Tuesday, January 24, 2006

Polisi Didesak Tangkap Perusak Kantor DPRD Touna

Ruslan Sangadji

Situasi keamanan di Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah pasca peristiwa pengrusakan dan pembakaran kantor serta fasilitas di DPRD setempat mulai membaik.


Meski begitu, aparat keamanan tetap berjaga-jaga di kantor para wakil rakyat itu, termasuk menjaga ketat kediaman Ketua DPRD Tojo Una-Una Masri Latinapa di Ampana Kota.

Dalam surat yang dikirim melalui faximile kepada Gubernur Sulawesi Tengah, Masri Latinapa menjelaskan bahwa peristiwa itu tidak akan terjadi jika tidak ada oknum-oknum yang menjadi provokator.

Masri mengatakan, mendesak polisi agar oknum-oknum yang diduga sebagai provokator itu agar segera ditangkap dan diproses sesuai hukum yang berlaku. Di antara oknum tersebut adalah Saiful Bahri Tandjumbulu, Saiful Hulungo, Burhan Lahai, Erwin Husain dan Arly Kaengke.

"Mereka inilah yang memprovokasi massa sehingga menjadi beringas,makanya polisi harus secepatnya mengamankan mereka itu. Mereka telah menghina lembaga negara," kata Masri Latinapa dalam surat tersebut.

Namun, Masri sendiri mengakui bahwa dia memang menyatakan tidak akan membayar tagihan rekening listrik untuk masjid yang dibangun oleh almarhum KH Muhammad Amin Lasawedi. Tapi pernyataan itu telah salahartikan oleh sekelompok orang sebagai bentuk penghinaan terhadap ulama kharismatik yang sudah meninggal tiga tahun silam itu.

Erwin Husain yang dikonfirmasi melalui telepon selular, Selasa (24/1) siang, membantah telah memprovokasi massa sehingga menjadi beringas. "Keberingasan massa itu karena spontanitas mereka. Masri jangan hanya main tuding tanpa didasari fakta," tegas Erwin Husain.

Menurut Erwin Husain, almarhum KH Muhammad Lasawedi dalah ulama kharismatik tidak hanya di Tojo Una-Una, api juga di Sulawesi Tengah. Almarhum adalah murid tersayang Habib Idrus bin Salim Aljufrie, pendiri Perguruan Islam Alkhairaat--perguruan Islam terbesar di kawasan timur Indonesia yang berpusat di Palu.

Aslamuddin Lasawedi, kerabat dekat KH Muhammad Amin Lasawedi menyatakan penyesalannya atas terjadinya peristiwa tersebut. Namun dia juga tidak membenarkan sikap Ketua DPRD Tojo Una-Una, Masri Latinapa yang telah menghina ulama.

Oleh karena itu, Aslamuddin Lasawedi mengatakan bahwa Masri Latinapa telah bersalah dan tidak cukup hanya minta maaf, tapi juga harus mundur dari jabatannya sebagai Ketua DPRD Tojo Una-Una.

"Sebagai seorang tokoh, Masri tidak menunjukkan teladan yang baik kepada rakyatnya, jadi Masri harus mundur dari jabatannya," desak Aslamuddin yang juga Sekretaris Jenderal DPP Gerakan Pemuda Islam Indonesia ini.

Muhammad Anto Dai, salah seorang warga di Tojo Una-Una yang Selasa (24/1) pagi tiba di Palu, kepada The Jakarta Post menjelaskan, peristiwa itu sangat erat kaitannya dengan masalah politik, khususnya pada Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tengah 16 Januari lalu.

Anto Dai mengatakan, Masri Latinapa menolak membayar tagihan rekening listrik sesuai janji sebelumnya, karena pada pilkada lalu, keluarga almarhum KH Muhammad Amin Lasawedi menjadi tim sukses Bandjela Paliudju, kandidat Gubernur Sulteng yang menang pada Pilkada lalu.

"Masri Latinapa tersinggung, karena setiap bulan ia yang melunasi tagihan rekening listrik untuk masjid milik H Amin Lasawedi, tapi mereka justru mendukung calon lain dan bukan calon Partai Golkar," kata Anto Dai.***

No comments: