Wednesday, April 30, 2008

Jamaah Islamiyah di Balik Konflik Poso

Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, Brigadir Jenderal Polisi Badrodin Haiti, Rabu (30/4) mengatakan, ternyata Jamaah Islamiyah (JI) adalah organisasi yang selama ini telah menebar teror dan berada di balik konflik Poso selama ini.

Hal itu, kata Kapolda Sulteng, terbukti dengan ditangkap beberapa orang, yang setelah diperiksa ternyata mereka mengaku sebagai kelompok JI. Mereka itu antara lain Hasanuddin, Sahl dan dr Agus Idris yang ditangkap di Malaysia beberapa waktu lalu.

"Mereka ini yang datang ke Poso dan membangun kekuatan untuk melakukan teror di sana. Mereka inilah kelompok Jamaah Islamiyah. Mereka telah memanfaatkan situasi konflik antara dua komunitas agama (Islam dan Kristen) sampai kemudian konflik menjadi makin berkepanjangan," kata Kapolda Sulteng.

Pernyataan Kapolda tersebut disampaikan pada acara peluncuran bukunya yang berjudul: "Tangan Dingin Jenderal, Poso Damai". Buku tersebut ditulis oleh Elkana Lengkong (54 tahun), kontributor sebuah stasiun televisi swasta nasional, di Palu.

Buku setebal 210 halaman itu, lebih banyak menguraikan soal penanganan konflik Poso di masa Badrodin Haiti menjabat sebagai Kapolda Sulawesi Tengah. Buku dengan 10 bab ini juga hanya memuat sejumlah peristiwa dan fakta tahun 2004 sampai sekarang menurut versi polisi.

Buku selain menulis sedikit tentang profile Kapolda Sulteng Badrodin Haiti, juga mengurai soal Konflik dan Kekerasan, soal pandangan Badrodin Haiti mengenai tindak kekerasan, tanggungjawab Polda Sulteng, kesuksesan mengungkap sejumlah pelaku kekerasan Poso, strategi dan upaya penegakan hukum di Polda dan sedikit menyentil soal strategi perang kota untuk menangkap para DPO Poso.

Muhammad Marzuki, ketua Pusat Penelitian Perdamaian dan Pengelolaan Konflik (P4K) Universitas Tadulako Palu, yang diundang untuk membdah buku tersebut, mengatakan bahwa buku Tangan Dingin Jenderal, Poso Damai, hanyalah sebuah buku yang sangat subyektif. Pengungkapan datanya tidak jelas sumbernya, tak punya catatan kaki dan referensi.

"Buku ini hanya mengedepankan soal kinerja Kapolda dan anak buahnya yang bekerja untuk penanganan konflik Poso dari sisi penegakan hukum. Jadi sebenarnya buku ini tidak mewakili diskursus soal perdamaian Poso. Buku sangat subyektif," kata Muhammad Marzuki.

Senada dengan itu, Nungci H. Ali, ketua Serikat Kolumnis Palu mengatakan, buku Tangan Dingin Jenderal, Poso Damai, justru telah "melukai" hati sejumlah tokoh yang telah bekerja untuk perdamaian Poso. Mereka itu mulai dari Presiden hingga masyarakat kecil di Poso yang juga bekerja untuk mendorong perdamaian.

Tapi, dalam buku yang diterbitkan oleh Pustaka Sinar Harapan itu, telah menempatkan polisi sebagai satu-satunya pihak yang telah menjadi pahlawan dalam penyelesaian kasus Poso.

Elkana Lengkong, penulis buku Tangan Dingin Jenderal, Poso Damai mengatakan, niatannya menulis buku tersebut semata-mata untuk memberitahukan kepada publik bahwa Poso sudah benar-benar damai. Tidak perlu ada ketakutan lagi kalau berkunjung ke Poso. "Soal kekurangan teknis, akan diperbaiki pada edisi berikutnya," tandas Elkana Lengkong.

No comments: