Wednesday, May 26, 2010

Krisis Listrik di Palu Segera Berakhir

Krisis di listrik di Kota Palu dan sekitarnya akan segera berakhir. Itu terjadi setelah PT PLN mengadakan mesin generator dengan kapasitas 10 megawatt pada akhir pekan lalu, dan pengadaan batu bara yang sebelumnya ditangani oleh Perusahaan Daerah Kota Palu, kini diambil alih oleh PT PLN Cabang Palu.


Saat ini, mesin diesel itu sedang dalam pemasangan di Pembangkit Listrik Tenaga Diesel yang diperkirakan akan selesai dan bisa beroperasi pada akhir bulan Mei ini, kemudian batu bara yang dibeli dari Kalimantan Timur sudah masuk ke PLTU Palu. Dengan begitu, listrik di Palu yang sebelumnya hanya menyala per 3 jam sehari secara bergiliran selama tiga bulan terakhir, kini sudah mulai normal.

"Ini masih sementara, nanti akan didatangkan lagi mesin generator dari China dengan kapasitas 20 MW pada sekitar bulan September mendatang," kata General Manager PT PLN Wilayah Sulawesi Utara Tengah dan Gorontalo (Suluttenggo), Wirabumi Kaluti.

Selain itu, katanya, PT PLN akan segera membangun Pembangkit Listrik Tenaga Gas Bumi (PLTG) di Palu pada 2012. Penandatangan kesepakatan itu sudah dilakukan antara Walikota Palu, Rusdy Mastura dan Direktur Utama PT PLN, Dahlan Iskan, akhir pekan lalu di Jakarta.

"Setelah penandatanganan kesepakatan itu, kami langsung melihat langsung di lapangan, dan hasilnya kami pilih Kelurahan Baiya di Palu Utara sebagai lokasi pembangunan PLTGB itu," katanya.

Dia menambahkan, telah disepakati pula pembelian listrik oleh PT PLN di PLTU Palu dengan harga Rp750 per Kilo watt (Kwh), yang sebelumnya hanya dibeli dengan harga Rp350 per Kwh. Proses negosiasi yang begitu panjang, bahkan dalam setahun terakhir ini, akhirnya di masa Dirut Dahlan Iskan, baru bisa terealisasi pembelian listrik dari PLTU Palu dengan harga tersebut. "Ini bukti keseriusan kami dalam melayani kebutuhan listrik masyarakat di Palu," kata Wirabumi Kaluti.

Menjawab informasi bahwa mesin generator berkapasitas 10 MW itu didatangkan oleh Habsa Yanti Ponulele, salah seorang calon Walikota Palu, Wirabumi Kaluti mengatakan, mesin itu murni didatangkan oleh PLN dan bukan oleh calon walikota mana pun juga. "Jadi bohong kalau ada pihak lain yang mendatangkannya ke Palu. Ini murni kerja PLN. Kami menyewa mesin itu dari PT Sewatama," katanya.

Sebelumnya, Habsa Yanti Ponulele mempublikasikan di media lokal bahwa dia telah mendatangkan mesin generator. Publikasi itu dalam bentuk iklan dan berita di beberapa media lokal di Palu. Bahkan, saat mesin itu tiba di Pelabuhan Pantoloan, Habsa Yanti Ponulele pergi menjemputnya di pelabuhan dan mengawalnya sampai masuk di PLTD Silae Palu. Namun, sesampainya di PLTD Habsa Yanti dan timnya diusir oleh petugas keamanan yang berjaga-jaga di PLTD.

"Kami juga kaget, saat kami bawa mesin itu dari pelabuhan ke PLTD, tiba-tiba ada iring-iringan mobil salah satu kandidat yang ikut mengawal kami. Belakangan baru saya tahu kalau ternyata kandidat itu mengklaim bahwa dia yang mendatangkan mesin itu. Pembohongan namanya itu," kata Wirabumi.

Saat itulah kecaman demi kecaman dari warga Palu pun berdatangan. Warga menilai Habsa Yanti Ponulele sebagai pembohong. Kecaman itu disampaikan secara terang-terangan di status Facebook, warung-warung kopi maupun dalam diskusi di Palu.

Tapi, yang lebih menyedihkan adalah warga menilai bahwa media cetak di Palu ikut pula mempublikasikan kebohongan kandidat Walikota Palu. Cercaan kepada media cetak lokal itu pun dikritik melalui Facebook.

Matta Ellang Merah, salah seorang pemilik akun Facebook menulis: Kalau mau jujur, tidak ada media lokal (baik cetak maupun elektronik) yang mencerdaskan.Selain kepentingan bisnis, kepentingan pribadi juga ikut melatarbelakanginya. Rusak wartawannya jadi ikutan rusak medianya (reorientasi).

Salah seorang wartawan di Palu yang menggunakan nama Patar Memang Jago sebagai akun Facebooknya membantah pernyataan Matta Ellang Merah: "Bagaimana Anda bisa mengkritik media, Anda sendiri tidak mau jujur. Buka saja secara jujur yg Anda ketahui. Itu baru namanya kritik. Besarnya sebuah media itu terbangun dari kritik secara jujur oleh pembacanya/pemirsanya. Soal kepentingan, Anda juga pasti punya kepentingan menulis seperti itu," katanya.

Yang pasti, krisis listrik di Palu telah menyeret para politisi membohongi konstituennya dan kebohongan itu ikut dipublikasikan oleh media cetak lokal. ***