Saturday, June 23, 2007

Membangun Kota Cengkeh dengan Totata Tosamin


Ruslan Sangadji

Kapal motor kayu hendak merapat ke Pelabuhan Dede Tolitoli, Sulawesi Tengah. Dari kejauhan, sejauh mata memandang, di atas pegunungan berbaris rapi pohon cengkeh nan hijau. Nyaris, tak ada pohon lain di pegunungan Tolitoli, kecuali tanaman bahan baku rokok itu. Maka, kota ini pun dikenal dengan sebutan Kota Cengkeh.

Tolitoli, kota kecil nan indah di bagian utara Provinsi Sulawesi Tengah. Penduduknya, rata-rata adalah para pendatang Bugis-Makassar. Lantaran itu, komunikasi sehari-hari pun lebih banyak menggunakan bahasa Bugis. Penduduknya sangat sedikit, tercatat sekitar 190.579 jiwa, pertumbuhan ekonominya tahun 2002, sekitar 6,76 persen, dan Produk Domestik Regional Bruto tahun yang sama Rp 854.993 juta.

Meski penduduk Kota Tolitoli adalah komunitas Bugis, tapi ada tiga suku besar di wilayah itu, yakni suku Tolitoli, Dondo dan Dampal. Dari suku besar itulah yang menginspirasi lahirnya nama Kabupaten Tolitoli, yang berarti tiga manusia kayangan yang menjelma ke bumi. Berdasarkan ceita rakyat, ketiga manusia kayangan itulah yang disibolkan dengan suku besar tersebut.

Tolitoli, secara topografis daerahnya datar, berbukit dan pegunungan. 47 persen wilayahnya berada di ketinggian antara 100-500 meter di atas permukaan laut. Maka, cengkeh pun menjadi sangat subur hidup di kawasan ini.

Kurun lima tahun terakhir ini, produksi cengkeh terus naik. Tahun 1998 misalnya, cengkeh dihasilkan 1.448 ton, lalu 2.174 ton tahun 2000, dan hingga Oktober 2002 sekitar 6.350 ton. Cengkeh Tolitoli termasuk nomor satu di Indonesia. Jenis utama yang banyak ditanam di sini adalah zanzibar, siputih, dan sikotok. Dari panen raya tahun lalu, tercatat hanya berkisar 8.000 ton. Angka ini terbilang kecil dari panen raya sebelumnya.

Cengkeh, menjadi andalan utama. Tapi, disamping itu masih banyak potensi yang memiliki nilai ekonomi tinggi di kabupaten ini. Semua potensi itu tak bisa dibiarkan tumbuh begitu saja tanpa perencanaan dan konsep yang jelas. Semuanya harus digarap maksimal untuk kepentingan kesejahteraan rakyat. Maka, Pemerintah Kabupaten Tolitoli pun menggagas konsep kerjasama ekonomi dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Philipina, yang disebut dengan konsep "Totata-Tosamin" atau Tolitoli, Tarakan, Sandakan, Tawau dan Mindanau.

Konsep kerjasama ekonomi itu tidak berdiri sendiri, tapi berdasarkan pada sejarah perdagangan masa lalu. Di mana pada tahun 1950-1967, telah terjadi hubungan dagang yang intensif antara masyarakat di Dampal (Tolitoli) dengan Tawau di Malaysia. Hanya saja, saat itu masih bekerjasama untuk perdagangan kopra. Dari situlah kemudian menginspirasi pemerintah setempat untuk menggagas kembli kerjasama tersebut.

"Tapi konsep dan perencanaan Totata Tosamin itu lebih matang dan modern," kata Bupati Tolitoli, M. Ma'ruf Bantilan kepada The Jakarta Post via telepon selular dari Bandung, Sabtu (23/6) siang.

Bupati Tolitoli, M' Ma'ruf Bantilan menjelaskan, formalisasi hubungan ekonomi dalam kerangka Totata-Tosamin itu, diawali dengan rintisan kerjasama yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tolitoli dengan Malaysia. Tahun 2000 silam, pemerintah setempat mengirimkan surat kepada Majelis Perbendaran Tawau Negeri Sabah Malaysia, mengenai rencana kunjungan misi dagang dan investasi. Bersamaan dengan itu, data potensi peluang investasi Tolitoli pun dikirimkan ke Negeri Sabah Malaysia.

Surat itu direspon dengan baik oleh Majelis Perbendaran Tawau, yang dibuktikan dengan surat balasannya tanggal 1 September 2000, bahwa mereka bersedia menerima delegasi Tolitoli. Maka, tanggal 10 November 2000, dimulailah hubungan dagang yang formal antara Tolitoli dan Tawau, Malaysia itu.

"Tapi, di balik itu juga kita melakukan pendekatan secara formal dengan Pemerintah Nunukan di Kalimantan Timur, agar mereka bisa mendukung usaha kami ini. Soalnya, Nunukan itu berada di perbatasan antara Malaysia dan Indonesia. Akhirnya, mereka pun memberikan respon positif bagi Tolitoli," tambah Ma'ruf Bantilan.

Dari situlah, Pemerintah Kabupaten terus mendorong pengembangan beberapa potensi yang akan dikerjasamakan dengan Malaisya itu. Antara lain pada sektor tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perikanan, industri dan perdagangan, termasuk pariwisata.

Data Pemerintah Kabupaten Tolitoli menyebutkan, pada periode 2000-2004 saja, luas panen tanaman pangan meningkat sebesar 26,62 persen yang meliputi tujuh jenis tanaman pangan, sementaranpada tahun yang sama produksi pun meningkat menjadi 27 persen. Padahal, sebelum ada kerjasama Totata Tosamin itu, angkanya jauh di bawah harapan bersama.

Sementara data Dinas Perkebunan Tolitoli menyebutkan, tingkat produktivitas tanaman kelapa sebesar 1,04 persen per hektar tahun 2000, meningkat menjadi 1,08 persen per hektar pada tahun 2004. Tanaman kopi meningkat dari 0,12 persen pada tahun 2000, menjadi 0,32 persen tahun 2004.

Belum lagi pada sektor peternakan. Selama periode 2002-2004, telah terjadi peningkatan dalam populasi ternak. Jumlah ternak kerbau meningkat sebesar 10,94 persen, sapi 6,59 persen, kambing 27,11 persen dan unggas menjadi 70 persen. Sektor periknanan dan tambak pun meningkat. Tahun 2004 produksi ikan laut mencapai 11.093 ton dan luas rambak menjadi 904 hektar dengan produksi 2.044 ton.

Untuk menjawab kerjasama Totata Tosamin itu, insdustri pun mulai tumbuh di mana-mana. Tahun 2004 juga, telah berdiri sebanyak 465 perusahaan atau industri yang beroperasi dalam perkeonomian Tolitoli. Perusahaan tersebut tersebar dalam 15 jenis industri dengan nilai investasi sebesar Rp 7,950,410,000. Tenaga kerja pun dapat terserap sebanyak 1.812 orang.

"Semua peningkatan ekonomi itu, merupakan wujud dari kerjasama ekonomi Totata-Tosamin itu. Jadi, memang keberhasilan implementasi itu sangat menentukan keberhasilan perdagangan Tolitoli," imbuh Bupat Ma'ruf Bantilan.

Setelah sukses dengan konsep Totata-Tosamin ini, Pemerintah Kabupaten Tolitoli tengah menggarap kemungkinan kerjasama ekonomi dengan beberapa negara lain. Namun, sekarang masih sedang dalam penjajakan, yang diharapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi, semua rencana itu bakal terwujud. Semua kerjasama ekonomi itu, kata Bupati Bantilan, semata-mata bertujuan untuk mendorong kesejahteraan rakyatnya.

"Jika kita tidak cepat bertindak untuk mendorong kemajuan daerah kita, maka kita pun akan tertinggal dan terus miskin. Rakyat Tolitoli harus menikmati kejayaannya seperti masa lalu. Dan Pemerintah Kabupaten Tolitoli telah berkomitmen untuk mendorong kejayaan tersebut," tandas Bupati Bantilan. ***

No comments: