Friday, August 10, 2007

Palu, Sepotong Surga di Katulistiwa


Ruslan Sangadji

"Palu is a piece of paradise" (Palu sepotong surga di katulistiwa, mungkin kalimat yang tepat untuk menggambarkan sebuah kota dengan space town terunik dan terlengkap di dunia.

Disebut sepotong surga di katulistiwa, karena di kota berjulukan Kota Kaledo (makanan khas masyarakat asli Palu) ini, ada lembah, ada teluk yang elok, ada gunung yang membentang di timur dan barat, serta ada sungai yang membelah wilayah Palu Barat dan Palu Timur.

"Semuanya ada di sini. Di kota ini. Dan sesungguhnya suasana itu kemudian mengharuskan orang berdecak kagum jika datang ke kota ini," kata Andi Mulhanan Tombolotutu, ketua DPRD Kota Palu memuji keadaan topografi kotanya.

Di beberapa daerah di Indonesia, memiliki lembah dan gunung, tapi tidak memiliki gunung. Begitu juga, memiliki laut dan gunung, tapi tidak memiliki lembah dan sungai yang membelah.

Keindahan itu makin menjadi nyata, jika kita duduk di pantai penghibur yang terletak di jantung Kota Palu. Sambil menikmati sunset di bagian barat, sembari menikmati keindahan konstruksi Jembatan Teluk Palu, yang hanya ada tiga di dunia, yaitu Jepang dan Perancis.

Jembatan yang dibangun dengan anggaran Rp 57 Miliar itu, diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, 2 Mei 2007 silam, ketika berkesempatan melakukan kunjungan kerja di daerah ini.

Pujian itu tidak hanya datang dari Ketua DPRD Kota Palu. Tapi juga mengalir dari mulut Humas Asian Development Bank (ADB), Ayun Sundari. Kepada Jurnal Nasional saat berada di Palu beberapa hari lalu, Ayun Sundari mengakui kalau ia menemukan kesejukan ketika berada di Kota Palu.

"Benar-benar berbeda dengan image yang berkembang di luar. Ternyata saya menemukan ada kesejukan di sini. Hati saya begitu damai. Luar biasa sangat indah," kata Ayun Sundari.

Padahal, menurut Ayun Sundari, sebelum ia datang ke Palu, ia harus bersedia menandatangani persetujuan dari Konsulat Jenderal (Konjen) Amerika di Surabaya. Persetujuan bahwa ia akan aman selama di Palu. Itu terjadi karena imaage yang berkembang di luar bahwa Kota Palu adalah bagian dari daerah konflik.

"Jujur saja, saya benar-benar menyesal ketika harus menandatangani persetujuan itu. Ternyata kota ini begitu indah. Jika saja dari awal saya tahu, pasti saya tidak akan menandatangani persetujuan dari Konjen Amerika itu," ujarnya.

Tono Supranoto, asisten Deputi Bidang Penanggulangan Kemiskinan Menko Kesra, pun mengakui keindahan itu. Untuk mengekspresikan rasa sukanya terhadap keindahan kota itu, ia memilih duduk santai di tepi pantai sambil terus menjempret suasana itu. "Kalau saya menunjukan foto ini ke kawan-kawan, pasti mereka tidak ada tahu kalau pemandangan ini ada di Palu," katanya.

Lantaran itu, Walikota Palu, Rusdy Mastura pun terinspirasi untuk mencanangkan kotanya sebagai "Pusat Kebangkitan Ras Melayu, dan sebagai Northern Gate Indonesia (Pintu Utara Indonesia). "Kota ini akan menjadi jendela peradaban bagian timur Indonesia dengan saudaranya dari ras kuning China," kata Walikota Palu.

Kini, untuk mendorong agar Kota Palu terus maju sejajar dengan daerah lainnya di Indonesia, Pemerintah Kota Palu telah membentuk Tim Percepatan Pembangunan Kota Palu. Tim yang dipimpin Dharma Gunawan, ketua Bappeda Kota Palu itu, telah menyepakati tujuh program prioritas, yakni percepatan pembangunan Kota Palu dalam kerangka Inpres Percepatan Pembangunan Sulawesi Tengah.

Kemudian Membangun Unit Pelaksana Teknis dan Mendirikan Sekolah Rotan, membangun laboratorium pengembangan teknologi dan budidaya kakao, revitalisasi Teluk Palu, mendorong kemajuan Informasi Teknologi, membangun kawasan industri, dan melakukan revolusi teknologi melalui Lembaga Pengembangan Teknologi Tepat Guna.

"Prioritas program ini, sebagai implementasi dari menjadikan Kota Palu sebagai northern gate Indonesia menuju kebangkutan peradaban ras melayu," kata Ketua Tim Percepatan Pembangunan Kota Palu, Dharma Gunawan.

Mengenai pentingnya sekolah rotan, karena pemerintah mengharapkan outputnya dapat melahirkan tenag kerja terampil yang dapat memenuhi pasar kerja. Menurut Andi Mulhanan Tombolotutu, saat ini tidak terjadi keseimbangan. Di satu sisi, luaran dari sekolah umum membludak, tapi di sisi lain pasar kerja mencari tenaga kerja terampil dan mereka tidak menemukannya dari lulusan sekolah umum. "Maka sekolah rotan ini menjadi sangat penting. Ini sekolah kejuruan," katanya.

Mimpi itu sangat rasional, pasalnya berdasarkan data yang diperoleh Jurnal Nasional dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman Modal (Disperindagkop-PM) Kota Palu, nilai ekspor rotan polish setiap tahun mengalami penurunan. Makanya, diharapkan ke depan rotan yang diekspor itu harus barang jadi.

Data menyebutkan, tahun 2000 misalnya, nilai ekspor rotan polish mencapai 9.501.085,83 ton, tahun 2001 mencapai 9.245.559,50 ton. Tahun 2003 menurun mnjadi 8.659.554,68 ton, dan tahun 2006 menurun lagi menjadi 267.511,00 ton. (selengkapnya lihat tabel).

meski begitu, menurut Ketua DPRD Kota Palu, Andi Mulhanan Tombolotutu, program yang segera direalisasikan adalah setiap kelurahan memiliki sistem mitigasi dan tanggap darurat bencana yang aktif.

Seluruh sentra produksi, industri dan kawasan pemukiman memiliki listrik, telekomunikasi, air bersih, sanitasi, irigasi, drainase, serta transportasi sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota. Bebas pencemaran lingkungan dan seluruh limbah diolah menjadi produk bernilai tambah.

Pelabuhan udara,Laut, dan terminal petikemas memenuhi standar nasional serta terintegrasi dengan kawasan industri terpadu. Seluruh wilayah Kota Palu bebas banjir yang diakibatkan oleh meluapmya air sungai.

"Kita tidak mau menetapkan program yang muluk-muluk. Saya pikir, program seperti ini sangat rasional dan bisa dilaksanakan dalam beberapa tahun ke depan," tandasnya. ***

No comments: