Tuesday, March 04, 2008

Keindahan Suatu Sore di Kota Palu

Matahari sebentar lagi akan tenggelam di peraduannya. Cahaya jingga kekuningan memantul di permukaan Teluk Palu. Air laut di teluk itu pun berubah warna mengikuti keinginan sang surya yang sebentar lagi akan tenggelam di balik gugusan pegunungan Gawalise itu.

Seorang pria berusia 23 tahun, Kassa Anusirwan Karman, duduk berpisah dari sekelompok orang di sudut jembatan itu. Ia termenung sendiri, memuji keindahan terbenamnya matahari di Kota Palu. "Ah...sungguh indah. Betapa besar karunia Tuhan," katanya dengan suara lirih tapi terdengar begitu jelas.

Hari itu, Minggu (2/3), Kassa Anusirwan Karman dan warga Kota Palu lainnya, sedang bersantai di Jembatan Teluk Palu. Sebuah jembatan megah yang dibangun dengan anggaran Rp 57 Miliar itu, diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, 2 Mei 2007 silam.

Kini jembatan Teluk Palu itu tidak hanya sekadar menjadi icon Kota Palu, tapi juga sudah menjadi obyek wisata baru di kota ini. Dan karena keindahan itulah, Walikota Palu, Rusdy Mastura memuji keindahan itu dengan mengatakan: "Palu is a piece of paradise" (Palu sepotong surga di katulistiwa). Kebanggaan dia terhadap kotanya itu, karena menggambarkan sebuah kota dengan space town terunik dan terlengkap di dunia.

Rony Hasan, salah seorang warga keturunan china pun memuji keindahan itu. Ia menyatakan sepakat dengan Walikota Palu itu. "Ah...indah, sangat indah kota ini. Keindahan itu membuat hati kita menjadi teduh," katanya.

Setiap sore, warga Kota Palu selalu mengikuti ritual terbenamnya matahari dari atas Jembatan Teluk Palu itu. Jumlah orang makin bertambah pada hari Sabtu dan Minggu sore. Mereka sengaja datang ke jembatan yang memisahkan Palu Timur dan Palu Barat itu, hanya sekadar menikmati keindahannya panorama saat terbenamnya matahari dan indahnya konstruksi jembatan Teluk Palu tersebut.

Di jembatan itu, memang sengaja dibuat dua buah untuk berdiri menikmati keindahan itu. Tempat itu luasnya hanya 10 x 2 meter yang berada di sisi utara dan selatan. Dari situlah orang bisa berdiri dengan santainya. Jika berada di sisi selatan, sudah pasti warga akan dimanjakan indahnya gugusan pegunungan gawalise.

Dan jika berada di sisi utara, warga akan menikmati keindahan terbenamnya sang surya di peraduan. Warga juga dapat menikmati keindahan pegunungan yang seakan mengelilingi Teluk Palu. Memang sangat lengkap pemandangan itu. Seorang pengusaha asal Makassar itu mengaku sangat langka menikmati lengkapnya pemandangan itu.

"Saya bisa menikmati laut dan gunung sekaligus. Pantas saja kalau kota ini disebut sebagai kota empat dimensi, karena ada teluk, gunung, sungai yang membelah kota dan laut," ujarnya.

Matahari telah terbenam. Azan magrib mulai terdengar jelas dari masjid kantor Samsat Polda Sulawesi Tengah. Langit yang tadinya biru berubah menjadi gelap. Laut yang sebelumnya berwarna kuning keemasan, berubah menjadi cahaya lampu yang berjejer rapi. Itulah pemandangan ketika para nelayan tradisional sedang mencari ikan di Teluk Palu.

Tapi, keindahan itu belum juga berakhir. Kassa Anusirwan Karman yang tadinya menyendiri di sisi utara jembatan, berpindah ke lagi ke sisi selatan. Apa yang dilakukannya, ternyata ia mau menikmati indah lampu berwarna warni yang berderet rapi di atas pegunungan gawalise. Maklum, di gunung itu ada pemukiman dan ada sebuah rumah mewah. Di malam hari, rumah itu tampak seperti kapal penumpang Pelni yang sedang merapat di pelabuhan.

Sekitar 300 meter arah timur di waktu malam, mulailah terdengar hiruk pikuk para pejabat, kependekan dari pedagang jagung bakar talise. Setelah capek berlama-lama di jembatan itu, kita pun dapat menikmati manisnya jagung bakar dan pisang gepe bakar---pisang yang dibakar lalu dipres.

Dua jenis makanan itu paling cocok jika diminum dengan saraba, minuman yang mirip bandrek---terbuat dari air dicampur dengan gula merah, santan, jahe dan susu. Paling tepat diminum untuk menghangatkan badan setelah berdingin-dingin di atas jembatan Teluk Palu.

Sedangkan di sebelah barat jembatan, berjejer para pedagang kecil yang menjual aneka penganan dan minuman. Tempat itu bernama Taman Ria Palu. Setiap malam, warga kota melepas lelah di tempat itu.

Keindahan Kota Palu itu dapat dinikmati dengan sangat mudah. Semua bisa datang dan tak perlu takut untuk berkunjung. Selain akses transportasi yang gampang, masyarakat kota juga sangat ramah menyambut tamunya. Silakan datang dan nikmati keindahan itu. ***

No comments: