Saturday, February 11, 2012

Yayasan Anantovea Bantu 103 Siswa Miskin di Palu

Setelah berjalannya Program Peduli Kaum Dhuafa dengan segala kelebihan dan kekurangannya, kini Pemerintah Kota Palu kembali menerjemahkan program tersebut dengan nama Program Anantovea. Program itu telah dilaunching pada 30 Januari 2011 silam oleh Walikota, Rusdy Mastura. Program ini kemudian dibuatkan yayasan yang diberi nama Yayasan Anantovea.


Anantovea berasal dari Bahasa Kaili yang berarti “Anak Kita Tersayang”. Pengertian itulah yang mengilhami Pemerintah Kota Palu untuk mendorong program penanggulangan kemiskinan, yang lebih diarahkan pada bantuan pendidikan bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu di kota ini.

Program Anantovea itu tak lebih untuk menstimulasi peran masyarakat, swasta dan pemerintah guna memberikan perhatian dan bantuan bagi anak-anak usia sekolah dari keluarga kurang mampu di Kota Palu.

Menurut Wakil Walikota Palu, Andi Mulhanan Tombolotutu, tingkat kepedulian masyarakat saat ini terhadap sesama anak bangsa semakin terdegradasi, sebagai akibat menurunnya rasa nasionalisme dan rasa kepedulian sesama, sehingga rasa kemanusiaan dalam diri manusia hampir hilang.

“Olehn karena itu, saya berharap agar melalui program ini, diharapkan dapat menggugah rasa peduli warga, sehingga pada gilirannya, anak-anak orang miskin, dapat menikmati pendidikan layaknya anak-anak dari keluarga mampu lainnya,” harapnya.

Lantas sejauhmana realisasi dari program tersebut lewat Yayasan Anantovea yang dipimpin M. Sapri Lapua itu? Dalam laporan tahunannya, yayasan itu menjelaskan, hingga akhir 2011 telah merealisasikan bantuan pendidikan bagi sedikit 103 siswa SMA/SMK dan SMP se Kota Palu. Dari jumlah itu, ada juga yang taman kanak-kanak dan mahasiswa kurang mampu.

Tidak hanya bantuan studi, menurut Sapri Laupa, pihaknya juga mengirimkan sejumlah siswa SMK untuk studi perakitan dan perbaikan hand phone di Beijing State Unite Information Technology Institute.

“Siswa yang belajar merakit HP itu segera melakukan demonstrasi. Sekarang kita sedang mempersiapkan semuanya, dan tinggal menunggu instruksi walikota saja,” kata Sapri Laupa.

Melihat realisasi bantuan bagi siswa miskin di Kota Palu itu, Badan Pusat Statistik (BPS) Sulteng melaporkan, indeks Keparahan Kemiskinan secara umum meningkat dari 0,75 menjadi 0,78 Hal tersebut menunjukkan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin melebar. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan mencapai 0,59 pada Maret 2011 menurun menjadi 0,31 pada September 2011.

Sementara Indeks Kedalaman Kemiskinan untuk daerah perkotaan mengalami penurunan sebesar 1,93 persen menjadi 1,46 persen. Artinya, menurut laporan BPS itu, di daerah perkotaan ketimpangan dan keparahan rata-rata pengeluaran penduduk miskin sudah semakin mengecil pun halnya kedalaman kemiskinan. ***

No comments: