Sunday, December 09, 2007

Penjagaan di Festival Danau Poso Diperketat

Pasca terjadinya ledakan di Jalan Tabatoki, Keluruhan Kawua, Kecamatan Poso Kota Selatan, semua pintu masuk dan keluar dijaga ketat aparat keamanan. Semua kendaraan yang masuk ke Kabupaten Poso harus berhenti. Semua isi mobil diperiksa.

Polisi juga memeriksa identitas sopir dan para penumpang. Pemeriksaan itu juga menggunakan metal detektor.

Terlebih lagi ketika memasuki arena Festival Danau Poso (FDP). Sejak masuk ke Kota Tentena, semua pengunjung sudah harus melewati beberapa kali pemeriksaan. Semua penumpang kendaraan roda empat harus turun dari mobil, dan polisi "mengacak-ngacak" isi mobil. Sedikitnya, tiga kali pemeriksaan sebelum memasuki lokasi FDP.

Untuk pengamanan jalannya pelaksanaan FDP itu, Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah dan Kepolisian Resort Poso, harus menerjunkan sebanyak 600 personel Brimob dan Perintis. Menurut Kapolres Poso, Ajun Komisaris Besar Polisi Adheni Muhan DP, sesuai prosedurnya, pengamanan itu dilakukan secara terbuka dan tertutup.

Semua hotel dan penginapan yang digunakan oleh peserta FDP, tak luput dari penjagaan ketat. Pemandangan itu terlihat jelas di Hotel Intim, Hotel Pamona Indah, Penginapan Victory dan beberapa penginapan lainnya di Tentena. Siapa saja yang hendak masuk, pasti melewati prosedur pemeriksaan. Pemandangan yang sangat berbeda dengan FDP tahun 1997 silam itu.

Aparat keamanan juga menyebarkan foto beberapa orang yang masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO). Mereka itu antara lain Iwan Asapa dan Upi yang selama ini disebut-sebut oleh polisi sebagai bagian dari jaringan Basri CS. Basri adalah seorang yang dianggap sebagai anak muda yang tergabung kelompok penebar teror dan kekerasan di Poso dan Palu.

Pengamanan yang sangat ketat itu, dilakukan setelah terjadinya ledakan pada malam hari sebelum dibukanya FDP di Tentena. Meski Kapolres Poso, Ajun Komisaris Besar Polisi Adheni Muhan DP membantah kalau ledakan itu hanyalah petasan, tapi sebagian warga menyangsikannya.

Sebagian warga tetap meyakini kalau ledakan itu adalah bom rakitan yang sengaja diletakkan di tepi jalan menuju Tentena, tempat pelaksanaan Festival Danau Poso itu. "Buktinya, kalau ledakan itu hanya petasan, kenapa pengamanan begitu ketat dan sangat berlebihan," kata Sandra Dewi (25), warga Kelurahan Bonesompe, Kecamatan Poso Kota Utara.

KAMPANYE POSO AMAN

Festival Danau Poso, sebuah agenda tahunan yang terakhir dilaksanakan tahun 1997 silam. Kini, festival budaya bertaraf internasional itu, kembali dihidupkan. Sejumlah petinggi di
daerah ini "bereriak-teriak" bahwa pelaksanaan FDP itu sebagai bukti bahwa Poso sudah benar-benar aman.

Tapi, pada 5 Desember malam sebelum diresmikannya ceremony pembukaan festival itu, terjadi sebuah ledakan dahsyat. Terlepas apakah ledakan itu berasal dari bom rakitan atau petasan, namun yang pasti sempat membuat warga panik.

Ledakan yang sama dan pada waktu yang hampir bersamaan, juga terjadi di Desa Soulowe, Kecamatan Dolo, Kabupaten Donggala---sekitar 17 kilometer arah Selatan Kota Palu, Sulawesi Tengah. Belum ada kesimpulan dari pihak kepolisian, apakah masih ada kaitannya antara ledakan di Poso dan di Dongala itu.

Sejumlah kalangan berpendapat bahwa ledakan tersebut, diindikasikan sebagai salah satu upaya menggagalkan pelaksanaan Festival Danau Poso yang pesertanya adalah duta wisata dan budaya utusan delapan dari 10 kabupaten dan kota se Sulawesi Tengah.
"Saya pikir, ledakan itu sebagai salah satu bentuk teror dalam skala kecil, yang sengaja dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang bermaksud menganggu jalannya pelaksanaan FDP," kata Tahmidi Lasahido, sosiolog Universitas Tadulako (Untad) Palu.

Tidak hanya soal itu. Panitia pelaksana FDP juga tampak kurang siap melaksanakan kegiatan tersebut. Ketidaksiapan terlihat dari koordinasi yang tidak berjalan dengan baik. Jadwal yang mesti dilaksanakan pada pagi hari seperti lomba Perahu hias, ditunda hingga sore harinya. Tapi ditanyakan pada panitia, mereka mengaku tidak tahu menahu ada penundaan itu.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Tengah, Muhammad Ramatu, saat dikonfirmasi mengatakan, secara teknis semua kegiatan diserakan pada ketua panitia. Ketika dihubungi, ketua Panitia sedang berangkat ke Palu untuk mengantar Dirjen Nilai Seni, Budaya dan Film, Muhlis Pahendi.

Budayawan Sulawesi Tengah, Nungci Ali mengatakan, FDP kali ini tidak memprioritaskan masalah kebudayaan dan pariwisata, tapi lebih pada soal kampanye pada dunia internasional bahwa kondsi Poso enar-benar sudah sangat aman.

Buktinya, warga Muslim dan Kristen bisa berbaur menjadi satu di lokasi pelaksanaan FDP hingga dini hari. Tak ada lagi rasa curiga atau ketakutan seperti sebelumnya "Nah...kondisi inilah yang hendak dikampanyekan dalam pelaksanaan FDP ini," kata Nungci yang juga salah seorang dewan juri pada lomba seni tradisional di acara FDP ini.

Sovi Tamuntuan (25), warga Poso ini mengaku situasi sangat aman. Ia sama sekali tidak merasa takut datang menonton FDP di Tentena. ia sangat merindukan suasana seperti saat ini. "Sudah bertahun-tahun saya tidak pernah lagi menyaksikan acara-acara seni dan budaya seperti di FDP ini. Makanya saya sangat bersyukur sekali," kata Sofi Tamuntuan.

Vega Silviana (19) mengaku terakhir kali menonton FDP ketika masih berusia 12 tahun.
Setelah itu, nanti tujuh kemudian barulah ia kembali menyaksikan acara seperti ini lagi. Ia mengakui bahwa FDP kali ini tidak seramai tahun 1997 lalu. Ketika itu, tamunya lebih banyak dan turis-turis mancanegara pun memenuhi arena FDP.

"Kali ini tidak terlalu ramai seperti dulu. Tapi bagaimana pun juga, sudah cukup membuat kami senang," kata Vega Silviana. Memang, situasi sangat aman. Aktivitas warga di siang hari berjalan sangat dinamis.

Sedangkan di arena FDP berlangsung gladi untuk persiapan lomba di malam harinya. Tapi, lagi-lagi setiap kali masuk lokasi FDP, pengunjung harus melewati pemeriksaan ketat oleh polisi."Anda boleh saksikan sendiri, bagaimana amannya Poso. Anda bisa bebas ke mana saja, baik siang maupun malam hari. Itu bukti bahwa situasi Poso sudah kondusif. Memang, pemeriksaan itu hanya untuk mengantisipasi kemungkinan yang tidak diinginkan saja. Itu kan biasa, di Jakarta, masuk hotel saja diperiksa, padahal Jakarta kan aman," tegas Kapolres.***

No comments: