Thursday, November 27, 2008

Morowali, Kabupaten Terkaya di Sulteng


Kabupaten Morowali, mungkin satu-satunya kabupaten di Sulawesi Tengah yang sangat kaya akan kandungan sumber daya alamnya. Bayangkan saja, mulai dari marmer hingga minyak bumi ada di wilayah yang luasnya mencapai 45.453 kilometer persegi ini.

“Ya, kalau boleh sedikit bersombong, seluruh tanah di kabupaten ini penuh dengan kekayaan alam yang dapat digarap,” kata Bupati Morowali, Anwar Hafid kepada The Jakarta Post (15/11) lalu.

Dia menjelaskan, untuk nikel saja misalnya tercatat luas arealnya mencapai lebih kurang 149.700 hektar dengan Cadangan terduga 8 juta WMT. Lokasinya, terletak Blok Tompira dengan cadangan inferred untuk Limonite 6 juta ton, dengan kadar Ni 1,40 persen, saprolit 0,3 juta ton dengan kadar Ni 2,4 persen.

Belum lagi di Blok Ungkaya, dengan potensi inferred untuk Limonite 3,1 juta ton, dengan kadar Ni 1,37 persen, saprolit 0,2 juta ton dengan kadar Ni 2,63 persen. Di Blok Bulu Taloa, potensi inferred untuk Limonite 1 juta ton dengan kadar Ni 1,15 persen.

Sedangkan di Blok Bahodopi, tercatat sekitar 36.635,36 hektar. Hanya saja, sejak tahun 1968, PT. INCO Tbk., sudah menandatangani Kontrak Karya seluas untuk pengelolaannya. Sedangkan PT Rio Tinto menandatangangi kontrak karya untuk pertambangan nikel di blok tersebut seluas 132.100 hektar.

Sedangkan chromite (bahan baku stainles) terletak di Kecamatan Bungku Barat seluas 3.000 hektar, dengan cadangan pasti 88.010 DMT ( Dry Metric Ton). Cadangan terkira sekitar 459.772 DMT, dan cadangan terduga 250.000 DMT, dengan kadar rata-rata sebesar 4 persen ( Cr2O3).

Tidak hanya itu, menurut Bupati Anwar Hafid, di Kabupaten Morowali juga memiliki cadangan marmer yang sangat menjanjikan. Marmer itu menyebar di Desa Tinompo, Uluanso, Wawopada, Korowalelo dan Beteleme di Kecamatan Lembo. Juga terdapat du Desa Didiri, Koromatantu, Bunta dan Bungiatimbe Kecamatan Petasia.

Marmer ini, katanya, kenampakan lapangan tersingkap di permukaan dengan ketinggian rata-rata 5-20 meter, warna bervariasi mulai dari putih keabu-abuan, abu-abu kecoklatan, abu-abu kehitaman, merah kecoklatan, hijau muda/hijau tua, hijau kehitaman. Sifat fisik kompak dan keras. Sedangkan kekerasan mencapai 4-5 Skala Mohs.

Juga terdapat marmer jenis onyx yang tersebar di Kecamatan Petasia. Kenampakan lapangan yang cukup tebal dijumpai pada marmer, berwarna kuning gading– coklat, dengan cadangan sekitar 25 hektar.

Di daerah ini juga terdapat kandungan batugamping ( Limestone). Lokasinya terdapat di Kecamatan Petasia, Kecamatan Lembo, Kecamatan Bungku Utara, dan Kecamatan Bungku Selatan. Kenampakan lapangan tersingkap di atas permukaan dgn ketinggian sekitar 1 – 15 meter.

Warna umum dari batugamping ini, mulai dari putih sampai kekuningan, kuning kemerahan, berbutir halus, padat, keras, tidak berlapis. Sebagian kapur ditemukan dalam bentuk chalky limestone. “Diperkirakan cadangan geologinya mencapai 30.000.000 meter kubik,” ujar Bupati Anwar Hafid.

Cukupkah kekayaan alam itu di Kabupaten Morowali? Tidak, kata Bupati Morowali. Di daerahnya juga ada fosfat, yang terdapat di Desa Wawopada, Kecamatan Lembo dan ditemukan dalam bentuk gua-gua batu kapur. Hanya saja, cadangan fosfat ini belum diketahui pasti. “Sekarang masih diteliti oleh tim yang sudah dibentuk,” ujarnya.

Sedangkan Batubara terdapat di Desa Londi, Trende dan Ensa Kecamatan Mori Atas, dengan ketebalan berkisar antara 0,5-3 meter dengan kemiringan bervariasi 20-40 derajat, dan di tempat lain 1-2 derajat. Kenampakan fisik di lapangan warna coklat kehitaman. Secara megaskopis, batubara ini termasuk lignit. Selama sekitar lima tahun (sejak 1989) batubara ini tersebar dan berada pada ruas jalan raya, sehingga jalan tersebut selalu runtuh.

Kadar air batubara di Morowali, mencapai 20,79 persen, abu 9,68 persen, Mix Carbon 29,55 persen, belerang 1,26 persen, nilai kalori Carbon mencapai 4,130 KKal.

Potensi Migas

Selain potensi bebatuan itu, di Morowali juga terdapat potensi migas yang sangat menjanjikan. Minyak misalnya, telah ditemukan di Kecamatan Bungku Utara yang dikenal dengan nama lapangan minyak Tiaka Blok Trili.

Lapangan minyak Tiaka dengan fasilitas penunjang terletak sekitar 17 mil dari garis pantai. Kini telah dioperasikan oleh Joint Operating Body (JOB) Pertamina, Medco dan Ekspan Tomori Sulawesi sejak tahun 2001 silam. Di sini terdapat empat sumur minyak yang sudah dieksploitasi.

Hasil evaluasi dengan perhitungan dari keempat sumur tersebut, menunjukkan bahwa cadangan minyak di lapangan Tiaka (Original oil in Place – OOIP) sebesar 106,56 MMBO (Million barrel oil/juta barrel minyak). Total kapasitas produksi per hari mencapai sekitar 6.500 barrel (BOPD) yang diperoleh dari enam sumur produksi atau rata-rata produksi setiap sumur sebesar sekitar 1.100 BOPD.

Eksploitasi minyak di lapangan Tiaka ini dimulai pada 31 Juli 2005 lalu. Sesuai dengan tipe minyak mentah (crude oil) yang dihasilkan, maka minyak Tiaka dikirim untuk diolah di Kilang UP-III PT Pertamina (Persero) di Plaju, Palembang, Sumatera Selatan.

Produksi awal minyak mentah Lapangan Tiaka sekitar 1.200 barel per hari (bph). Pada awal Januari 2006, produksi mencapai 1.850 bph dan akan ditingkatkan hingga mencapai 4.000 bph pada akhir tahun 2006 setelah ada penambahan sumur produksi.

Pada kondisi puncak, produksi diperkirakan dapat mencapai 5.000 bph. Produksi Lapangan Tiaka ini sekaligus meningkatkan total produksi minyak mentah hingga mencapai sekitar 80.000 boepd (barrel oil equivalent per day). Di samping itu, juga meningkatkan status Cekungan Banggai (basin)–formasi minyak Tiaka berada—dari status cekungan temuan menjadi cekungan berproduksi.

Struktur Lapangan Tiaka ditemukan oleh Union Texas (South East Asia) Inc. pada tahun 1985. Setelah melakukan pengeboran di empat sumur (tiga berhasil dan satu gagal), struktur ini kemudian ditinggalkan, karena dianggap tidak memiliki nilai ekonomi untuk dikembangkan. Selanjutnya, keempat sumur tersebut ditutup secara permanen di bawah dasar laut.

Pada tahun 2000, JOB Pertamina–Ekspan Tomori Sulawesi–mulai 2004 berubah nama (rebranding) menjadi JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi—melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan lapangan ini. Upaya tersebut antara lain dengan metode pembuatan pulau buatan (reklamasi) sebagai lokasi sumur yang jauh lebih efisien apabila dibandingkan dengan menggunakan platform rig, metode pengeboran sistem cluster (beberapa sumur dalam satu lokasi), pengeboran directional (terarah).

Setelah mendapat persetujuan dari Pemerintah pada Januari 2002 untuk mengembangkan lapangan tersebut, maka pada akhir tahun 2004 dilakukan pengeboran satu sumur pengembangan dan pada tahun 2005 dilakukan pengeboran dua sumur pengembangan. Pada tahun 2006, JOB Pertamina–Medco E&P Tomori Sulawesi memprogramkan pengeboran di tiga sumur pengembangan guna meningkatkan produksi minyak mentah.

Sedangkan gas bumi, dari hasil pemboran sumur produksi, dihasilkan juga gas ikutan sebanyak sekitar 3,5 TCF (Ton cubic feet) dengan air terproduksi sekitar 3.000 BOPD. Gas ikutan yang dihasilkan dalam proses ini, karena jumlahnya kecil, maka tidak diproses lebih lanjut melainkan langsung dibuang dan dialirkan serta dibakar ke udara melalui flore.

Sampai saat ini, tercatat lebih dari 100 Pemegang Izin Usaha Pertambangan di wilayah itu. Tapi celakanya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Morowali dalam tiga tahun anggaran terakhir mengalami defisit. Tahun 2006 defisit APBD Morowali mencapai lebih Rp 75 miliar, tahun 2007 lebih Rp 63 miliar dan tahun anggaran 2008 mencapai lebih 63 miliar.

Sedangkan APBD tahun 2007 tercatat sebesar lebih Rp 279 miliar, sedangkan tahun 2008 mencapai lebih Rp 590 miliar. ***

Tuesday, November 18, 2008

Berbukit, Berbatu dan Berkelok


Mobil Kijang Avanza warna merah itu melaju kencang. Tiba-tiba, sekitar pukul 12 malam, roda bagian depan berbunyi tidak seperti biasanya. “Muhlis, kenapa roda depan bunyinya lain,” begitu saya bertanya kepada sopir mobil Avanza yang ku sewa ke Morowali.

Ia menghentikan mobilnya, dan parkir di pinggiran jalan di Kelurahan Moengko, tepatnya di depan Depo Pertamina Poso. Saya dan Muhlis turun dari mobil. Ia kemudian membuka ban mobil itu, ternyata ada yang rusak. Perjalanan ke Morowali pun jadi terhambat.

Suasana begitu sunyinya. Yang ada hanya tiga orang masih ngobrol di depan rumahnya. Saya lalu menyapa mereka. Yang paling tua dipanggil dengan nama Papa Citra. Dia kemudian membantu kami. Tapi, alat mobil yang rusak itu tidak bisa diperbaiki, kecuali harus diganti. Bengkel sudah tutup. Malam itu, kami terpaksa tidur di mobil, sambil menunggu pagi datang.

Dalam tidur malam itu, saya teringat kembali masa lalu di tahun 2000. Waktu itu, di masjid Depo Pertamina itu, saya bersama anggota TNI Detasemen Zeni Tempur (Den Zipur) dari Makassar yang ditugaskan membawa mobil panser ke Poso, untuk mengamankan kerusuhan. Di Depo Pertamina itulah kami berhenti. Kami sempat menyelamatkan satu keluarga keturunan Jawa, yang lari tunggang langgang karena kampungnya diserang.

Kami menyelematkannya dan mengamankannya di masjid Depo Pertamina itu. Waktu itu, Mei 2000, saya menyarankan kepada anggota Denzipur itu, bahwa karena keluarga itu beragama Islam, sehingga sebaiknya amankan dulu di masjid itu, sembari menunggu pagi. Begitu pagi datang, keluarga muslim yang rumahnya sudah dibakar perusuh itu, kami antar ke markas Kodim 1307 Poso.

Air mata saya meleleh ketika mengingat masa itu. Saya tidak membayangkan, jika saja mobil kami yang rusak di malam buta itu, pas ketika Poso masih dilanda kerusuhan. Mungkin saja saya dan Muhlis sudah dihabisi para perusuh. Dalam tangisku, saya pun hilang dalam ketidaksadaran malam.

Hari sudah terang. Saya melihat jam di tanganku, waktu menunjukkan pukul 08.30 wita. Ku dengar Muhlis si sopir rentalku mengetuk-ngetuk alat mobil yang rusak itu. Saya bangun dan melihat mobil yang ku tumpangi sudah berada di depan bengkel sepeda motor, yang berjarak hanya sekitar 5 meter dari tempat berhenti pertama di malam itu.

“Chan, kita ke dealer Haji Kalla saja. Kita beli lahar (gotri) di sana. Gotrinya pecah jadi harus diganti,” kata Muhlis. “Berapa harganya,” saya bertanya pada Muhlis. “Mungkin sekitar 100 ribu rupiah,” jawab Muhlis lagi.

Saya pamitan kepada pemilik bengkel sepeda motor itu, untuk cuci muka di belakang. Kebetulan bengkelnya satu bagian dengan rumahnya yang hanya berdinding papan itu. Setelah mencuci muka, ku teguk air mineral bekal perjalananku ke Morowali. Ku hisap sebatang rokok lalu ku rogoh hand phone dari saku ku.

“Assalamu alaikum. Kak Mansyur, gmn kabar?,” tanyaku. “Baik alhamdulillah. Siapa nih,” tanya Mansyur. “Saya ochan bos,” jawabku. “Heiiiiiiii ochan, di mana ki...,” tanya Mansyur dengan dialeg bugisnya. “Saya ini mau ke Morowali, tapi tadi malam gotri mobilku pecah. Saya di Poso,” kataku. Mansyur menimpali, “Di mana ki sekarang. Ke kantor ki saja, dan cari Yunus di sana, bilang disuruh Mansyur. Saya lagi di Makassar ki Chan,” katanya. Mansyur ini adalah Kepala Cabang PT Haji Kalla di Poso.

Meminjam sepeda motor pemilik bengkel, saya dan Muhlis ke Dealer PT Haji Kalla. Yunus yang ku cari belum datang, karena masih pagi. Kami bertemu dengan salah seorang bawahannya, yang akhinrya menjual gotri mobil dengan separuh harga. Harganya Rp 400 ribu tapi disuruh membayar Rp 200 ribu saja.

Mobil diperbaiki dan kami pun melanjutkan perjalanan ke Morowali. Namun sebelumnya, kami harus sarapan. “Kita sarapan Coto Makassar saja,” kataku kepada Muhlis. Coto Makassar ini menjadi makanan andalanku selama liputan di Poso. Banyak yang mengakui bahwa Coto Makassar Poso ini paling enak. Lokasinya berdekatan dengan Markas Kodim 1307 Poso.

Coto Makassar Poso

Jam menunjukkan pukul 09.00 Wita di hari Jumat (14/11). Ku suruh Muhlis agar mengempiskan sedikit ban mobilnya biar tak terlalu menghentak kalau di jalanan yang rusak. Setelah itu kami pun berangkat ke Morowali. Setelah melewati beberapa kelokan, perut saya terasa mual sampai akhirnya saya tertidur. Saya tak tahu lagi ketika mobil yang kami tumpangi telah melewati Tentena. Saya terbangun setelah mobil tiba di perbatasan Poso Morowali.

Ku lihat jarum jam telah menunjukkan pukul 13.00 wita. Perutku mulai kriuk...kriuk....Ku buka bekal keripik yang ku beli di salah satu swalayan di Palu. Saya dan Muhlis makan keripik itu. Dua bungkus habis.

Tapi perut masih saja lapar, karena jalanan tak bersahabat. Selain berkelok-kelok, juga berlobang dan berbatu. Dari 500 kilometer, saya hanya menikmati perjalanan mulus sejauh 50 kilometer. Akhirnya, sekitar pukul 15.00 Wita, kami tiba juga di Bungku, ibukota Kabupaten Morowali. Setelah berputar-putar mencari Pom Bensin untuk mengisi perut mobil kami, mobil Avanza pun melanjutkan perjalanan ke Bahodopi.

Jalanan kembali tidak bersahabat. Mendaki, berkelok-kelok, berlobang dan berbatu menjadi sahabat selama perjalanan. Di Desa Pungkoilu, Bungku Tengah, kami berhenti. Ku cari seorang pamanku di kampung itu. Paman ini meninggalkan kampung halaman kami di Tidore, Maluku Utara sejak tahun 1953. Meski belum pernah mengenalnya, akhirnya kami bisa bertemu juga. Setelah aku memperkenalkan diri, ku dipeluk, dicium dan dia menangis. Usia pamanku ini sudah 67 tahun. Sudah terlalu tua untuk menangisi ponakannya yang baru pertama kali bertemu.

Anak perempuannya yang sudah berusia 38 tahun dipanggil Isi, menyeduh teh untuk saya dan Muhlis. Kami minum teh sambil memakan roti. Dua potong roti berisi kelapa, ku habiskan. Sambil ngobrol melepas kangen, kami pamit ke Bahodopi. Pamanku dengan suara terbata-bata Ditunjukkannya jalan kepada saya dan Muhlis. Lagi-lagi perut belum diisi nasi, sementara jalanan tidak bersahabat. Berkelok-kelok, berlobang dan berbatu. Mobil kami sempat tergelincir, namun Muhlis dengan sigapnya berhasil keluar dari masalah itu.

Dalam perjalanan, saya melirik ke kanan di sebuah bukit, ada sebuah papan nama terbuat dari beton, bertuliskan “Benteng Fafontofure”. Ku minta Muhlis berhenti sejenak. Ku ambil gambar tulisan itu. Perjalanan dilanjutkan. Berbukit-bukit, berkelok-kelok dan berlobang kembali menjadi pengalaman mengasyikan.

Jam menunjukkan pukul 18.30 Wita. Kami tiba di Desa Bahomotefe, Kecamatan Bungku Tengah. “Muhlis, kita berhenti di rumah makan itu. Kita makan dulu. Saya sudah terlalu lapar,” kataku. Muhlis lalu memarkir mobilnya di halaman rumah makan yang luas. Ternyata halaman itu adalah pasar tradisional yang buka setiap hari Sabtu.
Ku pesan ikan dan cumi-cumi. Ku pilih ikan Baronang dan seekor cumi-cumi sedang. Kami makan dengan lahapnya. Ku tanya kepada pemilik warung, di mana letak Desa Bahodopi. Ku dapat penjelasan bahwa Desa Bahodopi masih sekitar 4 kilometer lagi. “Huh....kenapa sangat jauh. Kayaknya tidak ada ujungnya ini Morowali,” kataku dalam hati.

Ku sampaikan maksudku ke Bahodopi. Pemilik warung mengatakan kepada saya: “Nginap saja di sini. Nanti cerita dengan bapak sini mengenai INCO yang sudah terlalu lama berjanji kepada kami di sini,” kata pemilik warung yang ku taksir usianya sudah sekitar 35 tahun itu. Ternyata saya tak salah berhenti di warung makan yang sederhana itu.

Blok Bahodopi di Bahomotefe

Namanya Blok Bahodopi, tapi dari 11 desa yang masuk dalam areal konsesi PT INCO Tbk. Ternyata desa terbesarnya adalah Bahomotefe. Saya kemudian mewawancarai bapak pemilik warung, yang kebetulan namanya sama dengan sopir mobil yang ku sewa. Muchlis Thahir, begitu nama si orang tua itu. Di pertengahan wawancara, Pak Muchlis Thahir kemudian mengundang Kepala Desa Bahomotefe dan dua tokoh masyarakat lain.

Kami lalu bertemu dengan Sudin Ahda, kepala Desa Bahomotefe, Anwar Seho (58), tokoh masyarakat Bahomotefe, Sahrir Yakub (43), masyarakat Bahomotefe, Sahrir Yakub (43), masyarakat Bahomotefe, Jalam (38), Kepala Desa Onepute Jaya, transmigran asal Ciamis Jawa Barat, Muhammad Sunusi (67), mantan kepala sekolah SDN Onepute Jaya, dan lain-lain yang saya temui untuk wawancara.

Arloji di tanganku sudah menunjukkan pukul 02.00 Wita dini hari. Saya pamit tidur dan berjanji paginya akan kembali mewawancari warga setempat. Paginya pukul 08.00 wita saya bangun. Di luar sudah sangat ramai. Ternyata hari itu adalah hari Pasar Bahomotefe. Orang dari berbagai desa tumplek plek di pasar itu. Jadi, saya pun dengan mudahnya mencari warga yang bisa diwawancarai mengenai masalah kasus INCO.

Sampai akhirnya kami kembali ke Bungku dan bertemu dengan Bupati dan mencari data lain di Ibukota Kabupaten Morowali. Sayangnya, Bupati Anwar Hafid terlalu bikroratis. Untuk bertemu dengan seorang bupati di daerah terpencil seperti Morowali saja, harus pakai janji dua hari sebelumnya.

Tapi tak apa. Aku bisa mengambil data soal INCO dari mana saja tanpa lewat bupati. Aku bertemu dengan dua kawan lama di sana. Dulunya kami satu sekolah. Muhammad Zen dan Abd. Rahman. Keduanya banyak cerita ke saya, soal bagaimana Bupati yang bernama Anwar Hafid itu. Ku pikir, data yang ku butuhkan sudah cukup. Pukul 17.00 waktu setempat, aku pun berpamitan balik ke Palu. Selamat tinggal Morowali. ***

Wednesday, November 12, 2008

Sidang Majelis Sinode di Poso Berlangsung Aman

Walau berada dalam pengamanan ketat aparat keamanan, namun Sidang Majelis Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) di Tentena, Kabupaten Poso Sulawesi Tengah berlangsung aman dan sukses.

Acara yang berlangsung sejak Selasa (11/11) sore itu telah menghasilkan sejumlah keputusan penting untuk umat Kristiani di Sulawesi Tengah. Hanya saja, pihak panitia tidak merinci secara pasti soal sejumlah program yang dimaksud. Tapi yang pasti, salah satu keputusan penting adalah bahwa pihak GKST tetap mendorong suasana damai dan mendorong kesejahteraan bagi masyarakat setempat.

Salah seorang peserta Sidang Majelis Sinode GKST, Yesaya Erick Tamalagi kepada The Jakarta Post, Rabu (12/11) mengatakan, sidang majelis gereja Sulawesi Tengah itu, tidak terpengaruh dengan adanya eksekusi Amrozi dan kawan-kawan.

“Memang ada pemeriksaan di sejumlah pos penjagaan saat kita memasuki Kota Paoso dan Kota Tentena. Bahkan pengamanan di sekitar lokasi sidang juga sangat ketat, tapi semuanya masih dalam kewajaran. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi,” kata Erik Tamalagi yang juga produser di salah satu televisi swasta nasional di Jakarta itu.

Erik Tamalagi mengatakan, dia sengaja datang dari Jakarta untuk menghadiri sidang majelis Sinode itu sebagai peserta, selain karena termasuk salah seorang pengurud GKST, juga karena merasa yakin bahwa kondisi keamanan di daerah bekas konflik itu sudah membaik. “Saya tak perlu merasa takut lagi. Saya hanya berharap kondisi yang sudah ada seperti sekarang ini dapat bertahan dan bahkan lebih baik lagi di hari-hari mendatang,” ujarnya.

Bupati Poso, Piet Inkiriwang mengatakan warga Poso tidak terpengaruh dengan adanya isu teror menjelang bahkan pasca eksekusi Amrozi cs. Buktinya, kata dia, aktivitas masyarakat tetap berlangsung seperti biasa, walau pun sempat ada beberapa warga Poso, sempat takut berjualan di Pasar Central Poso.

“Tapi itu hanya ketakutan sesaat. Buktinya, tidak ada masalah kan. Anda lihat sendiri kan, bagaimana Anda jalan dari Palu ke Poso sampai ke Tentena ini. Tidak ada masalah kan? Semua baik-baik saja kok. Anda saja (wartawan) yang terlalu berlebihan memberitakan soal Poso ini,” tegas Piet Inkiriwang kepada The Jakarta Post, Selasa, (11/11) sore.

Sementara itu, seperti dilansir Kantor Berita Antara, sekitar 200 umat Katolik di Poso, hari Minggu (9/11) lalu sempat menggelar Misa di Gereja Sion Jln Yos Sudarso Poso Kota untuk melakukan doa bersama kepada Amrozi, Ali Ghufron alias Muchlas, dan Imam Samudra yang telah dieksekusi pada Sabtu (8/11) lalu.

Dalam ibadah ini, Pastor Jhony Mojanggo yang memimpin misa berkali-kali mengimbau jemaatnya mendoakan Amrozi dan kawan-kawan agar arwahnya diterima di sisi Tuhan. Mereka juga mendoakan agar keluarga yang ditinggalkan para almarhum dapat menerima dengan tabah atas hukuman mati yang dijalani ketiga terpidana kasus Bom Bali tersebut.***

Warga Australia Minta Pemerintahnya Cabut Travel Warning

Pilot Paralayang asal Negeri Kanguru Australia, Tom Berryman mengatakan, meskipun pemerintah di negaranya memberikan travel warning untuk berkunjung ke Indonesia, tapi ia mengaku tidak pernah takut mengunjungi Kota Palu, Sulawesi Tengah.

“Sangat aman di Indonesia dan di Palu, saya enjoy saja, tidak ada masalah. Palu is very-very save. Seharusnya, pemerintah saya tidak perlu mengeluarkan travel warning,” kata Tom Berryman kepada The Jakarta Post, Rabu (12/11) pagi.

Menurut Tom Berryman, selama berada di Kota Palu, ia tak hanya sekadar menikmati keindahan daerah ini. Ia juga mengaku sangat sangat nyaman dan jauh lebih aman daripada pandangan publik di negaranya.

“Di negara saya tahu bahwa Palu merupakan salah satu daerah konflik. Tapi ternyata di sini bagus. Orangnya ramah-ramah. Saya pernah ke warnet hingga larut malam, tapi tidak ada apa-apa. Tidak ada yang menggangu saya,” jelasnya.

Tom Berryman, yang seorang ahli akupuntur sekaligus counselor psychologies ini, mengaku mencintai olahraga dirgantara sejak lima tahun silam. Ia juga mengaku sudah beberapa kali menjuarai paralayang di beberapa negara.

Ia juga mengaku telah melakukan gliding di beberapa negara, di antaranya India, Hongkong, Nepal, Afrika Selatan, Eropa. Sedangkan di Indonesia, semua daerah yang memiliki launching untuk paralayang telah ia datangi.

Porame Mountain Number One in The World


Dari sekian daerah dan negara yang telah ia datangi, menurut Tom Berryman, pegunungan Matantimali dan Porame di Kabupaten Donggala, Sulawesi dengan kondisi alamnya, memenuhi syarat menjadi lokasi pelaksanaan event-event nasional, bahkan internasional. Pegunungan Porame memiliki kontur bumi dan weather (cuaca), serta kelebihan alamnya yang tidak ia jumpai di tempat lain.

“Porame and Matantimali Mountains is very good, number one in the word,” katanya sambil mengacungkan jempol kanannya.

Ia berharap agar Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah tidak menyia-nyiakan potensi alam yang luar biasa ini. Beberapa fasilitas harus ditingkatkan seperti jalan, sarana mandi cuci kakus (MCK), serta kebersihannya yang harus dijaga.

Jika hendak dikembangkan jadi fasilitas internasional, harus disiapkan klinik, serta helikopter yang bisa disiasati dengan melakukan kerjasama, antara Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dengan daerah lainnya di Indonesia.

Karena keindahan Kota Palu dan alamanya itulah, Tom Berryman yang telah berada di Kota Palu sejak tanggal 1 November lalu itu, mengaku belum akan pulang ke negaranya. Bahkan ia belum tahu kapan akan kembali. “Saya belum punya rencana kembali ke Australia. Saya masih betah tinggal di Palu. Alamnya indah di sini,” ujarnya.

Tom Berryman yang mengaku sudah mengantongi 5000 jam terbang, dengan jelajah terbang tertinggi mencapai 3000 kaki, dan jarak tempuh terjauh hingga 48 kilometer. Ia berjanji setelah kembali ke clubnya nanti. Ia juga akan menceritakan potensi alam Sulteng ini.

“Nanti akan saya sampaikan, saya juga akan sampaikan kepada teman-teman paraglider di negara lain. Saya juga akan menulis artikel tentang pengalaman saya selama di sini,” katanya sambil menegaskan, seharusnya pemerintahnya tidak usah mengeluarkan travel warning bagi warganya untuk datang ke Indonesia.***

Thursday, November 06, 2008

Pedagang di Poso Takut Jualan di Pasar

Detik-detik eksekusi tiga terpidana mati kasus bom Bali I, Imam Samudra Cs, membuat sejumlah masyarakat di bekas daerah konflik Poso mengaku khawatir terjadinya kembali gangguan keamanan.

Ini terlihat situasi di pasar Sentral Poso, para pedagang rempah, sayur dan buah yang berasal dari sejumlah desa seperti Desa Maliwuko, Sepe, Silanca, Tangkura dan Desa Malei di kecamatan Lage yang biasa berjualan di pasar Sentral Poso, memilih tidak berdagang. Desa-desa tersebut memang berpenduduk mayoritas Nasrani. Mereka dihantui ketakutan.

Dua hari belakangan ini, para pedagang kecil itu memilih berjualan di pasar tradisioanal Tentena yang jaraknya sekitar 50 kilometer sebelah selatan Kota Poso. Mereka merasa aman bila berjualan di Kota Tentena sebagai basis umat Kristen.

Salah seorang warga Desa Maliwuko Erni Mega mengaku, warga pedagang kecil yang berada di sekitar kecamatan Lage sejak Senin lalu mulai berdagang ke pasar Tentena. “Sejak informasi jelang eksekusi Amrozi cs, pedagang mulai berjualan ke pasar Tentena, mereka khawatir berjualan di pasar Sentral Poso, takut terjadi teror,” kata Mega.

Tak hanya pedagang, sejumlah warga mengaku tidak memilih megunjungi tempat-tempat keramaian seperti pasar. “Kami tidak mengunjungi pasar atau tempat keramaian dulu jelang eksekusi Amrozi cs,” kata Isnah Mustafa warga Kelurahan Kawua, Poso Kota.
Kekhawatiran warga itu dinilai beralasan karena warga Poso pernah diwarnai teror berkepanjangan. Karena itu, aparat keamanan, dari Kepolisian dan TNI mengambil langkah pengamanan ekstra ketat. Pengamanan tersebut disambut baik warga Poso.

Purnama Megati, warga asal Kelurahan Kawua mengaku sangat berterimah kasih pada aparat keamanan yang tidak kenal lelah melakukan razia sepanjang hari. “Kami tidak merasa keberatan di razia, bahkan, sangat berterimah kasih,” kata Purnama.***


Banjir di Parigi, Satu Tewas

Hujan yang mengguyur Kabupaten Parigi Moutong selama sepekan terakhir menyebabkan banjir sejumlah desa di Kecamatan Balinggi, Selasa (4/11) malam. Banjir terparah menerjang Desa Balinggi Jati. Ratusan rumah dan 50 hektar sawah terendam banjir. Seorang warga dilaporkan meninggal.

Warga setempat mengatakan, banjir disebabkan meluapnya Sungai Balinggi dan Sungai Uwe tua. Luapan sungai menyebabkan salah satu tanggul sepanjang 16 meter tak mampu lagi menahan kuatnya arus sungai.

Banjir juga merendam puluhan hektar kebun coklat warga. Ratusan karung gabah yang tersimpan di gudang gilingan padi juga ikut terendam. Akibat banjir ini warga mengaku, mengalami kerugian ratusan juta rupiah.

Saat ini warga masih dilanda kekhawatiran karena hujan masih terus mengguyur wilayah itu. “Kami masih khawatir banjir akan datang lagi. Hujan masih terus turun,” kata seorang warga.

Camat Balinggi, Kahar Hanusu mengatakan, dari sepuluh dusun di Desa Balinggi Jati, empat yang parah yakni Cakrosari, Pancasari , Tutuk dan Antosari.
Di empat dusun ini ketinggian air mencapai 1,25 meter atau setinggi dada orang dewasa.

Menurut Camat Balinggi, akibat banjir ini, seorang warga bernama I Wayan Redag (75), warga Dusun Cakrosari meninggal dunia, karena terkejut setelah mendengar sawahnya seluas sekira satu hektar ikut terendam banjir. “Mungkin kakek ini kaget mendengar sawahnya yang siap panen ikut terendam air,” ujar Kahar.

Kahar menambahkan, saat ini warga setempat tengah melakukan penanganan darurat, dengan bergotong royong mengeluarkan air bercampur pasir yang berada di rumah-rumah warga yang tergenang air.

Ia sudah mengintruksikan warga untuk mengamankan barang-barang berharga di rumahnya masing-masing. Ia meminta warga mengantisipasi banjir susulan mengingat cuaca di wilayah tersebut masih rawan hujan.

Pasca banjir, Wakil Bupati Parigi Moutong Samsurizal Tombolotutu bersama Kadis Kimpraswil Syafullah Djafar, Selasa (4/11) malam telah mengunjungi lokasi banjir. Hingga Rabu (5/11)kemarin, banjir masih mengenangi sejumlah rumah warga dengan ketinggian air mencapai lutut orang dewasa. Banjir juga masih menggenangi ruas jalan desa itu, sehingga menyebabkan lumpuhnya jalur transportasi yang menghubungkan wilayah itu dengan desa tetangga.

Wednesday, October 29, 2008

KPU Sulteng Gugurkan 163 Caleg Bermasalah

PALU - KPU Sulawesi Tengah, Selasa malam, mengesahkan Daftar Caleg Semenetara (DCS) menjadi Daftar Caleg Tetap (DCT). KPUD menggugurkan 163 dari 1060 nama dalam DCS karena bermasalah.

Ketua Kelompok Kerja Seleksi dan Penetapan Caleg KPUD Sulteng, Samsuddin Baco, menjelaskan sebanyak 160 caleg gugur lebih awal karena tidak melengkapi berkas yang disyaratkan.

“Menyusul tiga nama lagi karena dilaporkan masyarakat, terkait kasus korupsi dan masih berstatus PNS. Sekalipun berkas persyaratan ketiganya lengkap,” katanya.

Dua nama yang gugur dari bursa caleg untuk DPRD Provinsi Sulteng itu berasal dari Partai Golkar untuk Daerah Pemilihan (Dapil) V/Kabupaten Banggai dan Banggai Kepulauan, yakni Iskandar Kajawa dan Abdul A. Gani.

Hasil verifikasi KPUD, Iskandar telah divonis dalam kasus korupsi dan Abdul Gani masih berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Seorang caleg bermasalah lainnya berasal dari Partai Pemuda Indonesia (PPI) untuk Dapil V atas nama Mudar Saratun Puyu yang juga masih berstatus PNS.

Ketua Kelompok Kerja Seleksi dan Penetapan Caleg KPUD Sulteng, Samsuddin Baco, mengatakan partai pengusung tidak memberikan jawaban atas permintaan klarifikasi KPUD sampai waktu yang ditetapkan berakhir, 27 Oktober 2008.

“Atas dasar itu kami berkesimpulan partai pengusung telah merelakan calonnya untuk tidak ikut dalam pemilu mendatang,” tegasnya.

Ketua Biro Pemenangan Partai Golkar Sulteng, Iqbal Andi Maga ditemui terpisah membenarkan kedua caleg dari partainya itu tak lolos mengikuti pemilu mendatang. Ia menjelaskan Golkar telah menarik nama Iskandar dari caleg, setelah mendapatkan putusan pengadilan. “Demikian halnya Abdul Gani yang masih berstatus PNS,” katanya.***

Penetapan Pilkada Donggala Ricuh

DONGGALA- Dua perwakilan pengunjukrasa Aliansi Masyarakat Banawa dan Pantai Barat (AMBARA), Abdul Rasyid dan Helmy Sahibe dibonyok massa di ruang rapat pleno Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Donggala, Selasa (28/10) sore, saat penetapan pasangan Habir Ponulele-Aly Lasamaulu (HALAL) sebagai pemenang calon bupati dan wakil bupati Donggala.

Pemukulan itu berawal saat Abdul Rasyid dan Helmy tampil di ruang rapat pleno KPUD membacakan aspirasi AMBARA. Dalam petisinya, Rasyid dan Helmy menyatakan pilkada Donggala cacat hukum karena keikutsertaan masyarakat Sigi.

Di hadapan banyak orang di ruang rapat pleno KPU mereka minta penetapan Pilkada harus ditunda karena merupakan pembohongan publik. “Termasuk bapak-bapak yang hadir di dalam ruangan ini juga pembohong,” lantang Rasyid.

Mendengar ucapan tersebut, spontan saja sejumlah hadirin berteriak “kurang ajar kamu,”. Mereka tidak menerima disebut sebagai pembohong. Beberapa orang dalam ruang rapat tersebut langsung beraksi.

Seorang anggota PPK yang hadir berinisial KONE langsung berdiri melangkah ke depan, tanpa aba-aba melayangkan tinjunya ke wajah Abdul Rasyid. Sejumput kemudian, anggota PPK lain juga mengejar dan memukul Rasyid. Melihat itu sejumlah undangan juga ikut-ikutan mengeroyok kedua pengunjuk rasa tersebut.

Ironisnya, sebelum insiden terjadi tak ada aparat kepolisian berjaga. Aparat keamanan, yang jumlahnya ratusan hanya berjaga-jaga di pintu gerbang dan di halaman kantor KPU. Aparat baru beramai-ramai masuk melerai setelah kedua korban pengeroyokan itu wajahnya babak belur.

Itu pun aparat sempat kewalahan menyelamatkan kedua korban karena situasi dalam rapat pleno mulai kacau, sejumlah kursi berhamburan dan beberapa gelas di atas meja pecah berhamburan jatuh dilantai.

Suasana rapat sempat tegang dan nyaris bubar, akibat banyaknya massa yang berteriak-teriak, baik mendukung maupu yang meminta penetapan ditunda. Namun sekertaris KPUD Semuel Tawua pada Media Alkhairaat, mengatakan hal ini tidak bisa ditunda karena sudah merupakan tahapan pilkada yang harus dilanjutkan.

Ketua KPUD Donggala Rifai Amrullah menyatakan kalau ada pihak yang tidak puas atau merasa dirugikan dengan hasil pilkada ini dapat menempuh jalur hukum. “Kami sudah tetapkan pasangan Halal sebagai pemenang Pilkada Donggala. Yang jelas kami telah menjalankan tugas dengan baik sesuai prosedur perundang-undangan yang berlaku,” ucap Rifai.

Sementara itu, Helmy Sahibe segera dilarikan ke RSUD Kabelota Donggala untuk mendapat pertolongan. wajahnya mengalami luka parah hingga mengeluarkan darah segar.

“Luka saya ada tujuh jahitan besok saya laporkan ke Polres Donggala agar pelaku pemukul diproses secara hukum.” Kata helmy. ***

Ironi Sumpah Pemuda

PALU – 80 tahun Sumpah Pemuda, kini meninggalkan ironi. Fakta yang ditelusuri menemukan enam dari delapan mahasiswa dan pelajar di Kota Palu, tak tahu Selasa hari ini adalah peringatan Sumpah Pemuda ke-80. Mereka juga tak mengetahui isi Sumpah Pemuda.

Lubis (20), mahasiswa Universitas Tadulako (Untad), mengaku tak hafal isi Sumpah Pemuda. Ia, bahkan tak tahu kapan Sumpah Pemuda dideklarasikan. “Ya, mana saya ingat! Itu kan pelajaran anak SD,” kata mahasiswa semester V ini.

Pendapat senada diungkapkan, Arham (18), alumni sebuah SMA di Palu. Katanya, “Sumpah Pemuda itu hari biasalah. Ya, tidak begitu penting,” kata dia.

Yang mengiriskan, apa yang dialami Hari Paramuda, mahasiswa sebuah lembaga pendidikan setara D2. Hari hanya mengetahui tanggal 28 Oktober adalah Hari Ulang Tahunnya. Ia tak tahu, jika setiap tanggal 28 Oktober, bangsa Indonesia memperingati hari Sumpah Pemuda.

Hari mengaku lebih menghafal lagu-lagu pop yang didendangkan grup band masa kini, ketimbang isi Sumpah Pemuda.

Tak hanya di komunitas mahasiswa, di kalangan pelajar juga, Sumpah Pemuda tak diingat lagi.

Muamar, Wakil Ketua Osis di sebuah SMU, dengan terbata-bata menjawab, Sumpah Pemuda diperingati setiap tanggal 28 November. “Saya tidak tahu isi sumpah pemuda, karena di sekolahku tidak pernah diperingati. Bahkan tanggalnya pun saya lupa,” kata Muamar.
Alpa mengingat Sumpah Pemuda juga dialami Yayuk Sulistiawati. “Saya tidak hafal semua isi sumpah pemuda. Yang saya hafal, yakni kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu bangsa Indonesia,” katanya polos.

Berbeda dengan pandangan remaja sebayanya, Nurdia Nita, mahasiswa Universitas Trisakti Jakarta mengaku paham dan hafal isi Sumpah Pemuda. Dia juga mengetahui persis sejarah lahirnya Sumpah Pemuda.

Kata dia, pemahaman terhadap Sumpah Pemuda baik sejarah dan isinya, diketahui berkat aktifitas kepramukaan yang ia ikuti saat SMA. “Ya, karena pernah ikut pramuka,” ujar gadis asal Palu via telepon.

Ingatan yang sama terhadap Sumpah Pemuda juga dirasakan Bunga (25), paramedis di RS Anutapura Palu. Kegiatan Palang Merah Remaja (PMR) menjadi sumber ingatannya terhadap kebesaran Sumpah Pemuda.

Idealisme Pemuda Telah Tergadaikan

PALU - Pemuda telah melupakan makna sumpah pemuda yang sebenarnya. Sumpah pemuda mestinya diartikan untuk melawan kolonialisme, tapi nyatanya, pemuda Indonesia saat ini tak lagi peka terhadap kepailitan bangsa. Demikian Rio Ismail mantan Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Pusat, Senin (27/10).

Menurut Rio, harusnya, komponen pemuda dapat bersatu dalam penggalangan masyarakat untuk maju bersama melawan kolonialisme, sebab di negara ini tak lagi ada kelompok yang gencar melakukan pergerakan itu. Lemahnya perjuangan yang dilakukan oleh komponen anak muda saat ini, disebabkan kurangnya komunikasi antar pemuda dengan masyarakat.

“Secara ekonomi kita bisa katakan bahwa negara ini tak lagi memiliki kewenangan penuh dalam kebijakan ekonominya, sebab hingga saat ini, 90 persen kekayaan alam Indonesia telah dikuasai negara asing. Kemandirian negara ini telah habis, terkikis oleh perbedaan paham antara pemimpin nasioanal dan tokoh pemudanya,” Ujar Rio.

Menurut dia, semua organisasi kepemudaan (OKP) di Indonesia utamanya di daerah ini, (Sulawesi Tengah, red) mengkaji kembali makna gerakannya. Selama ini katanya kiprah pemuda sudah terlalu melenceng dari cita-cita pendiri sumpah pemuda.

“Kalau perlu untuk kelompok Cipayung rembukan kembali untuk melahirkan gerakan pemuda yang lebih berpihak pada rakyat, kuncinya meniadakan wadah berhimpun bagi OKP dan membentuk lembaga perjuangan yang lain,” katanya.

Sementara itu salah satu aktivis Solidaritas Perempuan (SP) Palu. Rosniati tak membantah kalau saat ini ada kecenderungan kuat pemuda lebih bangga memiliki produk asing dari pada produk dalam negeri. ”Makna kebangsaan, kebernegaraan telah luntur tanpa kendali,”tegas Rosniati.

Menurutnya, anak zaman sekarang tak lagi memiliki semangat nasionalis, mereka jarang mau terjun ke masyarakat untuk membantu waga mendapatkan hak, atas tanahnya, hak akan pendidikan dan hak atas kehidupan yang layak. Pemuda lebih dominan diskusi akan hal-hal yang tak pasti misalnya, kata dia, KNPI saat ini tak bisa berbuat apa-apa, mereka tak mau turun dan melakukan terobosan yang baik untuk kepentingan banyak orang. Dia menyarankan KNPI dibubarkan saja karena organisasi ini telah menjadi beban banyak orang.

“Baiknya re-definisi dan re-design kembali visi dan tujuan pemuda seperti awal pembentukannya,”katanya.

Ketua Gerakan Anti narkoba (Granat) Sulawesi Tengah. Hardi D Yambas menyebutkan bahwa memang gerakan pemuda yang dimotori KNPI telah bergeser dari perannya sebagai katalisator organisasi kepemudaan. Saat ini KNPI tak ubahnya hanya sebagai penumpang kendaraan yang dijalankan pemerintah. Dia mengatakan, Sumpah Pemuda yang bermakna melawan kolonialisme sudah sangat jauh dari angan-angan kelompok muda saat ini.

Independensi pemuda menjadi barang yang sudah langka. Ini bisa dilihat secara jelas terjadinya dualisme kepemimpinan KNPI pusat yang terjadi sekarang. “Kondisi tersebut tak bisa dipungkiri bahwa pemuda terlalu muda diboncengi oleh kelompok tertentu. Independensi mereka telah musnah, oleh kepentingan sesaat,” tegasnya.***

Uwentira Longsor, Kebun Kopi Macet

PARIGI - Arus lalu lintas di Jalur trans Sulawesi khususnya di daerah Kebun Kopi tersendat akibat longsor di beberapa titik dan pohon tumbang. Hal ini disebabkan cuaca buruk dan hujan deras yang turun di daerah Palu dan Parigi hampir sebulan terakhir.

Pantauan di Kebun Kopi yang masuk wilayah Kabupaten Donggala hingga sekitar perbatasan Donggala dan Kabupaten Parigi, Ahad (26/10) menunjukkan hal ini.
Di beberapa titik yang longsor, pengendara harus berhenti antara satu-dua jam menunggu petugas membersihkan longsoran berupa tanah dan batu. Di titik lainnya, kendaraan harus melambat akibat pohon tumbang. Belum lagi jalan yang tertutup tanah becek dan terendam air.

Sepanjang Ahad pagi hingga sore kemarin, hujan disertai angin kencang dan kabut hampir tak pernah berhenti. Tak pelak kemacetan tidak bisa dihindarkan. Antrean kendaraan mencapai panjang 500 meter hingga satu kilometer. Di sekitar Uwentira, salah satu titik longsor di Kebun Kopi, petugas harus menutup jalan setiap dua jam, untuk membersihkan longsoran. Sementara di titik lainnya jalur ditutup setiap satu jam.

Sejumlah petugas menggunakan mobil pengeruk terus membersihkan longsoran dari tebing, yang jatuh hampir setiap saat. ''Saya sudah dari tadi menunggu di sini. Pas saya tiba di sini, petugas baru saja menutup jalan. Jadi terpaksa menunggu dua jam, baru bisa dibuka lagi. Tapi sekitar dua kilometer dari sini, ada pembersihan longsoran juga dan jalannya ditutup setiap satu jam,'' ujar Sherly (35), pengendara motor dari Palu menuju Parigi.

Kebun Kopi, wilayah yang masuk Kabupaten Donggala adalah wilayah yang menghubungkan Kota Palu- Kabupaten Parigi. Daerah ini juga menjadi jalur trans Sulawesi yang menghubungkan Makassar (Sulsel)-Palu (Sulteng, Gorontalo-Palu, Manado (Sulut)-Palu. Kebun Kopi adalah daerah pegunungan dengan jalan yang satu sisinya berbatasan dengan tebing dan sisi lainnya adalah lembah.

Kendati jalannya berkelok-kelok dan kerap longsor, banyak pengendara yang lebih memilih menggunakan jalur ini karena waktu tempuhnya lebih singkat, dibanding menggunakan jalur Pantai Barat, Donggala. ***

Kisah Uci di Balik Bilik Bambu

Rusli Mardani alias Wahyu Ramadhan, (26), seperti hidup di dunia sunyi, walau rumah kontrakannya ada di kompleks permukiman yang padat, lagi riuh. Rumah kontrakannya mungil, cuma seperti kamar sempit berukuran 15 meter persegi.

Rumah mungil itu terjepit rapat oleh rumah-rumah sekelilingnya. Lelaki kelahiran Dolong, Sulawesi Tengah itu, sudah setahun hidup di petak sempit itu. Hanya istri dan putrinya yang berusia 9 tahun "temannya" di kompleks itu.

Entah apa yang membuat dia betah di rumah itu. Mungkin terpaksa. Yang pasti, rumah di Jalan Kelapa Gading Sengon VII, RT 05, RW 14, Kelurahan Kelapa Gading Barat, Jakarta, itu amat dekat dengan depo pengisian truk tangki BBM Plumpang. Uci kini menghadapi sangkaan serius. Dituduh mau melakukan pengeboman terhadap tangki BBM Plumpang itu.

Tetangganya Yono, menilai Wahyu sebagai pribadi yang tertutup. Hanya satu-dua orang yang pernah dilihatnya bertamu. Yono sampai tak tahu siapa nama istri Wahyu yang selalu bercadar itu. "Agamanya aneh, kayak punya klub," ujar tukang bakso yang tinggal 10 meter dari rumah Wahyu.

Ada juga tetangga yang mengenal Wahyu. "Hubungannya dengan tetangga, setahu saya, baik," kata Uti Utami, 33 tahun. Ia juga tahu Wahyu kadang bekerja sebagai tukang bor sumur. Wahyu seperti mengasingkan diri di tengah keramaian, sampai-sampai pengurus RT setempat tak mengenalnya. "Saya tak kenal Wahyu," kata Pak Ketua RW 14 Abdul Wahab.

Paman Rusli Mardani, Endhe Mardhani, mengaku kaget sewaktu mendengar keponakannya ditangkap melaui berita di telivisi. “Kami kaget Uci disangka teroris,” katanya kepada Media Alkhairaat, Ahad kemarin.

Ende mengaku hampir 8 tahun sejak tahun 2001, keluarga besarnya putus komunikasi dan tidak tahu keberadaan Uci. Ende mengatakan Uci lahir di Desa Dolong, Kecamatan Walea Kepulauan, Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah. Sekolah Uci, kata dia, mulai dari SD, SMP dan SMA semua ditamatkan di Poso.

Di Poso, Uci tinggal bersama kakak perempuannya Nive Mardhani di Kelurahan Kayamanya, Poso Kota.

Menurut Ende, Uci anak yang baik, penurut dan pendiam. Orangtuanya di Dolong menangis saat tahu Uci ditangkap. “Dia anak baik dan pendiam, Kalau diingatkan, jangan nakal ikut anak-anak yang mabuk-mabukan dia akan menurut,” kata Ende.
Dia penurut sama orang tuanya, kakak, dan paman-pamannya. Bahkan karena perawakannya yang tinggi besar, ia pernah ikut menjadi pasukan Paskibraka di Poso Kota.

Di mata teman-temanya di Kayamanya, Uci terbilang anak baik suka menolong yang susah. Dia pendiam tidak banyak cerita. “Dia pendiam, tidak banyak cing-cong,” kata Aco, teman dekat Uci di Kayamanya.

Keluarga berharap bisa bertemu Uci untuk melepaskan rindu dan merawat anaknya dan istrinya. “Antara sedih dan syukur. Sedih, karena Uci ditangkap Polisi karena mengikuti aktifitas yang dilarang pemerintah. Syukur karena, dia masih hidup,” jelas Ende.

Rumah Wahyu berdinding separuh tembok setinggi satu meter dan anyaman bambu. Pintunya dari tripleks dengan tambalan di sana-sini. Atapnya asbes dan genteng dengan susunan tak rapi. Lantai di teras rumah hanya dialasi selembar ambal usang. Polisi tak menemukan Wahyu alias Rusli Mardhani alias Uci alias Muklis, tapi polisi mengklaim telah menemukan 2,6 kilogram bahan peledak TNI, pistol, dan sejumlah peluru di sana.

Setelah penangkapan itu, istri Wahyu menghilang. Dia bahkan meninggalkan putrinya di rumah Muntasir. Ke mana dia pergi? Benarkah Wahyu teroris? Bilik bambu itulah yang menyimpan banyak cerita. ***

Monday, October 13, 2008

Warga Kabupaten Sigi Bentrok, Tiga Luka-Luka

Bentrokan antarwarga terjadi di Desa Karawana dan Desa Soluove, Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi Biromaru, sekitar 20 kilometer arah Selatan Kota Palu, Sulawesi Tengah, pada Ahad (12/10) siang hingga malam. Akibatnya, tiga warga dari ke dua desa tersebut terluka terkena lemparan batu dan bidikan busur.

Ketiga warga tersebut adalah Ny. Masni (35) terkena lemparan batu di bagian pelipis dan Ny Mista (28) terkena busur di bagian pinggang. Kedua korban ini adalah warga Desa Soulowe.

Sementara seorang laki-laki bernama Arman alias Man (30) warga Desa Karawana terkena lemparan batu di bagian belakang kepala.

Ny. Masni salah seorang korban yang terkena lemparan batu itu kepada The Jakarta Post mengatakan, kejadian itu terjadi sejak pukul 01:00 dinihari. Saat itu, desanya diserang warga Desa Karawana yamg masih tetangga desa. Namun penyerangan itu tidak berlangsung lama.

Tak lama kemudian, pada pukul 04.30 Wita warga Desa Karawana kembali menyerang Desa Saulove. Dalam penyerangan itu, kedua desa ini terlibat aksi baku lempar dengan menggunakan batu. Nasib sial bagi Ny Masni, dalam aksi saling lempar itu, dirinya terkena lemparan batu.

“Waktu baku lempar itu tidak lama saya sudah tidak ikut lagi, karena saat itu saya sudah kena lemparan, di bagian pelipis sehingga langsung dibawa ke puskesmas untuk dijahit ,” katanya.

Ny. Meti, salah seorang warga Desa Soulove yang tinggal di perbatasan antara kedua desa tersebut mengaku mengungsi karena merasa tidak nyaman menetap di rumahnya. Pilihan untuk mengungsi itu, katanya, karena setiap penyerangan, rumahnya menjadi sasaran pelemparan batu.

”Saya terpaksa mengungsi karena masih khawatir terjadi lagi penyerangan susulan," katanya.

Kepala Kepolisian Sektor Dolo, Inspektur Satu Polisi Ridwan Hutagaol mengatakan, belum diketahui motif di balik bentrokan antarwarga tersebut. “Sampai saat ini belum jelas akar permasalahannya, karena setelah melakukan pertemuan dengan empat kepala desa, yakni kepala Desa Soulove, Karawana, Potoya dan Tulo, tidak terungkap masalah apa sebenarnya yang terjadi," katanya.

Menurut Kapolsek, hasil pertemuan para tokoh tersebut, menyimpulkan bahwa setiap Kepala Desa mengamankan daerahnya masing-masing dan melakukan sosialisasi kepada warganya agar tidak terprovokasi dengan isu-isu negatif yang berkembang di desa masing-masing.

Untuk mengamankan situasi, saat ini polisi telah mengirimkan satu pleton aparat Kepolisian Polsek Dolo. "Jika terjadi lagi bentrokan, maka akan ada penambahan pasukan dari Polres Donggala," katanya.

Pantauan The Jakarta Post menyebutkan, hingga Senin (13/10) dini hari situasi kedua desa tersebut masih mencekam. Walau pun aparat keamanan yang diturunkan untuk pengamanan itu, namun warga yang tinggal di perbatasan masih mengungsi ke rumah keluarga yang berjauhan dengan perbatasan.

Sedangkan Senin pagi, dua sekolah di desa Soulowe dan di perbatasan antara Desa Soulowe dan Desa Karawana, yakni Madrasah Aliyah Almuhibbah dan Madrasah Tsanawiyah Alkhairaat belum dapat belajar normal. Sejumlah guru dan siswanya hanya terlihat duduk di teras sekolah.

Kepala Madrasah Aliyah Almuhibbah Soulowe, Ratna Madung mengatakan, pihaknya sengaja tidak menormalkan proses belajar mengajar karena situasi belum menentu.

"Orang di sini 'gila-gila' biar ada polisi tapi kalau mau menyerang balik ya tetap saja mereka lakukan. Jadi, kalau-kalau terjadi situasi chaos lagi, kita lebih gampang mengamankan diri," katanya. ***

Warga Alkhairaat Diminta Amankan Hasil Pilkada Malut


Ketua Utama Alkhairaat, Habib Saiyid Saggaf Muhammad Aljufri, mengimbau warga Alkhairaat di Provinsi Maluku Utara (Malut)untuk mendukung dan mengamankan pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur setempat, Thaib Armayn dan Abdul Gani Kasuba, setelah dilantik oleh Menteri Dalam Negeri 28 September lalu.

"Saya mewajibkan kepada seluruh warga Alkhairaat di Maluku Utara, untuk mengamankan pasangan ini. Karena bagaimana pun juga keduanya sudah diputuskan sebagai pemenang," imbau Ketua Utama Alkhairaat melalui The Jakarta Post, Senin (13/10) pagi.

Menurutnya, siapa pun warga bangsa boleh berbeda pilihan saat berlangsungnya pilkada, tapi setelah pemerintah menetapkan pemenangnya dan melantik pasangan tersebut, maka seluruh rakyat harus menghormtai keputusan keputusan itu. "Dan cara menghormatinya adalah dengan menghilangkan perbedaan dan silang sengketa politik itu," ujarnya.

Ketua Utama Alkhairaat sengaja memberikan imbauan itu, karena mayoritas rakyat Maluku Utara adalah keluarga besar Alkhairaat, termasuk Wakil Gubernur Abdul Gani Kasuba.

"Tapi saya tidak melihat bahwa Abdul Gani Kasuba itu alumni Alkhairaat, kepentingan saya yang paling besar adalah soal kedamaian dan keamanan masyarakat. Saya pikir itu yang menjadi penting untuk direnungkan bersama," kata Habib Saggaf Aljufi.

Apalagi, menurut Habib Saggaf Aljufri yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia Sulawesi Tengah ini, Provinsi Maluku Utara pernah memiliki pengalaman buruk, yakni pernah terjadinya kerusuhan yang bernuansa agama dan politik.

"Jadi, pengalaman buruk itu jangan sampai kembali terjadi," papar Habib Saggaf Aljufri yang juga salah seorang tokoh perdamaian Poso ini.

Alkhairaat adalah Perguruan Islam terbesar di Indonesia bagian timur. Cabang-cabang Alkhairaat tersebar dari Sulawesi Tengah hingga Papua Barat. Dan cabang utama adalah Alkhairaat di Provinsi Maluku Utara.

Di Provinsi Maluku utara, saat ini tercatat ada empat Pondok Pesantren Alkhairaat dan 162 madrasah serta sekolah Alkhairaat. Lembaga yang berdiri sejak tahun 1930 ini, bulan Agustus lalu menggelar Muktamar yang ke-9 dan dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. ***

Saturday, October 11, 2008

Ketika Si Miskin di Parigi Belum Tersentuh MDGs


Tubuhnya tenggelam hingga sebatas paha orang dewasa. Tangannya erat memegang jaring mendorongnya bolak-balik di tepi laut. Aktivitas itu dilakukan oleh Ny. Sice Carinama (63 tahun). Wanita ini berprofesi sebagai pencari nener atau ikan sekecil jarum jahit. Nener adalah bibit ikan bandeng.

Ny. Sice Carinama hanyalah salah seorang dari sekian banyaknya para pencari nener di Desa Toboli, Kecamatan Parigi Utara, Kabupaten Parigi Moutong----sekitar 90 kilometer dari Kota Palu, Sulawesi Tengah.

Nenek dari 11 cucu ini mengaku telah bekerja mencari nener sejak tahun 1985. Itu dilakukannya, karena ia tak punya pekerjaan lain untuk dapat menghidupi dirinya. Ia termasuk salah seorang di antara warga miskin di daerah tersebut.

"Suami saya miskin. Dia tidak punya perahu seperti orang lain yang digunakan untuk mencari ikan. Jadi, untuk dapat bertahan hidup, saya harus bekerja sendiri dengan cara mencari nener ini," kata Ny. Sice Carinama, Kamis (9/10) siang.

Ia mengaku, nener yang berhasil didapatkannya, paling banyak dalam sehari bisa mencapai seribu ekor. Per ekor nenernya, dijual seharga Rp 30. Dengan demikian, ia bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp 30 ribu per hari. Harga itu sudah termasuk mahal, karena sebelumnya per ekor nener masih berkisar antara Rp 20 hingga Rp 25.

Walau dengan penghasilan kecil seperti itu, Ny Sice Carinama mengaku dapat menutupi kebutuhan hidupnya sehari seperti membeli beras dan sedikit simpanan untuk berjaga-jaga jika ia sakit.

"Ya alhamdulillah, saya bersyukur di usia saya yang sudah tua ini tapi masih bisa bekerja. Jadi walaupun cuma sedikit yang saya dapat, saya merasa sudah cukup," katanya.

Walau mengaku miskin, Ny Sice Carinama mengaku tidak mau ikut mengantri menerima dana bantuan langsung tunai (BLT) dari pemerintah. Tidak juga terjadi, karena memang ibu dari tiga anak ini tidak terdaftar sebagai salah seorang warga miskin penerima BLT. Namun ia tidak sedih, senyum puas terlihat jelas dari wajahnya yang sudah keriput itu. Apalagi, kalau hasil yang diperolehnya dari mencari nener lebih dari seribu ekor per hari.

Kepada The Jakarta Post, Ny Sice Carinama berharap, Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong dapat memperhatikan nasib orang-orang tua seusianya yang masih bekerja keras mencari hidup. Paling tidak, katanya, pemerintah dapat memberikan modal usaha untuk membangun kios atau usaha lainnya, agar ia tidak perlu lagi bermandikan air laut sekadar untuk mencari nener.

“Sudah lama saya mau bertemu bupati untuk minta uang bikin kios. Tapi saya takut karena saya hanya nenek miskin yang tidak punya baju bagus untuk bertemu bupati,” katanya.

Hari itu, memang bertepatan dilantiknya pasangan Bupati dan Wakil Bupati Parigi Moutong, Longky Djanggola dan Samsurijal Tombolotutu. Keduanya adalah pemenang Pilkada 19 Agustus 2008 lalu.

Bagi Longky Djanggola, jabatan bupati itu merupakan periode yang kedua kali. Pada pilkada lalu ia kembali terpilih, karena dinilai sukses menjalankan program pembangunan di daerah itu, termasuk penanggulangan kemiskinan di daerah itu, melalui program Millenium Development Goals (MDGs).

PENCAPAIAN MDGS DI PARIGI MOUTONG

Tahun 2005 silam, Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong bekerjasama dengan Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Kesra) dan United Nations Development Programme (UNDP) mengerjakan program MDG's, dengan menyusun strategi penanggulangan kemiskinan secara paritisipatif dengan melibatkan masyarakat miskin.

MDGs itu sendiri dideklarasikan oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 sebagai komitmen global untuk mengurangi jumlah orang yang hidup di bawah garis kemiskinan atau hidup dengan biaya di bawah 2 dollar AS per hari.
Dengan MDGs diharapkan penduduk miskin dunia yang jumlahnya mencapai 1,3 miliar dapat dikurangi menjadi setengahnya pada tahun 2015. Caranya bisa macam-macam, mulai dari bantuan langsung, pengurangan utang, atau memberikan akses perdagangan yang adil bagi negara miskin.

Bupati Longky Djanggola mengatakan untuk keluar dari belenggu kemiskinan itu, masyarakat miskin harus dilibatkan agar kita bisa tahu apa sebenarnya masalah mereka.

"Dan ternyata masyarakat miskin begitu aktif bersama-sama kami untuk menentukan program-program prioritas bagi mereka," kata Bupati Longky Djanggola.
Dari hasil diskusi dan berbagai pertemuan dengan masyarakat miskin itu, didapatkan salah satu masalah penting bahwa ternyata masyarakat miskin kekurangan modal untuk bisa mengembangkan potensi yang tersedia di sekitar mereka.

Dari situlah, tahun 2006 lalu, Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong kemudian mengagunkan dana di bank sebesar Rp 2,5 miliar yang diperuntukan bagi masyarakat miskin. "Dana itu sebagai agunan agar masyarakat miskin dapat mengambil kredit tanpa bunga," katanya.

Sejak ada agunan dana itu, tercatat sebanyak 1.180 orang yang mengajukan permohonan kredit di bank, dengan jumlah dana yang dipinjam antara Rp 2,5 juta hingga Rp 3,5 juta. Dan setiap bulannya, warga miskin mengembalikan dana bergulir itu berkisar antara Rp Rp 250 ribu hingga Rp 500 ribu per bulannya.

Tidak hanya itu, masih beberapa lagi program penanggulangan kemiskinan berbasis MDG's ini telah direalisasikan oleh Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong. Antara lain memberikan pengobatan gratis bagi masyarakat miskin, pengadaan Kartu Tanda Penduduk (KTP) gratis bagi penduduk miskin dan beberapa program lainnya.

Deputi Menko Kesra Bidang Penanggulangan Kemiskinan, Sujana Royat mengakui, dari lima provinsi di Indonesia yang menjadi percontohan untuk penerapan program MDG's itu, Parigi Moutong yang dianggap paling berhasil. Kelia provinsi itu adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Papua, Maluku, Maluku Utara dan Parigi Moutong.

Apa yang dilakukan oleh Kabupaten Parigi Moutong itu, kata Sujana Royat, adalah model insiatif daerah untuk melaksanakan program penanggulangan kemiskinan. Tinggal bagaimana pemerintah pusat ikut mendorongnya dengan melakukan imigrasi anggaran program penanggulangan kemiskinan di daerah ke kabupaten itu.

Tapi, boleh jadi, Ny, Sice Carinama si petani nener ini luput dari pendataan. Atau boleh jadi karena keterbatasan dan ketidakmampuannya, sehingga ia tidak mengetahui soal adanya dana agunan yang memang diperuntukkan bagi masyarakat miskin di Parigi Moutong.

“Mungkin karena saya bodoh jadi saya tidak tahu. Tapi saya juga berharap agar pemerintah jangan terlantarkan saya. Apalagi, kata orang-orang bahwa bupati Longky Djanggola itu sangat peduli dengan masyarakat miskin. Jadi tolonglah perhatikan nasib saya yang sudah tua ini,” tandasnya.

POTENSI PARIGI MOUTONG

Parigi Moutong, terkenal dengan daerah agraris serta terkenal dengan Teluk Tomini yang menyimpan sejuta potensi. Panjang garis pantainya 472 Kilometer.

Teluk Tomini merupakan teluk yang sangat luas dan perairan yang spesifik. Karena itulah, teluk ini memiliki potensi sumberdaya perikanan yang sangat melimpah. Potensi perikanan itulah yang dimanfaatkan oleh nelayan dari tiga provinsi, yaitu Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Sulawesi Utara.

Potensi Lestasi di Kabupaten Parigi Moutong saat ini mencapai 68 ribu ton per tahun. Potensi itu terdiri dari Ikan Palagis 3,2 ton per kilometer persegi per tahun dan ikan Demersal 2,9 ton persegi per tahun. Potensi terletak di daerah penangkapan yang bisa dijangkau oleh nelayan tradisional sejauh 28.208 kilometer persegi, dengan produksi perikanan tangkap 21.072,2 ton pertahun.

Data dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Parigi Moutong menyebutkan, hasil tangkapan nelayan saat ini berupa ikan cakalang sebanyak 2.115,40 ton per tahun, ikan tuna sebanyak 2.274,90 ton per tahun, ikan lajang 3.094,10 ton per tahun dan ikan hias mencapai 27.555 ton per tahun.

Di teluk ini, terkenal dengan keindahan alam bawah lautnya, dan seakan menjadi surga bagi para penyelam. Selain karena terumbu karangnya yang indah, berbagai jenis ikan juga hidup di sini. Melihat besarnya potensi itu, tahun 2003 silam, ketika Megawati Soekarnoputri masih menjabat Presiden RI, ia telah mencanangkan Teluk Tomini sebagai Pintu Gerbang Mina Bahari.

Selain potensi perikanan laut, di Kabupaten Parigi Moutong juga memiliki potensi ikan air tawar yang sangat besar. Budi daya tambak saja memiliki potensinya seluas 10.365 hektar, tapi yang baru tergarap seluas tergarap 3500 hektar. Budidaya kolam seluas 750 hektar dan luas tergarap baru 52 hektar. ***

Puluhan Warga Palu Terserang Deman Berdarah


Puluhan warga Dusun Salena, Kelurahan Buluri, Kecamatan Palu Barat diserang penyakit demam berdarah yang diakibatkan nyamuk Adies Egypti.

Ketua RT 1 Dusun Salena, Endi, mengatakan ia telah mengadukan kondisi ini kepada petugas kesehatan di Puskesmas Pembantu (Pustu) setempat.

Tapi, katanya, petugas kesehatan tidak memberikan pertolongan terhadap warganya, dan hanya menganjurkan warga menjaga kebersihan lingkungan, dan tidak mengkonsumsi air yang tidak dimasak.

"Saya sudah meneruskan anjuran petugas kesehatan itu, tapi korban demam berdarah terus bertambah," kata Endi.

Saat ini, tercatat sudah 15 orang yang telah terjangkit penyakit demam berdarah. Sedangkan lima di antaranya adalah balita, dan sampai sekarang belum mendapat penanganan dokter.

Ny. Lira, salah seorang warga mengatakan, ia tidak tahu sedang menderita penyakit apa, tapi yang dirasakannya adalah kepalanya pusing-pusing dan badannya panas.

"Saya tahu kalau saya terserang demam berdarah, nanti setelah ditanyakan kepada petugas kesehatan di puskesmas," kata Ny. Lira.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Palu, drg Emma Sukmawati mengatakan, pihaknya belum menerima laporan adanya warga Salena yang terserang demam berdarah.

Namun, drg Emma Sukmawati menyatakan, bulan April 2008 lalu, tercatat ada tiga orang warga Salena yang dirawat inap di Rumah Sakit Anutapura Palu, akibat infeksi virus Demam Berdarah Dengue (DBD). Salah seorang di antara mereka adalah balita, berusia 2 tahun.

Walaupun DBD telah mewabah di Salena, namun belum ada tindakan serius dari instansi terkait, seperti melakukan fogging (penyemprotan) dan pembagian abate. ***

Monday, September 29, 2008

Pembagian Hagala Kembali Ricuh

PALU- Pembagian zakat (di Palu populer disebut hagala) di depan Masjid An Nur, Jalan Sis Aljufri Palu Barat, Sulaewesi Tengah, Senin siang (28/9) berakhir ricuh. Ini kali ketiga pembagian zakat di kota Palu yang menimbulkan kericuhan. Sebelumnya pembagian zakat di CV Arah Baru dan di Kantor Wisata Tour dan Travel milik Rendy Lamadjido juga berakhir ricuh.

Pantauan di lapangan menyebutkan, sebelum kericuhan terjadi, para pemburuh hagala ini melakukan aksi dorong setelah sejumlah warga miskin kota Palu dan sekitarnya, tak mau melakukan antri. Mereka berdesak-desakkan ingin menjadi yang terdepan mendapatkan hagala itu. Akibatnya banyak yang tak mendapat jatah.

Jumlah pemburu hagala diperkirakan 500 orang. Mereka adalah kaum miskin kota Palu dan Donggala. Mereka bercampur antara yang beragama Islam dan yang bukan muslim.

Dalam pembagian hagala itu pihak CV Marco telah menyediakan dana puluhan juta rupiah. Kegiatan tahunan itu sudah menjadi tradisi sejak lama.”Kami sudah siapkan dana untuk tiap tahun itu sesuai dengan keuntungan dan ini sudah menjadi kebiasaan setiap tahun,” kata H. Faisal Bahmid.

H Faisal, pembagian rutin tahunan ini tidak menentu berapa jumlahnya. Yang jelas dalam setahun pasti ada yang dikeluarkan sesuai dengan keuntungan penjualan. Namun banyaknya para pemburu hagala yang berjumlah ratusan orang itu ada juga rupanya yang menerima lebih dari satu kali.

Dia menambahkan, pemburu hagala ini menerima dana dengan nilai rata-rata sebesar Rp 10.000 . Namun tidak semua pembaru hagala mendapat bagian karena pihak penyelenggara sudah kehabisan dana. ***

Presiden SBY: Terima Kasih Alkhairaat


DOLO - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan terima kasihnya kepada Alkhairaat, atas perjuangan lembaga Perguruan Islam terbesar di Kawasan Timur Indonesia itu, dalam menjalankan tiga pilar perjuangannya, yaitu pendidikan, dakwah dan usaha sosial.

"Atas nama negara, bangsa dan pribadi, saya mengucapkan terima kasih kepada Alkhairaat, yang telah berjuangan untuk kepentingan bangsa dan negara," kata Presiden Susilo Bambang Yudhyono penuh takzim.

Ungkapan terima kasih Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu, disampaikan ketika memberikan sambutan pada peresmian Pembukaan Muktamar Besar (Mubes) IX Alkhairaat, Selasa (26/8) siang, di Pondok Pesantren Alkhairaat, Kampus Madinatul Ilmi, Desa Kotarindau, Kecamatan Dolo, Kabupaten Donggala.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono, Menko Kesra Aburizal Bakri, Menteri Agama M. Maftuh Basyuni, Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah, Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo, dan Menteri Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi.

Menurut Presiden SBY, sebagai lembaga Perguruan Islam terbesar di Kawasan Timur Indonesia, Alkhairaat telah menunjukkan pengabdian terbaiknya, untuk kepentingan bangsa dan negara dalam bidang pendidikan, dakwah dan usaha sosial.

"Oleh karena itu, saya instruksikan kepada Pemerintah Daerah agar menjadikan Alkhairaat sebagai mitra atau partner dalam pembangunan bidang pendidikan, dakwah dan usaha sosial. Berilah bantuan, karena bukan apa-apa, tapi demi kemajuan pendidikan, dakwah dan usaha sosial," tegas Presiden.

Dalam bidang dakwah, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengharapkan kepada para ulama Alkhairaat, agar teruslah mengajak umat, agar tidak tercemar dengan praktik-praktik agama yang menyimpang. "Kita memang menegakkan amar ma'ruf nahyi munkar, tapi bukan berarti kita menggunakan cara-cara yang munkar untuk memerangi kemungkaran," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan.

Untuk urusan dakwah ini, Presiden mengatakan, negara-negara di dunia sangat mengharapkan peran aktif Indonesia untuk terus ikut menciptakan keadaan dunia yang damai dan sejahtera. "Kita harus menjalankan ajaran Islam yang agung dan penuh dengan kedamaian," kata Presiden SBY.

Sedangkan soal pendidikan, Presiden mengatakan tahun 2009 nanti, pemerintah segera merealisasikan 20 persen anggaran pendidikan, dan Presiden menginstruksikan Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama untuk memperhatikan Alkhairaat. "Insya Allah Alkhairaat kecipratan dana dari 20 persen anggaran pendidikan itu," kata Presiden.

Semua pernyataan Presiden SBY itu, merupakan jawaban atas Pidato Iftitah Mubes IX Alkhairaat yang disampaikan Ketua Utama Alkhairaat, Habib Saiyid Saggaf Aljufri. Dalam pidatonya Habib Saggaf mengatakan, sudah 78 tahun Alkhairaat mengabdi dirinya membangun bangsa di bidang bidang pendidikan, dakwah dan usaha sosial.

Sejak berdirinya tahun 1930 hingga, Alkhairaat telah memiliki sedikitnya 1561 sekolah dari berbagai jenjang, 35 pondok pesantren yang tersesar di kawasan Timur Indonesia dan sebuah perguruan tinggi yang bernama Universitas Alkhairaat, dengan enam fakultas, yaitu Fakultas Agama Islam, Pertanian, Perikanan, Ekonomi, Sastra dan Fakultas Keguruan Ilmu pendidikan.

"Saat ini juga sedang dipersiapkan Fakultas Kedokteran. Ini adalah sumbangsih Alkhairaat untuk Ibu Pertiwi," ujar Habib Saiyid Saggaf Aljufri.

Dalam pidato itu juga, Ketua Utama Alkhairaat mengatakan, dalam sejarah pemerintahan di Indonesia, di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah yang pertama kalinya anggaran pendidikan mencapai 20 persen. Lantaran itu, Ketua Utama berharap agar Alkhairaat juga bisa kecipratan dana tersebut untuk membangun dunia pendidikannya.

Sementara itu, suasana pembukaan Mubes IX Alkhairaat sangatlah meriah. Ribuan warga Alkhairaat dari berbagai penjuru membanjiri Kampus Madinatul Ilmi. Mereka tak peduli dengan rintik-rintiknya hujan menjelang kehadiran Presiden.

Tapi beberapa saat kemudian, hujan berhenti dan langit pun tampak cerah. Semuanya bertahniah dengan peristiwa akbar yang berlangsung lima tahun sekali itu. Tapi lima menit setelah Presiden meninggalkan tempat, hujan deras pun tumpah dari langit.***

Gugatan ASTA-RUSTHAM Kandas

PALU – Gugatan sengketa hasil Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Parigi Moutong yang diajukan pasangan Asmir Ntosa-Taswin Borman (ASTA) dan Rustam Dg Rahmatu-Thamrin Ntosa (RUSTHAM), Selasa (23/9), kandas di Pengadilan Tinggi (PT) Palu.
Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Sulawesi Tengah, menolak gugatan pasangan ASTA dan RUSTHAM karena kurang bukti dan saksi yang kuat.

Ketua Majelis Hakim I Made Tengah Widarta mengatakan, saksi yang dihadirkan pemohon tidak bisa menunjukkan jumlah suara yang hilang. “Penetapan kandidat oleh KPU Kabupaten Parigi Moutong adalah sah dan sesuai peraturan,” tegas Widarta.

Menurut Majelis Hakim, tak ada saksi yang mempermasalahkan rekap penghitungan suara di setiap TPS, hanya beberapa saksi saja yang menyebutkan adanya pelanggaran terhadap tahapan penyelenggaraan Pilkada.

Dengan alasan tersebut, maka Majelis Hakim menolak gugatan pemohon yang menginginkan adanya Pilkada ulang. Selain menolak gugatan pemohon, Majelis Hakim juga membebani biaya perkara sebesar Rp200 ribu.

Idris Jafar, Penasihat Hukum ASTA-RUSTHAM mengatakan, pihaknya akan berkonsultasi dengan kliennya atas putusan tersebut untuk menentukan langkah selanjutnya.
Pantauan media ini, sidang ini dihadiri ratusan masa pendukung termohon yang memenuhi ruang persidangan dan sekitarnya. Sebelum sidang pendukung ini bersitegang dengan aparat kepolisian di pintu masuk PT Palu.

Beberapa saat setelah pembacaan putusan, massa yang berkerumun membubarkan diri dengan kawalan ketat petugas keamanan.

Sementara itu, dari Parigi dilaporkan DPRD Parigi Moutong, Selasa kemarin, mengeluarkan Surat Rekomendasi Surat Keputusan (SK) pasangan Longki Djanggola-Samsurizal sebagai Bupati dan Wakil Bupati Parigi Moutong terpilih.

Surat rekomendasi ini akhirnya keluar setelah ratusan massa Aliansi Rakyat Parigi Moutong untuk Demokrasi (ARPMD) kembali berunjukrasa di Gedung DPRD Parigi Moutong kemarin.

Usulan SK benomor 32/DPRD /2008 tersebut diambil melalui Rapat Paripurna DPRD yang dipimpin Wakil Ketua DPRD Moh Nur.Dg. Rahmatu serta dihadiri sekitar 18 anggota DPRD setempat.
Rapat sempat molor sekitar dua jam untuk menunggu anggota DPRD lainya. yang saat itu belum masuk kantor. Rapat baru dilaksanakan sekitar pukul 15.00 sore.

Wakil Ketua DPRD Parigi Moutong Nur Dg Rahmatu saat memimpin rapat paripurna itu mengatakan, DPRD sama sekali tidak ada niat untuk menunda pengusulan rekomendasi SK tersebut. Molornya waktu pengusulan yang sebelumnya harus tanggal 19 September, semata- mata karena mekanisme dalam lembaga DPRD, yakni semua keputusan dilakukan dalam rapat paripurna. ***

Dua Perusahaan Perkebunan Diduga Rampas Tanah Rakyat

PALU – Wakil Ketua Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (Komnas HAM) Republik Indonesia, M. Ridha Shaleh mengatakan, dua perusahaan perkebunan kelapa sawit di Sulawesi, diduga merampas tanah rakyat untuk memperluas lahan usaha mereka. Bahkan mereka menggunakan jasa Brimob untuk mengintimidasi rakyat.

Kedua perusahaan tersebut, menurut Ridha Shaleh adalah PT Lestari Tani Teladan (anak perusahaan PT Astra Agro Lestari) di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah dan PT. Unggul di Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi Sulawesi Barat.

Menurut Ridha Shaleh, berdasarkan HGU (Hak Guna Usaha) tahun 1991, PT Lestari Tani Teladan memiliki lahan konsesi perkebunan kelapa sawit seluas lebih 5 ribu hektar. Namun, kini luasan itu bertambah karena lahan warga seluas 37 hektar diambil “paksa” oleh perusahaan tersebut.

“Kami sudah melihat langsung tapal batasnya, dan memang luasan itu bertambah. Bahkan, untuk kepentingan itu, anak perusahaan Astra Agro Lestari itu pun menebang tanaman kakao milik warga,” kata Ridha Shaleh.

Untuk menyelesaikan masalah ini, menurut Edang---sapaan akrab Ridha Shaleh, pihak Pemerintah Kabupaten Donggala telah membentuk Tim Pencari Fakta untuk mencari fakta-fakta perampasan lahan tersebut. Hasilnya, TPF merekomendasikan agar anak perusahaan PT Astra Agro Lestari itu segera mengembalikan lahan warga dan tidak beraktivitas di lahan tersebut.

Tapi faktanya, perusahaan tersebut terus melakukan aktivitas dan tidak memedulikan rekomendasi TPF Kabupaten Donggala. Lantaran itu, Edang mengatakan hari ini akan menggelar pertemuan dengan pihak Pemerintah Kabupaten Donggala, untuk membicarakannya lebih detail soal kekisruhan tersebut.

“Setelah pertemuan itu, barulah Komnas HAM akan mengeluarkan sikap resmi. Tapi yang pasti, kita juga akan memanggil perusahaan tersebut untuk dimintai penjelasan,” kata Edang.

Mengenai intimidasi yang dilakukan aparat Brimob, Edang menegaskan, Komnas HAM akan menyurat secara resmi kepada Kapolda Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat yang akan ditembuskan kepada Kapolri. Substansinya, mendesak agar polisi menghentikan intimidasi terhadap masyarakat.

Soal anak perusahaan Astra Agro Lestari di Mamuju Utara, Edang mengatakan, perusahaan ini memiliki sedikitnya 15 ribu hektar lahan perkebunan kelapa sawit. Setelah dicek ke lokasi, ternyata lahan itu lebih luas lagi, karena tanah-tanah rakyat diambil “secara paksa”.

Cara-cara seperti itu, katanya, justru telah melanggar HAM, khususnya hak rakyat atas kepemilikan lahan. Oleh karena itu, Komnas HAM mendesak agar pihak perusahaan segera mengembalikan lahan warga tanpa syarat, karena selama warga tidak pernah mengganggu aktivitas yang dilakukan oleh anak perusahaan PT Astra Agro Lestari itu.

Beberapa waktu lalu, warga bersama sekitar 1.000-an petani yang tergabung dalam anggota Kelompok Pemberdayaan Masyarakat (KPM) dari Kecamatan Rio Pakava, Kabupaten Donggala dan Kecamatan Pasangkayu Kabupaten Mamuju Utara, menduduki perkebunan kelapa sawit anak perusahaan PT Astra Groups tbk itu.

Pendudukan waktu itu ditandai dengan penanaman 3.000-an pohon pisang oleh massa petani di dalam lokasi yang diklaim masyarakat sebagai lahan garapannya. Menurut versi masyarakat, ada 14 titik yang merupakan pal batas.***

Logis Memimpin

PARIGI – Hari pertama perhitungan suara Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Parigi Moutong, belum menunjukkan adanya salah satu calon yang bisa mengklaim kemenangan. Pergerakan suara masih saling kejar antara pasangan Longki Djanggola– Syamsurizal Tombololutu yang populer disingkat (Logis) dan pasangan Asmir Ntosa – Taswin Borman yang biasa disapa (Asta). Sementara pasangan Rustham Dg Rahmatu – Thamrin Ntosa (Rustham) perolehan suaranya tidak terlalu mengesankan.

Informasi yang dikumpulkan di lapangan menyebutkan, dua calon bupati menang di tempat mereka melakukan pencoblosan. Logis, misalnya unggul jauh di Tempat Pengumutan Suara (TPS) IV Bantaya. Di TPS itu calon bupati Longki Djanggola mencoblos. Logis meraup suara 232 suara, Asta 171 suara dan Rustham 48 suara. 7 suara dinyatakan tidak sah.

Di TPS II Kampal, colon bupati Asmir Ntosa unggul mutlak. Asmir meraup 357 sementara Logis hanya meraih 162 suara dan Rustham hanya mampu mendulang 38 suara. Yang mengejutkan di TPS III Loji, basis suara Rustham, yang unggul justru Logis, meraih 287 suara sementara Rustham hanya mendapatkan 33 suara dan Asta memperoleh 130 suara.

Hal yang sama terjadi di TPS II Bambalemo. Wilayah itu diklaim sebagai basis pendukung calon Wakil Bupati Thamrin Ntosa hanya meraup 62 suara. Unggul di TPS itu Asta meraih suara 290 sementara Logis memperoleh 62 suara.

Data dari masing-masing tim sukses menunjukkan pergerakan suara yang rada mirip. Di Logis Center sampai pada pukul 19.30 Wita, data menunjukkan Logis sudah meraih 71.419 suara atau 48 persen, Asta berada di urutan kedua meraih 52.649 suara atau 36 persen dan Rustham memperoleh 23.033 suara atau 16 persen.

Dari Asta Center diperoleh data prosentasenya saja tanpa menyebut perolehan jumlah suara. Asta Center menyebutkan, sampai pukul 18.00 Wita Logis memperoleh 44 persen, Asta 39 persen dan Rustam 17 persen suara.

Data Desk Pilkada Kabubupten Parigi Moutong, menyebutkan sampai pukul 18.30 Wita jumlah suara yang sudah masuk sebanyak 83.000. Logis meraih 44 persen dari suara tersebut, Asta 39 persen dan Rustham 17 persen suara.

Ketua KPUD Parigi Moutong, Sukirman Andi Rappe belum berani membeberkan suara yang sudah dihitung. Soalnya kata dia, jumlah suara yang sudah masuk di KPUD masih sangat sedikit. “Tidak layak untuk dipublikasikan,” ujarnya.

Ia malah meminta mencari data suara yang sudah dihitung tersebut di tempat lain. “Anda lebih baik cari di Polres, atau di tim sukses calon bupati,” kata Sukirman.
Sukirman mengaku bersyukur karena rakyat Parigi Moutong terlihat antusias mendatangi TPS-TPS. “Dugaan sikap apatisme seperti yang diperkirakan sebelumnya tidak terbukti. Semua berjalan normal dan warga bergembira,” katanya.

Pejabat Bupati Parigi Moutong, Anwar Ponulele menyatakan hal yang sama. Dalam peninjauannya dalam Kota Parigi semua warga terlihat senang menuju TPS. “Tidak ada kendala warga terlibat aktif, mereka senang, semoga di hari-hari mendatang warga tetap gembira,” pungkas Anwar.

Monday, June 23, 2008

Melihat Maleo dan Kelelawar di Parigi

Burung Maleo banyak dijumpai di Kabupaten Parigi Moutong terutama di Desa Sausu Peoreh. Lokasi ini dapat dicapai dengan kendaraan bus selama dua jam dari kota Palu. Burung Maleo suka membuat gundukan atau sering disebut burung inkubator. Rumpun burung ini ditemukan di Indonesia Timur hingga Polinesia dan Australia.

Burung ini berbulu hitam dan putih yang mencolok dengan dada merah jambu. Ekornya berdiri tegak dan kepala gundul. Besarnya seperti ayam betina dengan berat 1,6 kilogram dan burung Maleo menggunakan sumber panas dari luar untuk menetaskan telurnya. Keberadaannya menjadi daya tarik wisatawan dengan minat khusus untuk mengamati kehidupan burung.

Pantai Nalera terletak di Desa Marantale sekitar 65 kilometer dari kota Palu dan dapat dicapai dengan kendaraan roda empat selama tiga jam. Potensinya cukup menarik karena memiliki pantai berpasir putih sepanjang 5 kilometer dan banyak dikunjungi wisatawan lokal pada akhir pekan.

Kondisi alam yang ada menjadi tempat yang tepat untuk olahraga panjat tebing yaitu di kawasan Likunggawali, Marantale. Di sini terdapat tebing yang curam mencapai 80 meter sehingga tepat menjadi obyek wisata panjat tebing. Ada juga air terjun Toramaya yang berjarak 4 km dari Desa Towera dimana wisatawan dapat melihat sarang burung walet.

Pulau Kelelawar sekitar 97 kilometer dari Palu juga menjadi obyek wisata alam Sulawesi Tengah yang memiliki pasir putih, lokasi selam yang menarik dan aktivitas lainnya. Pulau ini teletak di Desa Tomoli, Kecamatan Ampibabo. Masih di seputar Parigi, terdapat Pulau Makakata, sekitar 85 km dari Palu. Pulau ini dapat dijangkau dengan kendaraan roda empat dilanjutkan dengan naik boat slama 25 menit. Panorama alamnya sangat indah dan dihuni oleh masyarakat suku Bajou yang terkenal dengan penangkapan ikan secara tradisional.

Togean, Melengkapi Keindahan Sulteng

Selain Danau Poso, obyek wisata utama lainnya di Poso adalah Taman Laut Togean di Kecamatan Tojo Unauna. Perjalanan menuju Togean dapat ditempuh empat jam jalan darat yang dilanjutkan naik perahu motor. Obyek wisata yang eksotis ini alam bawah lautnya merupakan surga bagi wisatawan yang dihuni dengan berbagai karang tropis dalam ukuran jumbo serta berbagai spesies ikan hias dan kepiting kenari.

Memancing, berlayar, berenang dan menyelam dapat dilakukan tiap saat. Taman laut ini diperindah pula dengan deretan pulau-pulau kecil dan besar yang berhutan lebat yang dihuni oleh babi hutan dan tangkasi, Perumahan suku Bajou, hilir mudik nelayan dan deretan cottage di pinggir pantai menambah keindahan alam Togean. Pulau-pulau kecil di Togean juga memiliki pantai berpasir putih cocok untuk wisatawan yang gemar berjemur sambil menikmati matahari terbenam.

Kepulauan Togean yang indah ini membuat wisatawan manca negara yang pertama kali mengunjungi akan langsung jatuh cinta dengan keindahan pulau-pulaukarang di tempat ini. Kecantikan alam Togean membuat banyak wisatawan akhirnya memilih untuk tinggal lebih lama dari rencana semula. Kepulauan yang terletak di tengah Teluk Tomini ini ditumbuhi kawasan hutan yang belum terjamah dan menjadi tempat perlindungan bagi hewan-hewan yang ada di dalamnya.

Namun kecantikan yang sebenarnya berada di pantai dan laut. Berbagai kombinasi bentuk karang berpadu dengan birunya air laut yang jernih membuat keindahan tempat ini menjadi sangat mengesankan.

Kepulauan Togean merupakan satu-satunya tempat di Indonesia yang memiliki tiga lingkungan karang yang berbeda namun berada pada satu kawasan yang sama. Tiga lingkungan karang itu adalah karang atol, karang barier dan karang pantai yang semuanya menjadi habitat dari flora dan fauna laut.Karang atol ini berbentuk pulau karang yang ditengah-tengahnya terdapat danau yang dalam.

Karang barier merupakan deretan karang yang berjejer mengelilingi pulau menyerupai benteng atau dinding di laut yang ‘melindungi’ pulau lain di dekatnya dari terjangan ombak laut. Tinggi karang ini mulai dari dasar hingga ke permukaan laut mencapai 200 meter, ini belum termasuk bagian karang yang berada di atas permukaan yang bisa mencapai tinggi beberapa meter lagi.

Pulau Batudaka merupakan pulau terbesar dan yang paling mudah dicapai di kepulauan Togean. Di Pulau Batu Daka terdapat dua desa yaitu desa Bomba dan Wakai. Bomba merupakan kawasan pemukiman yang terletak di ujung barat laut kepulauan Togean. Bomba bukan tempat tercantik di kawasan Togean karenanya kebanyakan wisatawan hanya melewati saja tempat ini untuk menuju tujuan utama
yaitu ke Wakai di Pulau Kadidiri.

Namun demikian Bomba merupakan tempat yang cukup menarik dan tidak terlalu ramai. Di sini pengunjung dapat berenang dan snorkeling di lokasi yang cukup bagus. .Anda juga dapat mengunjungi goa kelelawar yang terletak di dekat Bomba namun untuk mendatangi tempat ini dibutuhkan pemandu. Kawasan pemukiman terbesar di Togean adalah Wakai. Tempat ini merupakan titik keberangkatan bagi kapal-kapal yang akan menuju ke Pulau Kadidiri.

Beberapa kilometer ke arah pedalaman terdapat air terjun. Wisatawan dapat melakukan perjalanan yang menyenangkan menuju ke air terjun melalui desa-desa yang terdapat di kawasan ini. Pulau Kadidiri terletak tidak jauh dari Wakai merupakan pusat kunjungan wisata di kepulaun Togean. Pulau Kadidiri merupakan pulau paling populer di kalangan wisatawan karena pantainya yang sangat bagus dengan lokasi snorkeling dan menyelam yang sangat prima. Juga tersedia banyak penginapan murah dan di sebelah barat pantai terdapat deretan batu karang terjal yang menjadi habitat kepiting karang.

Kawasan pemukiman utama di Pulau Togean adalah Desa Katupat yang memiliki sebuah pasar kecil dan sejumlah toko. Di sekitar pulau terdapat kawasan pantai yang lebih indah dari tempat lainnya dan juga lokasi untuk trekking bagi wisatawan yang sudah bosan dengan kegiatan menyelam, berenang atau snorkeling.

Tentena yang terletak di ujung utara Danau Poso merupakan desa yang lebih besar dan lebih indah dari Pendolo. Tempat ini dikelilingi perbukitan yang ditumbuhi tanaman cengkeh. Pada saat cengkeh berbunga (bulan Juni hingga November) pohon cengkeh akan mengeluarkan aroma harum bunga cengkeh. ***

Poso "Nirwana" di Sulawesi Tengah

Poso merupakan kota pelabuhan utama sekaligus juga kota pelabuhan dan terminal di wilayah pantai utara Sulawesi Tengah. Bagi wisatawan, Poso adalah kota persinggahan (transit) sebelum melanjutkan perjalanan ke beberapa lokasi wisata di sekitar Poso misalnya ke pantai atau ke Ampana untuk kemudian menumpang kapal menuju ke Pulau Togean. Namun demikian, Poso sendiri merupakan kota yang menyenangkan untuk sejenak berisitirahat sebelum melanjutkan perjalanan.

Poso adalah sebuah kota kecil yang teratur, dan Anda dapat pergi ke mana saja di kota ini hanya dengan berjalan kaki. Pusat kota Poso terletak di Jl Sumatera dan kawasan di sekitarnya di mana terdapat sejumlah hotel, restoran dan kawasan pertokoan. Kantor pariwisata (telp 21839) dapat ditemui di ujung barat Jl Sudirman di mana wisatawan akan mendapatkan sejumlah brosur mengenai informasi wisata di daerah ini.

Lantaran itu, dulu sebelum terjadi konflik tahun 1998, Poso dikenal sebagai "nirwana" di Sulawesi Tengah. Segala yang diinginkan wisatawan ada di kota ini. Mulai dari wisatanya sampai kehidupan malamnya, tersedia di sini.

Di sekitar Poso terdapat beberapa lokasi yang menarik untuk dikunjungi khususnya bagi mereka yang suka berenang atau snorkeling; salah satunya adalah Pantai Madale yang
terletak sekitar 5 Km di timur Poso. Lebih jauh ke timur, pada jarak 20 Km dari Poso, terdapat Pantai Matako dengan pasir pantainya yang putih. Sedangkan Pantai Toini terletak 7 Km dari Poso ke barat. Pantai ini populer karena sejumlah rumah makan yang menyajikan hidangan laut yang lezat.

Ketiga pantai ini dapat dicapai dengan kendaraan umum dan ojek dari terminal di dekat pasar Poso. Sekitar 40 Km dari Poso ke arah timur terdapat Tombiano yang memiliki goa besar yang dihuni kelelawar; di Maranda yang terletak sekitar 47 Km barat Poso terdapat air terjun kecil dan juga sumber mata air panas di mana pengunjung dapat berenang; Goa Tampemadoro terletak 22 Km di selatan Poso, di jalan yang menuju ke Tentena.

Untuk menuju ke lokasi goa dan air terjun tersebut Anda dapat menumpang kendaraan umum dari terminal Poso ke tujuan yang sesuai, dan mintalah sopir untuk menurunkan Anda di lokasi yang dituju.

Lembomawo terletak sekitar 4 Km di selatan Poso dan dikenal sebagai pusat kerajinan ukiran kayu eboni (kayu hitam). Untuk mencapai tempat ini Anda dapat menumpang bemo dari terminal Poso dan turun di Lembomawo. Dari Lembomawo Anda dapat berjalan kaki (4 Km) ke Ranononucu melalalui dua jembatan gantung.

Danau terbesar ketiga di Indonesia adalah Danau Poso yang memiliki luas sekitar 32.300 hektar dengan kedalaman rata-rata 500 meter. Danau Poso memiliki panjang 32 Km dan lebar 16 Km. Letak danau yang berada pada ketinggian 657 meter di atas permukaan laut. Memiliki keunikan karena berpasir putih dan kuning keemasan serta bergelombang seperti laut. Panorama alam disekelilingnya sangat indah dan perbukitan serta hutan disekitarnya berdiri tegak memagari danau.

Danau Poso terletak di kota Tentena dan keberadaan danau yang indah ini menjadi salah satu alasan utama orang singgah di Tentena dan Pendopo yang masing-masing terletak di ujung utara dan selatan Danau Poso. Kedua tempat ini dihubungkan dengan sarana transportasi reguler penyeberangan danau. Wisatawan dapat berjalanjalan menyusuri kawasan pedesaan di sekitar danau atau menyewa perahu mengelilingi danau.

Pada setiap bulan Agustus digelar acara Festival Danau Poso yang merupakan acara budaya yang terbesar di wilayah ini. Festival ini diikuti oleh sebagaian besar
masyarakat desa yang berada di daerah yang indah ini. Danau Poso juga terkenal
karena memiliki taman anggrek yang bernama Taman Anggrek Bancea yang memiliki
koleksi anggrek liar. Taman ini dapat dicapai dengan berjalan kaki (11 Km) atau
menumpang mobil sewaan ke Taipa dari Pendolo.

Lokasi wisata Air Terjun Saluopa berada di suatu kawasan hutan dekat Tentena di mana terdapat sejumlah jeram, air terjun dan beberapa kolam dengan airnya yang bening sejernih kristal.

Air Terjun Sulewana terletak 12 Km dari Tentena . Untuk mencapai tempat ini wisatawan dapat menempuh dengan kendaraan lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 3 Km. Airnya sangat deras dan dapat dijadikan sumber pembangkit tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik seluruh pulau.

Goa Pamona dan Latea sekitar 57 km dari kota Poso menjadi salah satu obyek wisata yang unik karena goa ini tempat menyimpan mayat dalam goa sejak ratusan tahun lalu seperti halnya dalam kebudayaan Toraja.

Tentena memiliki fasilitas akomodasi dan tempat makan yang lengkap, namun pantai di Tentena masih kalah cantik dibandingkan di Pendolo. Lokasi menarik yang harus dikunjungi ketika berada di Tentena adalah jembatan sepanjang 210 meter yang berada diujung utara Danau Poso. Di bawah jembatan, air danau dengan deras mengalir memasuki sungai untuk memulai perjalanan panjangnya menuju ke laut. Tentena terkenal dengan hewan belut dengan panjang mencapai dua meter. Hewan ini tinggal di dasar danau dan banyak yang keluar mengikuti arus air menuju sungai.

Di tepi sungai terdapat Goa Pamona. Panorama di dekat goa ini cukup indah. Lebih jauh dari kota, di jalan raya yang menuju ke Kolonodale terdapat Goa Latea yang berisi tulang belulang mayat yang dikubur pada masa lalu.***

Palu dengan Sejuta Keindahan

Palu adalah ibukota Provinsi Sulawesi Tengah yang secara geografis terletak
di bagian utara wilayah ini. Kota yang jarang turun hujan ini dikenal sebagai salah
satu kota terkering di Indonesia dengan udara yang panas pada siang hari dan
sejuk pada malam hari. Kota ini memiliki sejuta keindahan yang layak dinikmati.

Dalam sejarahnya, Palu pernah diduduki tentara Jepang dalam perang dunia ke-2. Pada umumnya wisatawan singgah di Palu karena ingin treking ke Taman Nasional Lore Hindu yang berada di selatan Palu atau Tanjung Karang yang berada di utara.

Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Palu memberikan informasi dan menyediakan berbagai brosur wisata dan peta kota Palu. Wisatawan juga akan mendapatkan informasi yang berguna mengenai Taman Nasional Lore Lindu jika mendatangi Balai Taman Nasional Lore Lindu. Kantor ini berlokasi di Jalan Muhammad Yamin atau yang dikenal dengan Jalur Dua.

Tempat ini mengeluarkan surat ijin bagi wisatawan yang akan masuk ke taman nasional. Jika berada di Palu mungkin Anda dapat mengunjungi Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tengah yang menyimpan sekitar 7000 koleksi. Sebagian koleksi ditata dalam dua gedung pameran tetap dan sebagian lainnya tersimpan dalam gedung penyimpanan koleksi.

Dalam gedung pameran bisa disaksikan aneka kebudayaan dari 12 etnis seperti upacara Daur Hidup, pembuatan kain tenun Donggala, meramu sagu dan pembuatan kain kulit kayu.

Rumah tradisional Sou Raja juga tempat yang perlu dikunjungi. Rumah Raja atau Sou Raja ini juga disebut Banua Mbaso yang berarti rumah besar. Rumah berbentuk panggung ini merupakan warisan nenek moyang keluarga bangsawan dari suku Kaili. Di dalam kota Palu, Sou Raja bisa ditemukan di Kampung Lere.

Bangunan ini masih terawat baik dan sering dikunjungi sebagai obyek wisata. Di kampung ini pula terdapat makam Datuk Karamah. Yang merupakan saksi sejarah masuknya agama Islam pertama di Sulawesi Tengah. Nama asli Datuk Karamah adalah Abdullah Raqie, seorang tokoh agama Islam asal Minangkabau, Sumatra Barat. 552

Sekitar abad 17 Abdullah Raqie tiba di Palu untuk menyebarkan agama Islam dan dia diberi gelar karena memiliki kesaktian. Masyarakat mengaguminya lalu memeluk agama Islam termasuk Raja Kabonena bernama I Pue Njidi.

Datuk Karamah menikah dengan Ince Jille dan memiliki dua anak. Karena kesaktiannya maka banyak peziarah yang datang sambil melepaskan nazar. Lokasi wisata pantai juga terdapat tidak jauh dari kota Palu, antara lain Pantai Taman Ria, Pantai Talise, Pantai Tumbelaka, Pantai Buluri, Pantai Mamboro, Pantai Talise yang membentang di Jl. Rajamoili dan Cut Mutia merupakan obyek wisata bahari yang memiliki panorama indah. Cocok untuk olahraga selancar angin, sky dan sebagainya.

Di pantai ini juga pengunjung dapat menikmati terbenamnya matahari terbenam di sla-sela Gunung Gawalise sambil menyaksikan para nelayan menjala ikan. Gunung Gawalise berjarak 34 km dari Palu merupakan obyek wisata alam dan budaya yang menarik. Di Gunung Gawalise ada Desa Dombu yang berada di atas ketinggian dan berhawa sejuk.

Desa lainnya adalah Desa Matantimali, Desa Panasi baja, Desa Bolobia dan Desa Rodingo. Desa-desa ini didiami oleh suku Da’a, satu-satunya etnis suku kaili yang mendiami daerah pegunungan.

Obyek wisata alam lainnya yang menjadi andalan Sulawesi Tengah adalah Taman Nasional Lore Lindu, salah satu lokasi perlindungan hayati Sulawesi. Letaknya sekitar 60 km Selatan kota Palu dengan luas taman 217.991 hektar dan ketinggian yang bervariasi antara 200 - 2610 meter di atas permukaan laut.

Taman nasional ini memiliki fauna dan flora endemik Sulawesi serta panorama alam yang menarik karena terletak di garis Wallacea yang merupakan wilayah peralihan antara zona Asia dan Australia. Taman ini terletak di Selatan Kabupaten Donggala dan bagian Barat Kabupaten Poso yang menjadi daerah tangkapan air bagi tiga sungai besar di Sulawesi Tengah yaitu Sungai Lariang, Sungai Gumbasa dan Sungai Palu.

Kawasan Taman Nasional ini merupakan habitat mamalia asli terbesar di Sulawesi seperti Anoa, babi rusa, rusa, kera hantu, kera kakaktonkea, kuskus marsupial dan binatang pemakan daging Civet hidup di taman ini. Taman ini juga memiliki sedikitnya 5 jenis bajing dan 31 dari 38 jenis tikus yang ada.

Sedikitnya ada 55 jenis kelelawar dan lebih dari 230 jenis burung termasuk Maleo, enggang atau disebut juga rangkong atau burung Allo yang menjadi penghuni taman nasional ini. Ribuan serangga yang cantik dan berbentuk aneh juga bisa dijumpai di sini, termasuk kupu-kupu dengan warna yang mencolok yang terbang di sekitar jalan setapak atau di daerah aliran sungai.

Kawasan taman nasional juga menjadi tempat hunian sejumlah penduduk asli setempat dengan pakaian adat mereka yang berwarna-warni dan biasanya dipakai pada pelaksanaan acara adat. Daya tarik lainnya di taman nasional ini adalah bendabenda (relik) yang dibuat oleh manusia pra-sejarah dari zaman megalit yang menghuni wilayah ini ribuan tahun yang lalu. Sejumlah relik dapat ditemui di lembah Bada, Besoa dan Napu.***

Eksotik Banggai Kepulauan

Kabupaten Banggai kepulauan memiliki pulau-pulau sedang dan kecil antara lain Pulau Peleng, Pulau Banggai, Pulau Bangkurung, Pulau Salue Besar, Pulau Labobo dan 116 pulau-pulau kecil lainnya. Kepulauan ini merupakan kawasan yang sangat bagus untuk melakukan berbagai kegiatan air seperti berenang dan menyelam. Di kawasan perairan ini wisatawan mungkin dapat melihat dugong atau sapi laut dan bahkan ikan paus.

Walaupun panoramanya sangat bagus namun fasilitas akomodasi di pulau ini masih sangat terbatas tetapi wisatawan masih dapat menginap di rumah-rumah milik penduduk setelah sebelumnya meminta ijin kepada kepala desa setempat. Wisatawan dapat menyewa perahu motor yang dapat ditemui di setiap desa jika ingin mengelilingi kawasan kepulauan ini.

Banggai Kepulauan termasuk dalam kawasan wilayah yang memiliki keunikan tersendiri. Wilayah ini terdiri dari pulau besar, pulau kecil, pegunungan dan perbukitan. Di pedalaman tersebar beraneka ragam flora dan fauna, pesisir pantai kaya akan keanekaragaman ekosistem laut, seperti hutan bakau, padang , tipe-tipe serta biota laut lainnya.

Untuk wisata pantai dan bawah laut maka Pulau Mekelu (Pulau Tikus ), Pulau Lasampung Delopo, Kembongan, merupakan tempat yang di kelilingi pasir putih dan terumbu karang. Keindahan bawah laut Tolobundu di pulau Lo. Bangkurung. Wilayah ini terdiri dari pulau-pulau kecil, tersebar terumbu infsourlamwaessii pteanrgiwahisata nusantara 561 karang, ikan hias dan pasir putih banyak terdapat dipulau ini.

Pulau Kembongan merupakan objek wisata pantai. Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu diving, snorkelling, Pulau Sampu-sampuan adalah sebuah pulau kecil yang hanya berukuran 2 kilometer dan untuk mencapainya harus menggunakan perahu motor selama empat jam perjalanan. Pulau ini memiliki pasir putih dan pantainya bergoa-goa. Keindahan bawah lautnya sangat menakjubkan karena memiliki berbagai jenis ikan hias yang unik.

Di Banggai kepulauan ini juga dapat dikunjungi Keraton Raja Banggai peninggalan Raja Banggai yang kondisinya masih terpelihara baik. Obyek wisata budaya ini sekitar 72 kilometer dari Luwuk. Di dalamnya terdapat keris kerajaan, payung kerajaan, alat musik kulintang dan pakaian kebesaran raja lainnya.

Kerajaan Banggai diperkirakan berdiri pada abad ke 13 tahun Saka 1478 atau tahun 1365 Masehi. Kerajaan ini berada di bawah pengaruh Kesultanan Ternate di Maluku Utara. Bentuk bangunan keratonnya seperti yang ada di Tidore dan Ternate karena hubungan historis.

Kerajaan Banggai dikenal sebagai kerajaan paling demokratis di dunia karena tidak mengenal putra mahkota atau ahli waris karena siapapun bisa diangkat sebagai raja atas keputusan Basalo Sangkep yang berfungsi sebagai Majelis Permusyawaratan Rakyat atau wakil rakyat. Banggai juga memiliki bendera berwarna putih bersudun 13 yang merupakan warisan rumpun keramat Paisutobui.

Makam Raja Mandapar menjadi salah satu tujuan wisata di kelurahan Lompio, kota Banggai. Makam yang hanya terbuat dari timbunan batu-batuan terkesan sangat sederhana tetapi banyak dikunjungi wisatawan. Dia adalah sosok yang menyatukan wilayah Banggai Keplauan dan Banggai Darat. Raja ini dimakamkan tahun 1625 atau 25 tahun setelah memerintah.

Di Kota Banggai ada tiga rumah keramat yaitu rumah keramat Bobolau, rumah keramat Kokini dan rumah keramat Putal. Salah satunya terletak di Kelurahan Lompio. Di rumah keramat ini terdapat sebuah keni atau bejana yang diyakini sebagai tempat tinggal Putri Saleh Butu Bulugaus. Putri ini dalam waktu tertentu keluar dari kendi dan menampakkan diri pada orang-orang di sekitarnya.

Konon Putri Bulugaus adalah putri seorang raja Banggai dan mempunyai saudara laki-laki bernama Abu Gasim. Namun dalam keseharian keduanya sering sekali bertengkar. Putri akhirnya wafat dan dimakamkan di rumah keramat itu dan Abu Gasim dimakamkan di rumah keramat di Kelurahan Dodung.
Pantai Lambangan Pauno merupakan obyek wisata lainnya di kota Banggai.

Tempat pemandian pinggir pantai ini di Desa Kendek sekitar 10 km dari Banggai. Pasir putih, batu karang, tebing terjal dan pohon ketapang yang memagari pantai memperindah pantai.
informasi parsiwuliaswaetsai ntuensgaanhtara 562 Kabupaten Banggai daratan juga memiliki obyek pantai yaitu Pantai Kilo Lima yang ramai dikunjungi masyarakat kota Luwuk karena letaknya dekat pusat kota. Deretan kios, kafe dan warung makan memenuhi pinggir pantai. Kegiatan olahraga pantai seperti berenang, ski air atau berselancar Suaka margasatwa Salodik terletak 27 km dari kota Luwuk. Untuk mencapai cagar alam ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat selama40 menit.

Daya tarik utamanya adalah air terjun bersusun-susun yang berada di ketinggian 600 meter dari atas permukaan laut. Karena alamnya yang indah, jaman kolonial dulu Belanda membuat pesanggrahan yang masih dapat dijumpai sampai sekarang. ***