Saturday, February 11, 2006

Terkait Jaringan Nurdin Top, Ustadz Sahl Ditangkap

Ruslan Sangadji

Salah seorang staf pengajar di Pondok Pesantren Alamanah, Poso Kota Sulawesi Tengah, Ustadz Sahl (35) ditangkap oleh Detasemen Khusus Anti Teror 88 Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia. Ustadz tersebut diduga terkait dengan jaringan teroris nomor satu di Indonesia saat ini, Noordin M Top.

Penangkapan ustadz yang mengajar di pesantren pimpinan Ketua Forum Silaturahim dan Perjuangan Islam Poso, Ustadz Adnan Arsal ini dibenarkan Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Brigadir Jenderal Polisi Oegroseno.

Kepada wartawan di Palu, Sabtu (11/2) di Palu, Oegroseno menegaskan bahwa kasus tersebut ditangani langsung Densus/AT 88.

“Densus 88 memang menangkap salah seorang ustadz di Poso yang mengajar di Pesantren Alamanah. Ia diduga terkait dengan buronan Noordin M Top dan Abu Mujahid, anak buah Noordin M Top yang ditangkap di Semarang,” kata Brijen Oegroseno.

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla, telah menyatakan bahwa Pesantren Alamanah, Tanah Runtuh, Poso mempekerjakan sejumlah alumni Pesantren Al-Islam Ngruki, Jawa Timur. Bahkan saat kasus mutilasi tiga siswi Sekolah Menengah Umum Kristen Gereja Kristen Sulawesi Tengah di Poso, (29/11- 2005) silam, Wapres Jusuf Kalla sempat menanyakan soal itu kepada Ustadz Adnan Arsal.

Menurut Ustadz Adnan Arsal, telepon Wapres itu cenderung menuduh bahwa pelaku mutilasi itu adalah para penghuni pesantren yang dipimpinnya. Tentu saja Ustadz Adnan Arsal protes dengan telepon tersebut.

Terkait penangkapan Sahl, Ustadz Adnan Arsal bahkan mencurigai Polisi merekayasa keterkaitan lelaki itu dengan Noordin M Top, buronan yang paling dicari-cari Polisi Indonesia saat ini.

“Saya melihat ini adalah upaya sistematis untuk menjelek-jelekan Pesantren Alamanah. Sebenarnya mereka menyasar saya bukan Ustad Sahl. Kalau polisi mau, carilah bukti bahwa pesantren saya mengajarkan terorisme. Kalau bisa ditemukan, tutuplah pesantren saya,” tegas Ustadz Adnan Arsal yang juga Deklarator Malino itu.

Ustad Sahl sendiri ditangkap Densus 88 saat akan mengantar minyak tanah ke pelanggannya di Jalan Pulau Irian Jaya, Kelurahan Gebang Redjo, Poso Kota. Sehari-harinya, yang bersangkutan memang berprofesi sebagai pengecer minyak tanah. Sahl ditangkap pada Kamis (9/2) oleh Densus 88 dan langsung dibawa ke Mabes Polri untuk dipertemukan dengan Abu Mujahid yang telah ditangkap beberapa waktu lalu di Semarang, Jawa Tengah, karena diduga menjadi salah seorang kepercayaan Doktor Azahari itu.

Beberapa file menyebutkan, pesantren yang disamakan Jusuf Kalla dengan pesantren Al Islam Ngruki, Jawa Timur itu terdapat 16 santri putri, 47 santri anak-anak seusia taman kanak-kanak dan 65 orang santri putra seusia anak-anak sekolah menengah pertama.

Pesantren ini didirikan tanggal 4 Mei 2001 untuk menampung mantan santri Pesantren Walisongo, di Desa Sintuwu Lembah Poso, yang dibakar dan sekitar 200 santrinya dibunuh para perusuh dalam konflik Poso Mei 2000 silam.

Saat ini, pesantren Amanah berdiri di dua lokasi berbeda. Pesantren Amanah di Tanah Runtuh menjadi tempat belajar 16 santri putri dan 47 santri anak-anak seusia taman kanak-kanak. Lalu yang satu lagi di Landangan, Poso Pesisir yang menjadi tempat belajar 65 santri putra.

Tidak ada kegiatan lain yang mencolok dari para santri kecuali belajar agama. Pengajaran agamanya disesuaikan dengan kurikulum nasional. Adapun pengajian kitab kuning dilaksanakan di luar jadwal jam pelajaran sekolah.

Memang kini pesantren itu terkesan tertutup dari orang luar. Itu terjadi lantaran setiap peristiwa kekerasan terjadi di Poso, pesantren ini selalu menjadi sasaran penggeledahan polisi. Makanya, mereka terkesan sangat berhati-hati menerima tamu. Sebab polisi yang biasa datang selain memakai seragam juga ada yang hanya berpakaian sipil.***

No comments: