 ton gas methan per harinya. Dengan begitu, akan dihasilkan juga methan CH4 sebanyak 283 ton per tahun dengan volume 394.706 meter kubik per tahun. Karbon dioksida CO2 seberat 564 ton per tahun, dengan volume 315.765 ton per tahun.
Tidak hanya itu, dari sampah itu juga itu akan dihasilkan Nitrogen seberat 0,32 ton per tahun dengan volume 55,259 ton meter kubik per tahun. Hidrogen Sulfida (H2S) seberat 16,14 ton per tahun dengan volume 11.841 ton per tahun dan Oksigen O2 seberat 10,17 ton per tahun dengan volume 7,894 ton kubik per tahunnya.
"Dari gas methan itu, estimasi penghasilan dari perdagangan karbon saja sudah sebesar 1,2 miliar Dolar Amerika per tahunnya. Inilah yang saya sebut dengan mengubah bencana menjadi manfaat," kata Walikota Palu, Rusdy Mastura.
Sekadar perbandingan, produksi sampai di kota-kota besar Indonesia mencapai hampir 10 juta ton sampah per tahun. Jumlah total emisi gas methan dari kota-kota besar itu sebesar 404 juta ton per tahun dan total produksi listrik dari gas metan TPA sampah sebanyak 79 megawatt. Jadi, total pendapatan penjualan karbon dari beberapa TPA di Indonesia sebesar 118 miliar per tahun.
Dengan begitu, kata Walikota Palu, dari 631 ton per hari volume sampah di Kota Palu, maka hasil yang akan didapatkan dari produksi listrik yang berasal dari gas itu nantinya, diperkirakan sebesar Rp 162 miliar per tahun dan hasil penjualan karbon sebesar Rp 163,1 miliar per tahun.
Lebih rinci lagi, Walikota Palu menjelaskan, dari gas yang dihasilkan dari sampah di TPA Kawatuna yang sebanyak 0,038 KWH, maka diprediksi produksi listrik sebesar 2.780.000 KWH per tahun. Jika digunakan untuk masyarakat umum dengan kapasitas listrik 450 watt per rumah dengan asumsi pemakaian listrik adalah 24 jam per hari, diperoleh 10.800 watt listrik per hari atau sekitar 10,8 KWH per hari, maka setiap rumah menggunakan 3.942 KWH per tahun.
"Dengan begitu, kita akan dapat memenuhi kebutuhan listrik rumah di Palu sebanyak 2.780 ribu kwh per tahun untuk 705 rumah. Dan pendapatan Kota Palu dari produksi listrik ini nantinya sekitar 96,836 miliar per tahun. Inilah yang saya sebut dengan mendulang rupiah di tengah timbunan sampah," demikian Rusdy Mastura. ***
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment