Tuesday, February 14, 2006

Penembak A Tjun di Palu Belum Terungkap

Ruslan Sangadji

Para penembak pemilik toko emas Agung di Palu, William alias A Tjun, hingga kini belum terungkap. Menurut Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, Ajun Komisaris Besar Rais D. Adam, pihaknya telah memeriksa puluhan saksi, namun sejauh ini belum ada yang ditetapkan sebagai tersangka.

"Satu orang yang kami anggap paling mengetahui peristiwa itu, belum bisa memberikan petunjuk yang jelas tentang pelakunya," kata Rais D. Adam.

Namun yang pasti, katanya, kawanan perampok bersenjata itu diduga berjumlah empat orang. Dua orang berboncengan menggunakan sepeda motor Yamaha RX King dan dua lainnya menggunaka sepeda motor jenis bebek. Dua di antara pelaku itu menggunakan senjata laras pendek jenis revolver. Usai melaksanakan aksinya, para kawanan perampok itu langsung melarikan diri ke arah selatan Kota Palu.

Sedangkan nyawa korban William alias A Tjun tidak dapat tertolong lagi. Setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Akademisi Makassar, yang bersangkutan pun menghembuskan nafas terakhir pada Senin (13/2) pukul 02.45 Wita dini hari. Korban telah dibawa ke Palu sejak sore kemarin, dan saat ini sedang disemayamkan di rumah duka Jalan Wolter Monginsidi Nomor 99, Kelurahan Lolu Selatan, Palu.

Sebelum dirujuk ke Makassar, terlebih dahulu korban dirawat di Rumah Sakit Bala Keselamatan Palu. Sejak dirawat, korban tak pernah sadarkan diri, akibat adanya dua luka tembak di bagian kepala. Satu peluru bersarang di kepala dan satu peluru lagi tembus hingga ke bagian belakang kepala.

MUSLIM POSO PROTES

Sementara itu, dari Poso dilaporkan, ribuan umat Islam yang tergabung dalam Forum Silaturahim Perjuangan Umat Islam (FSPUI) di Poso Kota, pda Senin (13/2) lalu menggelar aksi unjukrasa memprotes penangkapan Ustadz Sahl Alamri. Mereka menilai, penangkapan terhadap pengajar di Pondok Pesantren Al-Amanah itu sarat dengan rekayasa.

"Penangkapan itu sarat dengan rakayasa yang dibuat-buat oleh aparat keamanan. Aparat keamanan di Poso saat ini panik, sehingga mereka main tangkap sembarangan," tegas Ustadz Adnan Arsal, pimpinan Pondok Pesantren Al-Amanah yang juga Ketua FPUI Poso.

UStadz Adnan Arsal mendesak agar polisi mengembalikan Ustadz Sahl Alamri ke Palu untuk diperiksa di Polres Poso atau Polda Sulteng. Tidak hanya itu, umat Islam di Poso juga meminta agar Andi Ipong dan Muhammad Yusuf yang ditangkap Detasemen Khusus 88 Anti Teror beberapa bulan lalu, agar dikembalikan juga ke Palu atau Poso.

Menurut Ustadz Adnan Arsal, Ustadz Sahl Alamri datang ke Poso sejak tahun 2000 silam, di saat Poso masih dilanda konflik hebat. Ustadz Sahl dan rombongan ke Poso, karena saat itu para perusuh membakar Pondok Pesantren Wali SOngo di Desa Sintuwu Lembah. Namun, kehadiran ustadz Sahl saat itu hanya sekadar memberikan ceramah agama dan siraman rohani kepada umat Islam yang pada tahun 2000 itu sangat terdesak oleh kelompok perusuh.

"Jadi, kalau ustadz Sahl ditangkap, maka polisi juga harus menangkap para pelaku yang membakar Pondok Pesantren Wali Songo dan memperkosa santrinya saat itu. Polisi juga harus menangkap para pelaku pembunuhan di Dusun Buyung Katedo tahun 2000 silam. Itu baru adil namanya," tegas Ustadz Adnan Arsal kepada The Jakarta Post melalui telepon selular Selasa (14/2) pagi.

Kabid Humas Polda Sulteng, AKBP Rais D. Adam mengatakan, berdasarkan Undang-Undang Anti Teroris, apabila dalam waktu tujuh hari lantas penyidik tidak dapat membuktikan keterlibatan Ustadz Sahl, maka yang bersangkutan akan dikembalikan ke Poso.***

No comments: