Tuesday, April 29, 2008

Menengok Sejuta Potensi Kabupaten Parigi Mutong

Parigi Moutong, salah satu dari daerah pemekaran di Sulawesi Tengah yang baru berusia enam tahun. Dulunya wilayah ini masih bagian dari Kabupaten Donggala. Namun, berdasarkan Undang-Undang Nomor 10/2002, tanggal 10 April 2002, Parigi Moutong resmi menjadi kabupaten otonom dengan luas wilayah 6.231,85 kilometer persegi. Jumlah penduduknya sebanyak 372.204 jiwayang tersebar di 14 kecamatan.

Parigi Moutong, terkenal dengan daerah agraris serta terkenal dengan Teluk Tomini yang menyimpan sejuta potensi. Panjang garis pantainya 472 Kilometer.

Bupati Parigi Moutong, Longki Djanggola mengatakan, Teluk Tomini merupakan teluk yang sangat luas dan perairan yang spesifik. Karena itulah, teluk ini memiliki potensi sumberdaya perikanan yang sangat melimpah. Potensi perikanan itulah yang dimanfaatkan oleh nelayan dari tiga provinsi, yaitu Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Sulawesi Utara.

Menurut Longki Djanggola, potensi Lestasi di Kabupaten Parigi Moutong saat ini mencapai 68 ribu ton per tahun. Potensi itu terdiri dari Ikan Palagis 3,2 ton per kilometer persegi per tahun dan ikan Demersal 2,9 ton persegi per tahun. Potensi terletak di daerah penangkapan yang bisa dijangkau oleh nelayan tradisional sejauh 28.208 kilometer persegi, dengan produksi perikanan tangkap 21.072,2 ton pertahun.

Data dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Parigi Moutong menyebutkan, hasil tangkapan nelayan saat ini berupa ikan cakalang sebanyak 2.115,40 ton per tahun, ikan tuna sebanyak 2.274,90 ton per tahun, ikan lajang 3.094,10 ton per tahun dan ikan hias mencapai 27.555 ton per tahun.

Di teluk ini, terkenal dengan keindahan alam bawah lautnya, dan seakan menjadi surga bagi para penyelam. Selain karena terumbu karangnya yang indah, berbagai jenis ikan juga hidup di sini. Melihat besarnya potensi itu, tahun 2003 silam, ketika Megawati Soekarnoputri masih menjabat Presiden RI, ia telah mencanangkan Teluk Tomini sebagai Pintu Gerbang Mina Bahari.

Selain potensi perikanan laut, di Kabupaten Parigi Moutong juga memiliki potensi ikan air tawar yang sangat besar. Budi daya tambak saja memiliki potensinya seluas 10.365 hektar, tapi yang baru tergarap seluas tergarap 3500 hektar. Budidaya kolam seluas 750 hektar dan luas tergarap baru 52 hektar.

POTENSI PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Kabupaten Parigi Moutong tidak saja memiliki potensi perikanan yang besar, tapi juga terdapat potensi pertanian dan perkebunan yang sangat menjanjikan. Kepala Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Parigi Moutong, Nahyun Biantong, mengatakan bahwa lahan sawah saat itu tercatat seluas 31.158 Ha.

Lahan sawah tersebut, katanya, terdiri dari sawah 2 kali tanam seluas 27.006 hektar, lahan sawah 1 kali tanam seluas 1.667 hektar dan lahan sawah baru 2.286 hektar. Sedangkan potensi lahan kering seluas 48.507 haktar yang terdiri dari tanaman Holtikultura 11.309 hektar, tanaman palawija 2.967 hektar dan pekarangan yang dimanfaatkan untuk menanam coklat seluas 14.311 hektar.

Data dinas tersebut menyebutkan, rata-rata produksi padi setiap tahun mencapai 224.454,99 ton gabah kering giling atau setara dengan 134.464,74 ton beras. Kebutuhan Konsumsi Penduduk terhadap komoditas pangan (beras) 136,24 kg/kap/thn. Sehingga kebutuhan konsumsi beras terhadap penduduk Parigi Moutong 51.341.090 ton. Dari ketersediaan beras 134.474 ton dengan kebutuhan konsumsi penduduk 51.341.990 ton tahun, kabupaten itu kemudian mengalami surplus beras hingga 83.125,65 ton.

Bahkan, tahun 2007 lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono datang ke Parigi Moutong dan melakukan panen raya padi di atas lahan seluas sekitar 922 hektar di Desa Nambaru, Parigi Moutong. Pada panen raya itu setiap hektar sawah menghasilkan 7 hingga 8 ton gabah kering giling.

Kabupaten Parigi Moutong, kata Longki DJanggola, menargetkan 44 persen kapasitas tanam dari seluruh target Sulawesi Tengah. Untuk mewujudkan target ini, pemerintah daerah mendapatkan dana Rp 2,315 miliar untuk 436 ribu benih padi dari Departeman Pertanian RI dari total Rp 8,051 miliar untuk provinsi Sulawesi Tengah. Pemerintah daerah juga mengintensifkan program-program penyuluhan yang langsung ditangani oleh satu orang penyuluh di setiap desa.

Untuk potensi perkebunan di Kabupaten Parigi Moutong, tercatat ada kelapa dalam seluas 20.987,74 hektar dengan tingkat produksi 31.101,75 ton, kelapa hibrida 3.858,79 hektar dengan produksi 4.609,74 ton, kakao 44.159 hektar dengan total produksi 36.861,07 ton, kopi 393 ha, produksi 198,49 ton dan cengkeh 2.077,96 hektar dengan produksi 674,75 ton

"Nah, karena potensi yang sangat menjanjikan itulah, maka kami masih tetap menjadikan pertanaian, perikanan dan perkebunan sebagai prioritas pembangunan," kata Longki Djanggola.

PROGRAM YANG SUDAH DILAKSANAKAN

Dengan hasil yang sudah dicapai kabupaten yang baru saja melaksanakan ulang tahunnya yang ke-6 pada 10 April lalu, telah melaksanakan sejumlah program pembangunan bagi masyarakatnya. Bupati Parigi Moutong mengatakan, tahun 2006 pihaknya telah menyediakan dana anggunan masing-masing sebesar Rp. 2,5 Milyar pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebagai jaminan kredit bagi masyarakat miskin untuk dijadikan sebagai modal usaha tanpa bunga.

Tahun 2007 lalu, DPRD Parigi Moutong telah menyetujui untuk menambah lagi dana agunan itu sebesar Rp Rp 2,5 miliar. "Dana sebesar itu memang sengaja diagunkan agar masyarakat miskin dapat mengambil kredit tanpa dipersulit dan tanpa bunga," kata Longki Djanggola.

kepada The Jakarta Post, Bupati Longki Djanggola mengatakan, sejak ada agunan dana tersebut, tercatat sebanyak 1180 orang telah mengajukan permohonan kredit di bank, dengan jumlah dana yang dipinjam antara Rp 2,5 juta hingga Rp 3,5 juta, dengan pengambalian dana oleh masyarakat antara antara Rp Rp 250 ribu sampai Rp 500 ribu per bulannya tergantung berapa jumlah pengambilan.

Program lain yang sudah dilaksanakan oleh pemerintah setempat, adalah program trans nelayan, untuk merelokasi pemukiman padat sepanjang pesisir pantai. Hingga kini pihaknya telah berhasil merelokasi sebanyak 300 kepala keluarga nelayan, dengan menyertakan masyarakat lokal dan mendatangkan beberapa warga trans yang memiliki keahlian. Warga trans yang dianggap memiliki keahlian itu berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur. "Kami sengaja mendatangkan mereka agar mereka bisa menularkan ilmunya kepada warga lokal," kata Longki Djanggola.

Hal lain yang sudah dilakukan juga, kata Longki Djanggola, adalah memberikan bantuan 200 unit rumah tinggal dan bibit tanaman kepada masyarakat adat terpencil. Program 30 ribu Kartu Tanda Penduduk gratis bagi masyarakat miskin. Dan program lain lagi adalah program bedah rumah, pada tahap awal diprogramkan 100 unit rumah yang tidak layak huni, untuk direnovasi bagi masyarakat miskin. "Semua itu telah berjalan dan ke depan akan terus ditingkatkan," tandas Longki Djanggola.***

No comments: