Monday, January 28, 2008

Sulteng Masih Takut Lepas Sultim

Sulawesi Tengah, merupakan provinsi terluas di Pulau Sulawesi. Luas daratannya tecatat sekitar 68,033 kilometer persegi, dan luas lautnya mencapai 189,480 kilometer persegi. Provinsi ini terbagi dalam 10 kabupaten dan kota, yakni kabupaten Donggala, Parigi Moutong, Poso, Morowali, Tojo Una-Una, Banggai, Banggai Kepulauan, Tolitoli, Kabupaten Buol dan Kota Palu.

Tapi, sebentar lagi, luas provinsi ini akan berkurang, seiring akan mekarnya Provinsi Sulawesi Timur, yang wilayahnya nanti terdiri dari Poso, Morowali, Tojo Una-Una, Banggai dan Banggai Kepulauan. Bahkan, luasnya melebihi dari Provinsi Induk (Sulawesi Tengah).

Memang, desakan pembentukan Sulawesi Timur itu sudah dimulai sejak lama, tapi gaungnya baru terdengar pada tahun 2000 silam. Ketika itu, sejumlah pejabat dan tokoh masyarakat di empat kabupaten di Sulteng, yakni Banggai, Banggai Kepulauan, Morowali, dan Poso, mendeklarasikan berdirinya provinsi baru itu.

Tapi, Gubernur Sulawesi Tengah, Bandjela Paliudju, menyatakan tidak setuju dengan perjuangan masyarakat setempat. Alasannya sangat sederhana. Gubernur Paliudju menyatakan tuntutan pemekaran Sulawesi Timur itu sangat tidak realistis, karena kemampuan daerah dan jumlah penduduk yang ideal bagi berdirinya sebuah provinsi baru.

Tapi, perjuangan para tokoh dari bagian Timur Sulawesi Tengah itu tak pernah surut. Mereka menyatakan bahwa hampir 70 persen Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sulawesi Tengah, yakni lebih dari Rp 150 miliar berasal dari wilayah timur.

Dari angka itu, menurut Aslamuddin Lasawedy, tokoh muda pejuang Sulawesi Timur, sangat realistis bagi wilayah itu untuk menjadi provinsi sendiri. Bahkan, lebih realistis lagi jika dilihat dari sisi potensi wilayah yang terbentang dari Poso hingga Banggai Kepulauan.

Potensi yang dapat dilihat dari kasat mata saja, adalah kawasa Teluk Tomini yang menyimpan ratusan jenis ikan dan menjadi kawasan wisata terbaik di wilayah ini. Belum lagi kalau menengok potensi minyak dan gas di Kabupaten Banggai dan Morowali atau yang dikenal dengan Lapangan Tiaka dan Blok Senoro.

Pada Januari 2006 silam, pengapalan perana minyak mentah di Tiaka ini sebanyak 75 ribu barel yang ke kilang UP III Plaju. Lapangan Tiaka yang terletak di Blok Senoro-Toili dioperasikan bersama oleh Pertamina dan Medco E&Tomori Sulawesi, yang mulai berproduksi pada tanggal 31 Juli 2005. Dari produksi yang terkumpul sampai dengan bulan Desember 2005 sebanyak 155.377 barrel, dikapalkan.

Lapangan minyak Tiaka yang berada di Area Toili diperkirakan dapat memproduksi minyak mentah 10 juta barrel. Di Area Senoro terdapat lapangan Senoro yang berpotensi menghasilkan gas 3,7 triliun kaki kubik. Produksi awal minyak mentah lapangan tersebut hanya sekitar 1.200 barrel per hari, tetapi saat ini sudah mencapai sekitar 2.000 bph, yang dapat ditingkatkan mencapai 5.000 bph.

Belum lagi potensi sumber daya alam lain yang segera digarap. Antara lain seperti nikel, marmer dan granit di Morowali, kayu ebony (kayu termahal di dunia) dan sejumlah potensi lainnya. “Selama ini, ada kekhawatiran saja dari Provinsi Sulteng jika melepaskan wilayah Sulawesi Timur ini, karena kekayaan Sulteng berasal dari Sultim,” kata Aslamuddin Lasawedy kepada The Jakarta Post, Minggu (27/1) malam.

Basir Nusrin, tokoh pejuang Sulawesi Timur yang juga mantan anggota DPRD Sulteng, kepada The Jakarta Post (28/1) pagi, mengatakan bahwa Sultim itu ibarat ibu yang sedang mengandung, dan sudah tiba saatnya untuk melahirkan. “Jadi, proses kelahirannya itu tinggal menunggu waktu saja. Yang pasti Sultim sedang dirindukan kelahirannya,” kata Basir Nursin.

Ketua DPRD Sulawesi Tengah, Murad Nasir, mengatakan, pihaknya mendukung lahirnya Provinsi Sulawesi Timur. Karena bagaimana pun juga, katanya, keinginan itu merupakan tuntutan seluruh warga di bagian Timur Sulteng.

"Karena itu adalah aspirasi, maka secara politis kita tidak bisa menolaknya. Soal disetujui atau tidak, tergantung bagaimana pembahasannya di DPR-RI," tegas Murad Nasir.

SULAWESI TENGAH DARI MASA KE MASA

Ketika Pemerintah Hindia Belanda jatuh dan sudah tidak berkuasa lagi di Sulawesi Tengah serta seluruh Indonesia, oleh Pemerintah Pusat membagi wilayah Sulawesi Tengah menjadi tiga bagian, yaitu Sulawesi Tengah bagian Barat, meliputi wilayah Poso, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Buol Toli - Toli. Pembagian wilayah ini didasarkan pada Undang-Undang Nomor 29 tahun 1959 tentang pembentukan Daerah - Daerah Tingkat II di Sulawesi.

Sulawesi Tengah bagian Tengah (Teluk Tomini), masuk wilayah Karesidenan Sulawesi Utara di Manado. Pada tahun 1919 seluruh wilayah Sulawesi Tengah masuk wilayah Karesidenan Sulawesi Utara di Manado. Pada tahun 1940 Sulawesi Tengah di bagi menjadi dua Afdeeling yaitu Afdeeling Donggala yang meliputi tujuh Order Afdeeling dan lima belas Swapraja.
Sulawesi Tengah bagian Timur (Teluk Tolo) masuk wilayah Karesidenan Sulawesi Timur di Bau-Bau. Tahun 1964 dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1964 terbentuklah Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah yang meliputi empat kabupaten, yaituKabupaten Dongala, Kabupaten Poso, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Buol Toli-Toli.

Selanjutnya Pemerintah Pusat menetapkan Provinsi Sulawesi Tengah sebagai Provinsi yang otonom berdiri sendiri yang di tetapkan dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 Tanggal 13 April 1964 tentang Pembentukan Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan selanjutnya tanggal pembentukan tersebut diperingati sebagai Hari Lahirnya Provinsi Sulawesi Tengah.

Dengan perkembangan sistem Pemerintah dan tuntutan Masyarakat dalam era reformasi yang menginginkan adanya pemekaran Wilayahnya menjadi kabupaten, maka Pemerintah Pusat mengeluarkan kebijakan melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang nomor 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buol, Morowali dan Banggai Kepulauan.

Kemudian melalui Undang-Undang nomor 10 tahun 2002 oleh Pemerintah Pusat terbentuk lagi kabupaten baru di Provinsi Sulawesi Tengah, yakni Kabupaten Parigi Moutong. Pada awal tahun 2004 juga terbentuk lagi kabupaten baru pemekaran dari Kabupaten Poso yaitu Kabupaten Tojo Unauna. Dengan demikian hingga saat ini berdasarkan pemekaran wilayah kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah, menjadi sepuluh daerah. Dan sebentar lagi akan berdiri Provinsi Sulawesi Timur.***

No comments: