Friday, July 27, 2007

Banjir dan Longsor 32 Warga Dilaporkan Hilang

Ruslan Sangadji

Banjir dan longsor kembali melanda tujuh desa di Kabupaten Morowali--sekitar 640 kilometer dari Kota Palu, Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah. Peristiwa yang terjadi pada Minggu (22/7) sekitar pukul 19.00 Wita itu, mengakibatkan 32 warga dilaporkan hilang sementara tujuh warga lainnya tertimbun longsor.

Kepala Bagian Operasional (Kabag Ops) Polres Morowali, Ajun Komisaris Polisi (AKP) Nurul Hidayat yang dikonfirmasi via telepon, membenarkan terjadinya banjir itu. "Betul, banjir melanda dua kecamatan di Morowali, yakni Kecamatan Bungku Utara dan Kecamatan Baturube," katanya kepada The Jakarta Post, Senin (23/7) pagi.

Menurut Kabag Ops Polres Morowali, desa yang paling parah dari peristiwa itu, adalah Desa Uweruru, Kecamatan Baturube yang berjarak sekitar delapan jam perjalanan dengan menggunakan speed boat melalui laut. Saat berita ini ditulis, tim SAR sedang menuju lokasi untuk mengupayakan evakuasi para korban.

AKP Nurul Hidayat mengatakan, akibat banjir itu dilaporkan ada tujuh jembatan yang putus karena digenangi banjir. Sampai saat ini, ketinggian air mencapai tiga meter.

Di tempat terpisah, Kapolda Sulawesi Tengah, Brigadir Jenderal Polisi Badroddin Haiti mengatakan, pihaknya telah mengirimkan tim SAR dari Brimob Polres Morowali sebanyak satu kompi atau sekitar 100 orang, dan satu peleton atau sekitar 33 orang dari Polres Banggai. "Kami juga sudah mengirimkan tiga unit perahu karet dari Polres Poso," kata Kapolda Sulteng.

Menurut Kapolda, pihaknya mengalami kesulitan untuk evakuasi korban. Pasalnya, selain cuaca yang terus berubah-ubah, juga faktor medan yang sulit dijangkau serta minimnya fasilitas yang dimiliki polres terdekat seperti Morowali, Poso dan Banggai.

"Anda bayangkan aja, dari Polres Morowali ke lokasi kejadian saja, harus ditempuh sampai delapan jam perjalanan. Itu pun harus dengan menggunakan speed boat. Itulah yang menyulitkan anggota kami bertindak cepat mengevakuasi korban," kata Kapolda Badrodin Haiti.

Tiga bulan lali, ada delapan desa di Kabupaten Morowali, yakni Desa Bunta, Tompira, Togo Trans, Sampalowo, Bone Pute, Tiu, Moleono dan Desa Koro Matantu juga pernah dilanda banjir. Saat itu, lebih 1000 rumah penduduk terendam air, ratusan hektar lahan persawahan siap panen dan kebun jagung, kebun sayuran dan kebun kakao milik warga juga terendam. Bahkan, jalur transportasi pun terputus. Untuk dapat menjangkau delapan desa tersebut, orang terpaksa menggunakan rakit bambu yang dibuat warga.

Di sekitar kawasan itu, memang terdapat banyak perusahaan pemegang Izin Pengolahan Kayu (IPK) yang melakukan penebangan hutan. Berdasarkan data Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulteng, saat ini terdapat sedikitnya 15 pemilik IPK, salah satunya adalah CV Karya Utama yang beroperasi di wilayah Desa Tiu, Sampalowo dan Desa Mulyono di Kecamatan Petasia. Izin itu diberikan oleh Bupati dengan nomor 522.21/SK.0313/Dishut/2005.***

No comments: